Suami Terbukti Selingkuh dalam Pernikahan, Cerai atau Tidak?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Minggu, 25 November 2018 | 22:21 WIB
Agar hubungan tetap harmonis, jangan tanyakan 9 hal ini kepada pasangan (iStockphoto)

Nakita.id – Perselingkuhan memang bukanlah hal yang kita harapkan dalam membina suatu hubungan, entah saat pacaran atau bahkan saat sudah menikah.

Bahkan, perselingkuhan kerap dijadikan satu masalah besar yang seolah tertanam dalam benak pasangan dan akan menimbulkan trauma tinggi.

Beberapa kasus perselingkuhan akan berakhir di meja perceraian.

Hal ini lantaran banyak kasus perselingkuhan membuat pasangan geram dan tak lagi bisa memaafkan. Mereka bahkan menganggap bahwa pasangannya sudah berkhianat dan hubungan mereka sudah tidak bisa lagi diperbaiki.

Tentu ini yang akan menjadikan bumerang bagi rumah tangga, terlebih bila pasangan sudah memiliki anak, baik usianya masih terlalu kecil atau bahkan sudah dewasa.

Selingkuh tentu akan mempengaruhi sedikit banyak risiko pernikahan. Meski beberapa orang memutuskan bercerai, ada pula yang masih berusaha bertahan dan memperbaiki kesalahan satu sama lain.

Meski begitu, tentu perselingkuhan seolah sudah menjadi penyebab berbagai malapetaka dalam sebuah pernikahan.

Apalagi di era digital seperti sekarang, rasanya tak sulit menemukan bukti kecurigaan kita jika pasangan berselingkuh.

Tentunya, dalam mencurigai perselingkuhan ini ada beberapa cara yang bisa dilihat perempuan.

Ada berbagai tanda yang muncul apabila pasangan melakukan perselingkuhan:

Melansir dari laman Men’s Health yang dikutip Kompas.com, berikut sejumlah tanda-tanda bahwa pasangan kamu mulai selingkuh.

Baca Juga : Suami Shezy Ingin Cerai Sejak Setahun Nikah, Fenomena 'Ganjil' Usia Pernikahan Rentan Perceraian

1. Kasih sayang tak biasa, cenderung berlebihan

Sebuah penelitian menemukan, ketika seseorang berselingkuh, dia akan mulai melakukan upaya yang jelas untuk meningkatkan kepuasan kepada pasangan dalam hubungan tersebut.

Menurut hasil penelitian yang dipublikasikan di Personality and Social Psychology Bulletin ini, disebutkan, gejala itu termasuk mengatakan hal-hal yang merendahkan terkait orang yang menjadi pasangan selingkuhnya.

Ini adalah taktik “salah arah” untuk mengurangi kecurigaan pasangan atas kesalahannya berselingkuh.

2. Masih berkomunikasi dengan mantan

Adalah hal wajar jika kita memiliki rasa khawatir ketika pasangan masih berkomunikasi dengan mantan secara diam-diam. Namun, penting untuk diingatkan, kalau hal itu bisa menjadi bendera merah, jika tidak secara terbuka.

Kamu bisa dengan tenang mengatakan, “saya punya masalah dengan hubungan itu, karena saya tidak memahaminya.

Bisakah kamu memberi tahu saya apa yang terjadi?” Begitu saran Jackie Jaye Brandt, M.F.T., Psikoterapis di Universal City, California. 

3. Lembur kerja

Saat jadwal kerja mulai berubah menjadi lama, bisa jadi itu sebuah tanda ada yang tidak beres dalam hubungan. Hal itu bertambah jika dikombinasikan dengan faktor-faktor lain seperti pembelaan dan ketidakjelasan.

Demikian kesimpulan sebuah penelitian yang diterbitkan di Personality and Social Psychology Bulletin.

Kamu bisa menambah perhatian jika pasangan mulai membatalkan rencana untuk hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

Baca Juga : Buat Patah Banyak Hati Karena Banyak Diidolakan, Begini Akhir dari Perjalanan Cinta Gading Marten dan Gisella Anastasia

4. Memberikan perhatian kepada orang lain

Menurut penelitian lain, pasangan yang tidak mengalihkan perhatian saat ada orang lain lewat ketika sedang bersama cenderung setia. Sebab, terkadang, dorongan untuk melihat seseorang adalah insting yang nyata.

