Ibu Yang Kurang Harmonis Dengan Pasangannya Bisa Mengalami Disfungsi Seksual

By Soesanti Harini Hartono, Senin, 11 September 2017 | 04:45 WIB
Sangat penting peran dan dukungan suami dalam upaya penyembuhan disfungsi seks istri. (Santi Hartono)

EMPAT KATEGORI DISFUNGSI SEKSUAL

Secara umum, disfungsi seksual pada perempuan terbagi menjadi empat kategori.       

Pertama, gangguan dorongan seks yang terdiri atas hipoaktif dan aversi seksual. Hipoaktif adalah malas berhubungan intim, tak terlalu semangat untuk melakukan aktivitas seksual.

Dalam bahasa populer disebut “perempuan dingin” atau frigid. Sedangkan pada aversi seksual, selain malas berhubungan intim, juga berusaha menghindar. Misal, ketika suami mencoba “nyolek-nyolek”, istri berusaha cari alasan supaya keinginan suami tak terwujud.

Kedua, masalah bangkitan seksual. Respons tubuhnya tak bisa “menyambut” dengan baik rangsangan yang diberikan.

Ketiga, gangguan orgasme. Istri tak jua mencapai puncak kenikmatan, yang ia rasa hanya sebatas capek kalau berhubungan intim.

Keempat, gangguan nyeri seksual yang terdiri atas vaginismus, dyspareunia, dan nyeri seksual nonkoital. Nah, gangguan kategori keempat ini yang relatif sering ditemui.

Pada vaginismus, gangguan nyeri disebabkan oleh otot-otot di sekitar vagina mengerut, tegang, dan kaku ketika ada rangsangan. Otomatis, hubungan seks tak bisa dilakukan.

Sebaliknya pada dyspareunia, istri masih bisa melayani suami berhubungan intim, tetapi ia merasakan sakit.

Sementara pada nyeri seksual nonkoital, baru saja istri dilakukan rangsangan, misalnya dicium atau diraba oleh suami, ia sudah merasa kesakitan. Jadi, tanpa ada hubungan intim saja sudah terasa sakit.

Baca juga: Jarang Berhubungan Dapat Sebabkan Disfungsi Ereksi

FAKTOR PENYEBAB