Ibu Yang Kurang Harmonis Dengan Pasangannya Bisa Mengalami Disfungsi Seksual

By Soesanti Harini Hartono, Senin, 11 September 2017 | 04:45 WIB
Sangat penting peran dan dukungan suami dalam upaya penyembuhan disfungsi seks istri. (Santi Hartono)

Nakita.id.- “Sekitar sepertiga perempuan pengantin baru dari 150 pasangan suami istri yang saya teliti, ternyata mengalami masalah disfungsi seksual,” ungkap Dr. dr. I Putu Gede Kayika, SpOG(K) dari RS Premier Jatinegara, Jakarta.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan ini pernah melakukan penelitian untuk disertasinya tentang gangguan fungsi seksual pada perempuan pengantin baru.

Hasilnya, masalah disfungsi seksual ini, menurutnya, baru terungkap setelah menikah dan umumnya tak banyak yang memerhatikan.

Di sisi lain, perempuan yang mengalami disfungsi seksual tak begitu paham harus ke mana memeriksakan diri dan mencari solusinya. Padahal, bila masalah ini tak ditangani, ujung-ujungnya berpotensi memicu masalah rumah tangga. Selain juga, disfungsi seksual turut berperan sebagai salah satu kendala sulit hamil.      

“Hubungan seks sangat penting dalam menunjang keharmonisan dan kebahagiaan suami-istri, termasuk juga hubungannya dengan kemampuan untuk bereproduksi atau menghasilkan keturunan,” ujar spesialis obgin di RS Premier Jatinegara ini.

POLA SIKLUS SEKSUAL

Setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, mestinya memiliki fungsi-fungsi seksual yang baik. Maksudnya, pola-pola siklus respons seksual pada individu berlangsung nomal. Dalam hal ini, ada empat fase yang harus berlangsung baik, yaitu: fase dorongan seksual, fase bangkitan seksual, fase orgasme, dan fase resolusi.

Sederhananya begini. Ketika istri mendapatkan rangsangan, akan muncul dorongan seksual pada dirinya. Bila dorongan seksual itu distimulasi, akan terjadi bangkitan seksual. Setelah itu, dengan aktivitas penetrasi dan stimulasi, akan menimbulkan fase orgasme. Terakhir, mencapai fase resolusi, yakni kembali pada kondisi semula. 

Nah, pada masing-masing fase tersebut, jika fungsi seksnya normal akan menunjukkan respons yang baik. Ketika dorongan seksual muncul, ada gairah untuk berhubungan intim.

Lalu, pada fase bangkitan seksual, akan tampak reaksi tubuh, semisal, payudara menegang atau vagina membasah, dan seterusnya hingga akhirnya mencapai orgasme.

Sebaliknya, bila setelah dilakukan stimulasi yang cukup, istri tetap tak punya keinginan atau dorongan seksual; pun ketika dirangsang, vagina tetap tak berlendir dan kering; bahkan, ketika dilanjut distimulasi, tak mencapai orgasme; itulah yang disebut disfungsi seksual.

Baca juga: Ini Cara Mudah Membuat Wanita Terangsang

EMPAT KATEGORI DISFUNGSI SEKSUAL

Secara umum, disfungsi seksual pada perempuan terbagi menjadi empat kategori.       

Pertama, gangguan dorongan seks yang terdiri atas hipoaktif dan aversi seksual. Hipoaktif adalah malas berhubungan intim, tak terlalu semangat untuk melakukan aktivitas seksual.

Dalam bahasa populer disebut “perempuan dingin” atau frigid. Sedangkan pada aversi seksual, selain malas berhubungan intim, juga berusaha menghindar. Misal, ketika suami mencoba “nyolek-nyolek”, istri berusaha cari alasan supaya keinginan suami tak terwujud.

Kedua, masalah bangkitan seksual. Respons tubuhnya tak bisa “menyambut” dengan baik rangsangan yang diberikan.

Ketiga, gangguan orgasme. Istri tak jua mencapai puncak kenikmatan, yang ia rasa hanya sebatas capek kalau berhubungan intim.

Keempat, gangguan nyeri seksual yang terdiri atas vaginismus, dyspareunia, dan nyeri seksual nonkoital. Nah, gangguan kategori keempat ini yang relatif sering ditemui.

Pada vaginismus, gangguan nyeri disebabkan oleh otot-otot di sekitar vagina mengerut, tegang, dan kaku ketika ada rangsangan. Otomatis, hubungan seks tak bisa dilakukan.