5. Media sosial

Mudah untuk merasa paranoid atas setiap interaksi digital yang dimiliki pasangan dengan seseorang yang menarik.

Hal itu bisa menjadi perhatian jika pasangan mulai menunjukkan keintiman serta godaan dengan orang tersebut.

Apalagi, interaksi tersebut berusaha disembunyikan. Jika kamu menemukan mereka memiliki akun rahasia, maka hal itu tentu perlu dibahas dengan pasangan.

6. Tak lepas dari ponsel

Perilaku bermain ponsel yang tidak biasa—meninggalkan ruangan ketika mereka mendapat panggilan, berbicara dengan nada sunyi, menyembunyikan layar —adalah indikator utama kemungkinan perselingkuhan.

7. Memutar tuduhan

"Seringkali, ketika seseorang menuduh memiliki perasaan romantis atau keterlibatan dengan orang lain, mereka justru membalikkan tuduhan tersebut,” kata Susan Heitler, Ph.D.

8. Perilaku belanja tak biasa

Meskipun orang-orang pada umumnya lebih baik dalam menutupi jejak mereka secara finansial, namun kadang ada yang secara tak sadar "tergelincir" juga.

Jika kamu memiliki akun bank bersama, tanda-tanda seperti penarikan ATM meningkat bisa menjadi bendera merah.

Ingat, penggunaan uang tunai dapat membantu menghapus jejak perselingkuhan, ketimbang menggunakan kartu kredit yang meninggalkan jejak.

Nah, jika pasangan melakukan hal-hal rahasia lainnya seperti membatasi akses akun kartu kredit atau menyembunyikan semua surat/laporan bank, perilaku itu bisa menjadi tanda perselingkuhan.

9. Sejarah selingkuh

Penelitian menunjukkan, orang-orang dengan riwayat perselingkuhan tiga kali lebih mungkin untuk melakukan hal serupa dalam hubungan berikutnya.

Meskipun tidak perlu terlalu mencurigai, kamu tidak boleh mengabaikan naluri jika kamu merasakan tanda-tanda kecurangan di atas.

Walau punya bukti yang valid, memutuskan langkah selanjutnya tidaklah mudah.

Baca Juga : Dari Sule Hingga Lidya Kandou, Berbagai Fenomena Pernikahan Harmonis Tiba-tiba Cerai, Kenali Cirinya

Suami Selingkuh, Cerai atau Tidak?

Jika menuruti emosi, kebanyakan perempuan ingin mengakhiri pernikahannya saat itu juga saat tahu suaminya berselingkuh.

Namun, sikap reaktif sering kali menghasilkan keputusan yang tidak bijaksana.

Psikolog Irma Gustiana Andirani MPsi, mengatakan, sepahit apa pun kenyataannya, suami dan istri harus mencoba berkomunikasi kembali dan rekonsiliasi.

"Jangan bersifat reaktif. Marah boleh, tapi jangan reaktif. Cobalah untuk tenang dulu sebelum berbicara. Dengan bersikap tenang, sebenarnya kita sudah menang satu langkah untuk ngomong," ujar Irma.

Sikap reaktif dan impulsif karena dikuasai amarah biasanya akan berdampak pada banyak pihak, biasanya adalah anak.

Setelah tenang, pertimbangkan apakah apa yang akan dibicarakan akan membuat situasi lebih baik atau lebih buruk.

"Walau curiga selingkuh, jangan buru-buru melabrak. Kumpulkan dulu bukti-buktinya. Di era media sosial seperti sekarang sih enggak susah mencari buktinya," kata psikolog dari Lembaga Terapan Universitas Indonesia ini.

Dalam berkomunikasi, Irma menyarankan untuk menggunakan "I language", yaitu sudut pandang "saya".

"Misalnya kita bisa mengatakan, 'Saya tahu mas punya WIL, dan saya sangat sedih. Bukan langsung memojokkan dengan kata 'kamu begini atau begitu'," paparnya.

Proses komunikasi ini memang tidak mudah, tetapi sebagai pasangan kita wajib membuka dialog dan mencoba untuk kooperatif.

"Ajak suami untuk menyelesaikan masalah, dibicarakan maunya bagaimana. Kalau diteruskan seperti apa, kalau stuck bagaimana, atau mungkin lebih baik mundur dulu," kata Irma.

