Berita Kesehatan Anak: Bayi Baru Lahir Kejang, 80% Penyebabnya Tifus!

By Gazali Solahuddin, Selasa, 4 Desember 2018 | 15:00 WIB
Bayi baru lahir kejang, 80% disebabkan oleh tifus (freepik)

Nakita.id – Moms tentu sudah tahu jika penyakit tifus umumnya berawal dari konsumsi makanan ataupun minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhi dan Salmonella typhimurium.

Keduanya biasa terdapat pada makanan dan minuman yang kurang higienis ataupun dari sumber air yang tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

Dengan kata lain, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.

Baca Juga : Tifus Abdominalis Saat Hamil

Nah, sampai si ini kita tentu akan heran, kenapa bisa tifus menginfeksi bayi?

Sebab kita tahu bayi belum makan, apalagi di bawah usia 6 bulan.

Kalaupun sudah makan, yaitu MPASI di atas usia 6 bulan, tentu kita sebagai orangtua akan sangat selektif memilih makan makanannya, memasaknya, juga menyajikannya. Betul kan Moms?

Walaupun tidak percaya jika tifus bisa menginfeksi bayi, tapi faktanya hal tersebut terjadi.

Menurut penelitian di Bagian Anak FKUI tentang bayi yang kejang waktu baru lahir, 80 persen penyebabnya adalah tifus.

Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Jangan Anggap Remeh Tipes Pada Anak! Kenali Gejala dan Risiko Komplikasinya

Penyakit ini juga ikut menyumbang angka kematian bayi yang sangat tinggi di Indonesia dimana 90 persennya akibat penyakit infeksi.

Fakta tersebut pun diamini oleh dr. Mugiyo, Sp.A. dari RS PMI, Bogor, yang telah mendapatkan banyak kasus neonatal typhoid alias tifus pada bayi.

Untuk  Moms ketahui, demam tifoid atau tifus adalah penyakit saluran cerna yang disebabkan bakteri Salmonella typhi dan Salmonella typhimurium.

Bakteri ini hidup di sanitasi yang rendah seperti lingkungan kumuh.

Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Jangan Anggap Remeh Tipes Pada Anak! Kenali Gejala dan Risiko Komplikasinya 

Pada bayi, menurut Mugiyo, penularan atau infeksi tifus bisa terjadi melalui dua cara penularan, yaitu:

1. Lewat ibu

Penularan bisa terjadi sejak bayi masih dalam kandungan yang dibawa hingga persalinan, dan lewat air susu ibu.

Kasus ini didasarkan pada penderita beberapa bayi yang sudah menderita tifus dengan gejala kejang-kejang pada saat beberapa jam atau hari sesudah lahir.

Padahal, mereka belum minum ASI atau belum mengonsumsi apa pun.

Setelah mengambil sampel dari cairan lumbal ternyata ada kuman tifoid dan kuman ini dibawa dari ibunya sejak si bayi masih di kandungan.

Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Ini Harus Dilakukan Bila Si Kecil Hiperaktif

Memang kuman tifus itu sifatnya sangat penetratif, bisa menembus dinding-dinding barier.

Sementara, penularan lewat ASI ditemukan pada bayi-bayi yang menyusu secara eksklusif dan berulangkali terserang demam serta diare.

Ini juga sesuatu yang perlu dicurigai, karena ASI sebenarnya makanan yang paling higienis untuk bayi.

Tapi kenapa bayinya selalu terserang penyakit infeksi, seperti demam dan diare.

Setelah diperiksa pencernaanya tidak apa-apa. Setelah diberi antibiotik, sembuh, tapi nanti terserang lagi.

Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Amankah Anak Menggunakan Hand Sanitizer?

Barulah setelah diteliti lebih lanjut melalui serangkaian tes, di antaranya tes darah, ternyata bayi-bayi itu menderita tifus yang ditularkan lewat ASI.

2. Lewat makanan tambahan

Umumnya terjadi bila makanan yang dikonsumsi bayi kurang diperhatikan kebersihannya.

Entah saat pengolahan, penyajian, dan pemberian. Akibatnya, bayi terinfeksi kuman yang menjadi penyebab tifus.

Adapun gejala bayi terinefeksi tifus, Mugiyo memaparkannya sebagai berikut:

* Bayi menangis atau rewel.

* Kadang disertai demam dan diare.

Baca Juga : Berita Kesehatan: 7 Makanan Nikmat Ampuh Mengatasi Kolesterol Tinggi

Karena gejalanya seperti itu, Mugiyo pun mengingatkan jika dokter bisa saja mengira bayi terkena penyakit infeksi saluran pencernaan.

Padahal bisa saja dia sebenarnya sudah terserang tifus.

Kalaupun diberikan obat antibiotik, hanya menghentikan diare atau demamnya saja.

Bisa-bisa nanti tifusnya muncul lagi.

Karena itulah, tifus tak boleh dianggap enteng atau harus diobati secara total.

Ingat, bakterinya sangat cepat berkembang biak dan menjalar ke mana-mana melalui pembuluh darah.

Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Aneka Resep Obat Berbahan Dasar Madu

Bisa menyerang paru-paru, hati, hingga otak. Tifus yang sudah tergolong berat akan sulit diobati karena sudah telanjur terjadi komplikasi.

Jika bakterinya sudah menyerang paru-paru, penderita akan sulit bernapas.

Lebih parah lagi jika bakteri sudah masuk ke otak, bayi bisa kejang-kejang karena radang otak.