Sebaliknya pada dyspareunia, istri masih bisa melayani suami berhubungan intim, tetapi ia merasakan sakit.

Sementara pada nyeri seksual nonkoital, baru saja istri dilakukan rangsangan, misalnya dicium atau diraba oleh suami, ia sudah merasa kesakitan. Jadi, tanpa ada hubungan intim saja sudah terasa sakit.

Baca juga: Jarang Berhubungan Dapat Sebabkan Disfungsi Ereksi

FAKTOR PENYEBAB

Umumnya, kasus gangguan seks pada perempuan agak sulit dianalisis ketimbang disfungsi seksual pada laki-laki. Begitu banyak faktor yang berperan pada masalah seksual perempuan, namun secara prinsip ada beberapa faktor yang bisa ditelusuri.

Yaitu psikis atau mental. Misal, apakah yang bersangkutan pernah mengalami trauma? Mungkin di masa kecil pernah mengalami pelecehan seksual, korban perkosaan, dan sebagainya

Lalu faktor fisik biologis. Misalnya apakah organ vitalnya mengalami infeksi? Atau, ia mengalami masalah penyakit seperti diabetes dan lainnya? Faktor hormonal juga bisa memengaruhi gangguan seksual.

Terakhir, faktor hubungan dengan pasangan.  Suami-istri kurang harmonis sehingga memengaruhi hubungan seksual mereka. Terkadang, masalah komunikasi yang kurang baik dan lancar dengan pasangan bisa menjadi pemicu.

CARA PENANGANAN

Untuk menganalisis sumber masalah disfungsi seks ini, perlu dilakukan pemeriksaan. Tenaga ahli akan menyiapkan instrumen yang bersifat skrining.

Pasien akan mendapat beragam pertanyaan dan harus dijawab. Bisa juga dalam bentuk wawancara. Nanti akan diketahui skornya dan dianalisis apa yang menjadi penyebab gangguan seks tersebut.

Pemeriksaan laboratorium juga bisa dilakukan. Umpama, apakah ada kemungkinan gangguan aliran darah yang menuju organ kelamin?

Adakah penyakit diabetes atau gangguan pembuluh darah sehingga ketika dirangsang, ia tak merasakan apa pun? Setelah diketahui faktor penyebabnya, barulah dilakukan terapi/penanganan.

Contoh, istri menolak berhubungan intim karena selalu merasa nyeri. Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan, bahkan pemeriksaan dalam, ternyata ada luka di organ kelaminnya. Atau, istri terinfeksi penyakit kelamin. Penanganan tentunya dilakukan terhadap infeksi yang terjadi.

Begitu pula bila diketahui ada masalah psikologis, penanganannya dilakukan oleh ahli psikis. Lantaran itu, perlu melakukan pemeriksaan dan konsultasi pada ahli yang tepat.

Kadang diperlukan pula terapi bagi pasangan. Jadi, tidak hanya istri yang menjalani pengobatan, suami juga perlu mendapat terapi.

Baca juga: Kebanyakan Pria Gagal Pada Malam Pertama Apa Penyebabnya

BISA SEMBUH TOTAL 

Dengan melakukan konseling yang teratur dan penanganan yang baik, biasanya kesembuhan mencapai 100%, meski pada beberapa kasus tak sampai sembuh total. Kesembuhan itu bergantung pada kelainan yang ditimbulkan serta faktor penyebab yang mendukung gangguan tersebut.

Yang perlu diwaspadai, kemungkinan kambuh bisa saja terjadi. Faktor penyebabnya bisa kembali sama atau justru berbeda dari sebelumnya. Misal, dulu ada masalah seksual karena merasa malas tak ada dorongan seks. Kini, istri merasa malas berhubungan intim karena habis melahirkan dan merasa kelelahan mengasuh bayi.

Sangat penting peran dan dukungan suami dalam upaya penyembuhan disfungsi seks istri, bukan malah mencari pelampisan seksual di luar yang justru membawa masalah baru. Intinya, keharmonisan rumah tangga ada di tangan suami dan istri. Perhatikan kebutuhan dan masalah yang dialami pasangan, termasuk ketika istri ternyata mengalami disfungsi seksual.

Cari solusinya bersama demi kebahagiaan berdua dalam menempuh mahligai rumah tangga yang harapannya berlangsung hingga menjadi kakek-nenek.  (*)