Ibu Wajib Tahu! Tidak Semua Benjolan Payudara Bersifat Kanker

By Soesanti Harini Hartono, Rabu, 11 Oktober 2017 | 00:00 WIB
Perubahan payudara menjadi gejala kanker payudara stadium awal (Gisela Niken)

Nakita.id - Salah satu penyebab utama kematian perempuan di seluruh dunia adalah kanker payudara, dan sebagian besar dimulai dari benjolan. Namun tahukah Ibu, 8 dari 10 kasus benjolan payudara ternyata tidak bersifat kanker.

Namun demikian, semua benjolan perlu menjalani biopsi  karena masih dianggap sebagai cara yang tepat untuk mendiagnosis sebuah kanker. Demikian menurut Dr. Jyoti Arora, Associate Director Radiologist,  di RS Medanta- Medicity, Milwaukee. 

Kata Jyoti, setiap kali  mendengar kata biopsi, ada dua reaksi yang umum terjadi. Pertama, perempuan akan memilih untuk mengabaikannya atau mereka panik.

Kedua reaksi "ekstrem " itu kata Jyoti lebih disebabkan oleh kurangnya kesadaran hingga akhirnya  ribuan perempuan memilih untuk tidak melakukan tes (biopsi)  dan pengobatan yang tepat dan di waktu yang tepat. "Padahal, salah satu gejala awal kanker payudara adalah pembentukan benjolan di payudara.”

(Baca juga : Lawan Risiko Kanker Payudara dengan Tip Ini, Bu)

Sementara banyak perempuan dari kelompok masyarakat yang tidak terdidik tidak bisa mengidentifikasi benjolan di payudara sebagai alasan yang cukup untuk menemui dokter.

Sementara, mereka yang mengetahui adanya hubungan antara benjolan payudara dan kanker kurang  atau belum mengetahui bahwa 8 dari 10 kasus benjolan di payudara bersifat non-kanker.

Akibat mengasosiasikan benjolan di payudara adalah kanker payudara, maka para perempuan itu merasa. timbulnya benjolan adalah akhir dari kehidupan mereka jadi tidak perlu ada evaluasi kembali.

Selain itu, ada sebagian perempuan yang tidak mencari saran medis karena benjolan ini terkait dengan rasa sakit. Untuk diketahui, benjolan kanker biasanya sulit dirasakan dan tidak berhubungan dengan rasa sakit.

Benjolan non-kanker bisa berupa pembentukan kista, adenoma fibroba yang merupakan pertumbuhan non-kanker abnormal, atau bahkan mungkin merupakan ciri sementara karena siklus menstruasi perempuan.

(Baca juga : Alasan Mengapa Menyusui Mengurangi Risiko Kanker Payudara)

Jadi jika seorang perempuan merasakan adanya benjolan, ia perlu segera mengunjungi dokter yang akan melakukan mamografi dan ultrasound.

Jika benjolan berbentuk padat, maka biopsi diperlukan untuk memastikan apakah benjolan tersebut bersifat kanker atau tidak.

Saat melakukan biopsi payudara, ahli radiologi memindai jaringan dari area yang dicurigai sehingga bisa diuji di lab untuk mengetahui adanya sel kanker.

"Ada berbagai jenis biopsi yang ditawarkan untuk pasien. Biopsi jarum trucut dilakukan pada sebagian besar kasus, namun bila kelainannya sangat kecil, halus atau bila dilihat hanya pada mammogram dalam bentuk kalsifikasi atau hanya pada MRI payudara, biopsi payudara dengan bantuan vakum (VABB) lebih disukai,” ujar Dr. Jyoti.

(Baca juga : Menyusui Minimalkan Risiko Kanker Payudara)

“Melalui VABB, lebih banyak jaringan bisa dikeluarkan daripada biopsi jarum trucut dan karenanya laporan yang lebih akurat bisa dihasilkan oleh ahli patologi," tambah Dr. Jyoti.

Kita juga harus mencari perubahan di payudara, terutama dalam hal ukuran dan bentuk.

Selain pembentukan benjolan, Ibu juga harus mengamati apakah ada perubahan kulit seperti pembengkakan dan kemerahan pada saat menarik puting susu.

Atau jika ada rasa sakit, iritasi, perubahan warna, atau pengelupasan dan pengelupasan kulit puting.