Wajib Tahu, Tinggi Badan Ibu Dapat Memengaruhi Kehamilan!

By Soesanti Harini Hartono, Kamis, 14 September 2017 | 08:45 WIB
()

Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk melihat ada tidaknya kelainan bentuk panggul atau ketidaksesuaian antara luas panggul dan besar bayi. Jika memang ada, Ibu disarankan melakukan persalinan sesar.

Yang dimaksud besar bayi, bukan hanya berat bayi namun juga diameter kepala dan lingkar kepala bayi. Sebab, tak jarang terjadi, bayi yang ditaksir beratnya kurang dari 4.000 g, ternyata tidak dapat lahir normal dikarenakan lingkar dan diameter kepala besar, sehingga tidak cukup untuk masuk panggul ibu. 

Maka dari itu, Ibu bertubuh pendek amat disarankan memeriksakan kehamilannya secara reguler, supaya perkembangan janinnya dapat dipantau dengan saksama. Saat masuk usia kehamilan 36 minggu, ingatkan dokter untuk melakukan penilaian, apakah janin bisa dicoba untuk persalinan normal atau tidak. Bila memang tidak, tentu persalinan dengan cara sesar bisa menjadi pilihan bijak.

Bukan berarti bumil dengan perawakan pendek tak bisa melahirkan secara normal, lo. Apalagi pada kenyataannya banyak juga Ibu bertubuh pendek yang memiliki panggul lebar sehingga memungkinkan untuk persalinan per vaginam (normal).

Ketiga, kontrol berat badan (BB).  Saat hamil nanti, Ibu dengan tubuh pendek harus benar-benar mengontrol BB supaya kenaikannya tidak lebih dari 12,5 kg selama kehamilan. Tujuannya agar terhindar dari risiko ketidaksesuaian antara besar bayi dan luas panggul. Namun, Ibu tetap tidak boleh melakukan diet makan, apalagi makanan sehat berprotein tinggi karena zat gizi tersebut sangat dibutuhkan oleh janin.

Jadi, nanti selama kehamilan, yang penting Ibu selalu kontrol rutin ke dokter sesuai jadwal. Ibu juga tetap harus memenuhi kebutuhan gizi melalui asupan makanan dan minuman. Pada batas tertentu, dokter akan mengingatkan Ibu kok, bila harus mulai mengerem kenaikan BB supaya bayi tidak terlampau besar. (*)