Atasi Kesulitan Makan pada Anak Cerebral Palsy

By Saeful Imam, Selasa, 31 Oktober 2017 | 09:45 WIB
Seminar tentang Cerebral Palsy (Saeful Imam)

Nakita.id - Melihat ada begitu banyak persoalan kesulitan makan yang dialami anak-anak CP, Yayasan Rumah Cerebral Palsy (RCP) menggelar seminar dengan tema “Atasi Kesulitan Makan pada Anak Cerebral Palsy”.

Seminar yang digelar, Minggu 22 Oktober 2017 di Ruang Merbabu, Gedung Kompas Gramedia Majalah, Kebon Jeruk ini sekaligus dalam rangka merayakan World Cerebral Palsy Day (WCPD) 2017.

Pembicara pertama adalah Dr. Cut Nurul Afifah, SpA, dengan judul “Pemberian Nutrisi yang Tepat bagi Palsi Serebral”.

Dokter dari Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik,  Dept. Ilmu Kesehatan Anak RSCM/FKUI ini menjelaskan kepada peserta yang hadir betapa pentingnya orangtua memerhatikan asupan nutrisi anak-anak CP. “Anak-anak yang cenderung mengalami kesulitan makan memiliki kemungkinan untuk malnutrisi,” ujarnya.

Padahal dampak malnutrisi pada anak CP cukuplah serius, misalnya mengakibatkan menurunnya kekebalan tubuh sehingga anak akan mudah terkena infeksi bahkan bisa menimbulkan pneumonia (radang paru).

Kemampuan otot berkurang sehingga anak tidak mampu batuk secara kuat.

Bisa juga timbul menurunkan kapasitas kerja jantung hingga memungkinkan terjadi gagal jantung.

Malnutrisi pun mengakibatkan  pertumbuhan otak makin berkurang.

Biasanya dokter akan melakukan assessment untuk menilai kondisi si anak: melihat kondisi fisik seperti berat, tinggi, dan lingkar kepala.

Kemudian juga dinilai kemampuan makannya.

Dari dua hal tersebut bisa ditentukan bagaimana cara ia mengejar ketertinggalan berat badan menuju berat badan ideal.

Apakah diberikan dalam bentuk makanan cair, semi padat, atau padat.

Kemudian via oral seperti pada umumnya proses makan berlangsung atau melalui selang NGT.

Kebutuhan kalori per hari akan dihitung agar bisa diberikan dengan baik dan bisa tercapainya berat badan ideal dalam kurun waktu tertentu.

Salah satu makanan cair yang bisa mendukung proses perbaikan nutrisi pada anak –anak dan juga tentu saja anak CP adalah pemberian Nutrinidrink.

Seperti dijelaskan oleh Dwi Meilia, dari Nutricia, dalam keadaan sakit akut maupun kronis anak-anak mengalami ketidakseimbangan energi yang disebabkan meningkatnya kebutuhan energi yang tidak diimbangi dengan asupan nutrisi yang cukup.

Gangguan nutrisi bukanlah perkara yang bisa dianggap enteng, karena bisa menimbulkan penurunan tingkat IQ 5 poin.

Selain itu, kekurangan asupan nutrisi pun memperlambat proses penyembuhan anak.

Kesulitan makan yang saat itu terjadi, dalam kurun waktu tertentu bisa diatasi dengan pemberian ONS (Oral Nutritional Supplements).

Mengenai jumlahnya, akan dipengaruhi oleh status gizi si anak.

Dokter ahli gizi biasanya akan menghitung berapa kalori yang dibutuhkan.

Nutrinidrink adalah makanan tinggi nutrisi untuk anak usia 1-12 tahun yang beresiko gizi kurang atau untuk anak yang memerlukan gizi tinggi sesuai diagnosa dokter atau ahli gizi.

Dilengkapi dengan MF6 (Multi Fiber), campuran serat larut dan tidak larut yang dapat membantu kesehatan saluran cerna si Kecil.

Kandungan nutrisi dalam Nutrinidrink memungkinkan anak mendapatkan energi yang tinggi dalam porsi saji yang lebih kecil.

Tersedia dalam beberapa varian, yaitu cokelat, vanila, stroberi dalam kemasan ready to drink 200 ml (siap minum) maupun sediaan bubuk 400 gram.

Melatih anak untuk tetap memiliki kemampuan makan pada anak CP memang perlu dilakukan bertahap.

Pada setiap anak berbeda solusinya, bergantung kasus dan derajat keparahan yang terjadi pada anak tersebut.

Misalnya, anak yang berumur sama, sebut saja 3 tahun, belum tentu sudah memiliki kemampuan mengunyah tekstur makanan yang sama.

Bisa jadi yang satu masih dalam bentuk makanan halus, anak lain sudah dalam bentuk makanan padat.

Namun demikian melatih anak untuk tetap mampu mengunyah dan menelan dengan baik tetap harus dilakukan dengan memberikan terapi yang memadai.

Sesi ketiga disampaikan oleh Dr. Johannes Purwanto, SST, FT, SPsi., yang menekankan “Feeding Therapy” bukanlah semata perkara mengunyah dan menelan, tetapi bagaimana postur dan posisi yang mendukung proses makan secara keseluruhan.

Dalam hal ini, terapis akan melatih pengaturan posisi yang tepat, penguatan postur seperti stabilitas kepala dan leher, punggung juga panggung.

Bahkan, memperbaiki pola pernafasan. Sehingga anak bukan hanya butuh fisioterapis, namun sekaligus juga okupasi terapi dan terapi wicara.

Terapis akan memberikan pelatihan itu. Namun, ingatlah selalu terapis terbaik adalah Ibu.

Jadi, Bu, tetap lakukan latihan di rumah oleh Ibu dengan ilmu yang Ibu dapat dari terapis/dokter.

Untuk itulah, menurut Pak Jo sapaan akrab dokter yang bertugas di RS Siak, Riau ini, saat ses terapi anak, orangtua harus terlibat penuh agar bisa mempraktikkannya pada anak saat di rumah.

Di sesi ini, Pak Jo memberikan pelatihan pada orangtua bagaimana memberi makan pada anak dengan memperbaiki kendala-kendalanya terlebih dulu.

Seminar yang berlangsung dari jam 9 pagi ini sangat antusias diikuti oleh para Ayah-Ibu yang hadir.

Pertanyaan datang bertubi-tubi untuk para ahli.

Bahkan di luar sesi, mereka masih menyempatkan untuk berkonsultasi dengan para narasumber.

Belum lagi banjir hadiah dari para partner yang mendukung acara ini.

Harapan para orangtua, seminar dan workshop semacam ini kerap diselenggarakan untuk memperkaya wawasan mereka dalam merawat anak-anak CP. “Rumah Cerebral Palsy yang beranggotakan hampir 2.000 orang ini tentu saja bercita-cita untuk melakukan edukasi lebih sering dengan berkeliling ke beberapa wilayah dan secara kontinyu dilakukan,” kata Iis R. Soelaeman, Pembina Yayasan Rumah Cerebral Palsy.

Teks: Eraldhys Foto: Ferdiansyah