Wajib Tahu, Tinggi Badan Ibu Dapat Memengaruhi Kehamilan!

By Soesanti Harini Hartono, Kamis, 14 September 2017 | 08:45 WIB
()

155 cm, paling tidak di angka 160 cm. " data-author="Santi Hartono" />

Nakita.id.- Berapa tinggi badan Ibu? Ternyata tinggi badan seorang perempuan berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan kelak. Idealnya, bumil memiliki tinggi badan >155 cm, paling tidak di angka 160 cm.

Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan selama kehamilan, terlebih kala persalinan. Itu sebab, di negara barat, bumil dengan tinggi badan <155 cm termasuk dalam ketegori pendek dan akan mendapat perhatian khusus dari tim medis.

“Itu di barat, di Indonesia lain lagi. Karena belum ada konsensus mengenai hal ini, tapi dari penelitian yang pernah dilakukan, dokter harus sudah waspada pada perempuan dengan tinggi <140 cm. Jadi bisa dibilang ukuran tubuh pendek di Indonesia bagi perempuan adalah <140 cm,” kata dr. Satrio Dwi Prasojo, SpOG dari RS ASRI/RS Pusat Pertamina

Nah, jika Ibu masuk kategori bertubuh pendek, maka perlu mendapat perhatian khusus, karena ada risiko komplikasi saat kehamilan dan persalinan, seperti: panggul sempit, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah, persalinan preterm (prematur), persalinan tidak maju, induksi gagal, dan lainnya.

Baca juga: Bila Ibu Hamil Terlalu Gemuk Kurus Atau Pendek

Namun begitu, Ibu tak perlu khawatir berlebihan. Percayalah, walau Ibu berpostur pendek, jika kehamilan dilakukan dengan persiapan yang baik, maka tidak ada yang mesti dikhawatirkan.

KONSULTASI KE DOKTER

Jadi, jika memang postur tubuh Ibu termasuk pendek untuk ukuran orang Indonesia, ada beberapa hal yang penting diperhatikan:

Baca juga: Kontrol Pertama Ibu Hamil Pilih Bidan Apa Dokter

Pertama, yang harus dilakukan dalam perencanaan kehamilan adalah berkonsultasi ke dokter. Tanyakan kepada dokter, perihal aturan hamil bagi ibu pendek, termasuk hal-hal yang harus diwaspadai.

Kedua, setelah mengetahui riwayat medis Ibu, dokter kandungan biasanya akan melakukan pemeriksaan panggul, juga mencari tahu kondisi gangguan panggul yang dialami. Misal: kelainan panggul karena trauma kecelakaan yang merusak bentuk panggul, atau apakah Ibu memiliki riwayat penyakit yang menganggu bentuk panggul, seperti: TBC tulang atau polio.

Pada kesempatan ini, dokter biasanya akan menyampaikan, setelah hamil, maka di usia kehamilan 36 minggu Ibu akan kembali menjalani  pemeriksaan untuk menilai kapasitas panggul dan bentuk panggul, umumnya pemeriksaan dilakukan dengan periksa dalam.

Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk melihat ada tidaknya kelainan bentuk panggul atau ketidaksesuaian antara luas panggul dan besar bayi. Jika memang ada, Ibu disarankan melakukan persalinan sesar.

Yang dimaksud besar bayi, bukan hanya berat bayi namun juga diameter kepala dan lingkar kepala bayi. Sebab, tak jarang terjadi, bayi yang ditaksir beratnya kurang dari 4.000 g, ternyata tidak dapat lahir normal dikarenakan lingkar dan diameter kepala besar, sehingga tidak cukup untuk masuk panggul ibu. 

Maka dari itu, Ibu bertubuh pendek amat disarankan memeriksakan kehamilannya secara reguler, supaya perkembangan janinnya dapat dipantau dengan saksama. Saat masuk usia kehamilan 36 minggu, ingatkan dokter untuk melakukan penilaian, apakah janin bisa dicoba untuk persalinan normal atau tidak. Bila memang tidak, tentu persalinan dengan cara sesar bisa menjadi pilihan bijak.

Bukan berarti bumil dengan perawakan pendek tak bisa melahirkan secara normal, lo. Apalagi pada kenyataannya banyak juga Ibu bertubuh pendek yang memiliki panggul lebar sehingga memungkinkan untuk persalinan per vaginam (normal).

Ketiga, kontrol berat badan (BB).  Saat hamil nanti, Ibu dengan tubuh pendek harus benar-benar mengontrol BB supaya kenaikannya tidak lebih dari 12,5 kg selama kehamilan. Tujuannya agar terhindar dari risiko ketidaksesuaian antara besar bayi dan luas panggul. Namun, Ibu tetap tidak boleh melakukan diet makan, apalagi makanan sehat berprotein tinggi karena zat gizi tersebut sangat dibutuhkan oleh janin.

Jadi, nanti selama kehamilan, yang penting Ibu selalu kontrol rutin ke dokter sesuai jadwal. Ibu juga tetap harus memenuhi kebutuhan gizi melalui asupan makanan dan minuman. Pada batas tertentu, dokter akan mengingatkan Ibu kok, bila harus mulai mengerem kenaikan BB supaya bayi tidak terlampau besar. (*)