Ini Yang Perlu Ibu Ketahui Tentang Bahaya Polusi Bagi Janin

By Soesanti Harini Hartono, Minggu, 10 September 2017 | 23:15 WIB
Tumor Payudara Saat Hamil (Santi Hartono)

Nakita.id.- Secara tidak sadar, saat menjalani aktivitas sehari-hari, ibu hamil pasti akan terpapar berbagai polutan. Padahal, menurut dr. Probo Mangastomo, SpOG dari RSIA Hermina, Bogor, sebagian besar dari polutan ini berisiko mengganggu proses tumbuh kembang janin di kandungan.

Akan tetapi, Ibu tak perlu panik. Selama bisa menghindarinya atau minimal mengendalikan sejauh mana kadar yang masih aman buat kehamilan, maka risikonya bisa dicegah. Misalnya, dengan mengenakan masker saat berada di luar rumah, mengurangi pemakaian bahan-bahan kimiawi di rumah, serta tidak merokok ataupun menjadi perokok pasif, dan lainnya.

Untuk lebih jelasnya, berikut keterangan dokter Probo tentang dampak polusi bagi janin;

POLUSI UDARA

Ada banyak sekali polutan di udara yang dapat menggangu kesehatan bumil dan janinnya.

* Asap knalpot kendaraan bermotor.

Polusi udara mengandung gas berbahaya dalam dua tipe tertentu pada partikularnya, yaitu  karbon monoksida dan sulfur dioksida. Karbon monoksida sering didapatkan dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan dan keluar sebagai asap knalpot, sedangkan sulfur dioksida dari hasil pembakaran limbah industri.

Apabila partikel ini terhirup dalam jumlah banyak dan terus-menerus, akan berdampak menumpuknya partikel tersebut dalam tubuh bumil dan beredar dalam darah menuju janin. Akibatnya, bayi lahir dengan berat badan yang rendah.

Tracey Woodruff, PhD, pakar kesehatan reproduksi dari Maternal-Fetal Medicine, University of California, San Fransisco, AS menuturkan, setiap kenaikan kadar polutan sebesar 10 miligram per kubik yang dihirup bumil, janinnya berisiko mengalami penurunan berat lahir sebesar 8,9 g.

Dampak lainnya, si bayi kelak berisiko menderita gangguan kesehatan, terutama pernapasan, seperti asma, meskipun tidak ada riwayat dalam keluarga.

Dampak yang fatal, janin meninggal di kandungan. Riset Dr. Payam Dadvand dari Center for Research in Environmental Epidemiology, Barcelona, Spanyol, menemukan kecenderungan para ibu yang banyak terpapar polusi udara, janinnya berisiko meninggal di kandungan.

Baca juga: Bahaya Polusi Udara Bagi Ibu Hamil

* Asap rokok.

Peneliti dari University of Louisville menganalisis, ada tiga karsinogen (senyawa pemicu kanker) dari tembakau yang bisa masuk ke dalam tubuh ibu dan janinnya, yaitu benzo(a)pyrene, 4-aminobiphenyl, dan akrilonitril.

Selain bisa menyebabkan kanker, bumil yang terpapar asap rokok juga bisa menimbulkan bahaya lain, seperti dikutip dari CDC.gov dan Telegraph, yaitu berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena racun dalam rokok bisa menghambat aliran darah yang merupakan sumber nutrisi bagi bayi

Paparan asap rokok juga meningkatkan risiko bayi meninggal akibat mengalami SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) dibandingkan dengan bayi yang tidak terpapar asap rokok serta meningkatkan risiko bayi terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga dan memperlambat pertumbuhan paru-paru.

Baca juga: Suka Merokok Di Dalam Rumah Ini Bahayanya

* Hasil pembakaran limbah plastik.

Pembakaran limbah plastik menghasilkan berbagai senyawa yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Bahaya tersebut biasanya diitimbulkan oleh adanya emisi gas dan debu. Gas-gas berbahaya yang ditimbulkan oleh pembakaran sampah, antara lain gas karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), dioksin, dan furan.

Salah satu jenis zat yang sangat berbahaya dalam kandungan gas sisa pembakaran plastik adalah dioksin yang bersifat karsinogen atau menimbulkan kanker.