Baca Juga : Mulan Jameela Maafkan Ahmad Dhani Selingkuh Puluhan Kali, Ini Alasan Perempuan Mampu Memaafkan Perselingkuhan Suami

Jika setelah ngobrol tersebut tidak ditemukan kata sepakat, mungkin diperlukan pihak ketiga. Irma menyarankan untuk meminta bantuan konselor atau orang yang bisa memberikan pandangan obyektif.

"Sebaiknya jangan ke teman karena dia tidak akan obyektif. Pilih ke konselor atau kalau lebih percaya ahli agama, boleh juga," katanya.

 Membicarakan persoalan keluarga ini kepada keluarga besar, menurut Irma, tidak selalu tepat.

"Pertimbangkan dulu apakah masalah kita justru akan menambah beban keluarga atau tidak. Namun, kalau ada anggota keluarga yang bisa dipercaya dan membuat nyaman, silakan," ujarnya.

Kendati demikian ada sisi lain yang mungkin belum banyak terungkap, tentang mekarnya cinta dan pengertian baru, setelah tersingkapnya sebuah perselingkuhan.

Potensi inilah yang lantas melahirkan pertanyaan, benarkah perselingkuhan tidak sepenuhnya negatif seperti yang selama ini dibayangkan?

Saran untuk memiliki perspektif yang "lebar" mengenai perselingkuhan, tanpa melabeli atau melakukan generalisasi, mungkin bisa menjadi awal bagi pasangan yang mengalami persoalan ini.

Sebab, tak jarang ada orang yang mampu keluar dari persoalan perselingkuhan, dan muncul menjadi pribadi yang lebih baik dalam ikatan perkawinan.

Ada kemesraan yang justru muncul setelah seseorang menyadari kekeliruan dalam sebuah hubungan gelap yang akhirnya tersingkap.

Tumbuhnya rasa dan kemesraan bagi pasangan yang pernah selingkuh pada dasarnya adalah bagian dari evaluasi ulang dari apa yang telah terjadi. 

Sebuah kondisi di mana pasangan yang mungkin sempat terasing satu sama lain, kehilangan hubungan yang mesra, dan terjerumus dalam kebodohan, bisa bangkit kembali.

Lebih dari itu, perselingkuhan dapat memicu perasaan takut kehilangan, yang bukan tak mungkin membawa orang untuk kembali memiliki intensitas relasi yang lebih baik, setelah sempat merenggang.

Baca Juga : Mulan Jameela dan Mayangsari Dianggap Menikah dari Hasil Selingkuh, Ini Efek Menikah dengan Selingkuhan

Sebagai buntut dari terungkapnya perselingkuhan, bagi beberapa orang mungkin bisa kembali memiliki tingkat kedalaman dan kejujuran, serta keterbukaan dengan pasangan.

Hal itu juga yang mungkin menjadi pangkal penyebab renggangnya hubungan di masa sebelumnya, hingga berakhir dengan perselingkuhan.

Pada bagian selanjutnya, kondisi tersebut pun mengembalikan keintiman erotis dengan pasangan, yang mungkin pula pernah sirna saat terjadi affair.

Mungkin pula, itu ada hubungannya dengan rasa takut kehilangan, yang membuat mereka yang ada di dalamnya mengambil tindakan untuk mempertahankan hubungan lebih erat.

Dengan kata lain, proses pemulihan pasca perselingkuhan bisa menjadi hal yang memperkuat sebuah hubungan.

Lagi pula, tidak semua berharap adanya kehancuran dan kelelahan emosional yang menyertai proses tersebut, baik bagi diri sendiri maupun pasangan.

Para pakar, seperti dilansir laman 360nobs, meyakini, perselingkuhan menggeser persoalan dari porsi yang sedemikian berat, hingga beranjak ke akar permasalahan.

Pada bagian ini, pasangan yang mengalami kondisi semacam itu dapat belajar tentang orang yang kesepian, hingga akhirnya sampai pada keputusan untuk tak mengakhiri perkawinan.

Dengan demikian, efek ketidaksetiaan dapat mengubah pernikahan dengan cara yang positif, yakni membawa pasangan lebih dekat, bahkan dibandingkan di masa-masa sebelumnya.

Kendati demikian, -tentu saja, penyelesaian perselingkuhan semacam ini tak lantas meniadakan trauma, yang telah menodai ikatan suci pernikahan.

Proses pemulihan setelah perselingkuhan bisa menjadi proses yang sangat melelahkan dan bahkan berakhir dengan hancurnya perkawinan.

Meski bisa pula menjadi permulaan baru bagi hubungan yang lebih baik.