Meski belum ada riset yang spesifik terkait efek pembakaran ini terhadap bumil maupun janin, namun sangat diduga dioksin berpengaruh terhadap perubahan kode keturunan atau rantai DNA pembawa sifat genetik.

* Pewangi ruangan.

Pada prinsipnya, semua zat pewangi berisiko terhadap kesehatan. Utamanya bagi yang kondisinya rentan, seperti: bayi, bumil, dan anak, ataupun orang yang memang memiliki sensitivitas pada  zat-zat pewangi.

Celakanya, saat ini sekitar 80% zat pewangi masih belum teruji keamanannya pada kesehatan manusia. Maka dari itu, kewaspadaan konsumen sangat diperlukan.

Beberapa pewangi yang sudah dilarang oleh The International Fragrance Association adalah pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7-methyl coumarin. Sedangkan untuk pewangi gel dilarang apabila terdapat kandungan zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde dan methyl chloroisothiazilinone.

Jadi, tidak semua pewangi berdampak negatif bagi kesehatan. Sayangnya, secara awam sangat sulit untuk mengetahui mana pewangi yang aman dan mana yang berbahaya. 

Oleh karena itu  konsumen harus pintar-pintar memilih pewangi dengan merek yang sudah terdaftar atau teregistrasi di bawah lembaga pengawas atau pemberi izin. Dengan demikian keamanannya minimal cukup terjamin.

POLUSI SUARA

Suara di sekitar kita, sebagian besar berada dalam ambang batas aman frekuensi pendengaran manusia, yaitu sekitar 20—20.000 Hertz dengan intensitas sekitar 80 dB (desibel).

Suara bising akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi bumil, sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur. Neonatolog dari Queensland University of Technology melakukan riset (2011) terhadap 970 bumil yang tinggal di kawasan perumahan bising dekat jalur jalan tol.

Mereka yang rumahnya berjarak sekitar 200—500 meter dari jalan tol, rata-rata melahirkan bayi dengan usia kehamilan dua minggu lebih cepat. Selain itu, bumil yang bekerja di pabrik dan  kawasan bandar udara cenderung melahirkan bayi dengan berat badan lebih rendah dari normalnya.

Baca juga: Efek Buruk Suara Bising Untuk Janin Dalam Kandungan

Dampak lainnya, bayi berisiko mengalami gangguan pendengaran. Riset Lambert J. seperti ditulis dalam American Journal  Industrial Medicine, membuktikan para bumil yang bekerja di lingkungan dengan tingkat kebisingan suara antara 85—95 dB, bayi-bayinya menunjukkan gejala gangguan pendengaran pada usia balita.

RADIASI ALAT ELEKTRONIK

Beberapa jenis pekerjaan perlu diperhatikan, terutama yang terpapar dengan berbagai macam radiasi, seperti bumil yang bekerja di bidang kedokteran, laboratorium, dan industri yang memiliki risiko lebih banyak terpapar radiasi dari berbagai mesin dan peralatan berat.

Namun jangan khawatir, radiasi hanya akan berdampak buruk pada perkembangan janin apabila selama kehamilan, Ibu terpapar radiasi dalam jumlah sangat besar, di atas ambang batas pertahanan tubuh.

Misalnya, selama kehamilan melakukan foto sinar X sekaligus sebanyak 500 kali.  Contoh nyata dari kasus tersebut, salah satunya, kebocoran reaktor nuklir Chernobyl di Ukraina pada 1986 atau pemboman kota Hirosima dan Nagasaki pada 1945.

Menurut Kelly Classic, pakar fisika radiasi dari Mayo Clinic, AS,  radiasi yang dialami para bumil saat itu memang sangat ekstrem sehingga bayi-bayi yang dilahirkan dilaporkan mengalami berbagai kecacatan karena gangguan proses tumbuh kembang di dalam kandungan akibat radiasi.

Baca juga: Kiat Meningkatkan Konsentrasi Balita

Contoh lain dampak radiasi terhadap kehamilan adalah radiasi ponsel. Penelitian di School of Medicine Australia menunjukkan, radiasi ponsel dapat menyebabkan keguguran akibat terganggunya pembentukan sel. Selain juga bisa memengaruhi perkembangan otak janin, sehingga jika bayi tersebut bisa lahir, cenderung hiperaktif serta mengganggu proses pemahaman dan emosi terhadap lingkungan sekitar. (*)