Disarankan Aborsi Karena Janin Tak Bisa Hidup Bertahan Lama, Sang Ibu Rela Hamil 9 Bulan Hingga Melahirkan Bayi Perempuannya. Alasannya Bikin Sedih!

By Soesanti Harini Hartono, Senin, 6 November 2017 | 00:45 WIB
bayi terkena sindrom langka (Santi Hartono)

Nakita.id - Samantha Rose adalah bayi perempuan yang lahir dengan sindrom Patau, kelainan genetik dan kromosom yang dialami janin ketika masih berada di dalam rahim dan menyebabkan kecacatan pada bayi usai dilahirkan hingga bayi tak bisa bertahan hidup lebih lama yang langka.

Walau begitu, kedua orangtua yakni Adam dan Stefanie Wahl bertekad untuk melahirkan Baby Samantha agar ia dapat menjalani hidupnya yang singkat.

Saat pertemuan pertama dengan bayi perempuannya, Stefanie telah mengetahui kondisi buah hatinya yang hanya berumur pendek.

Kini sang ibu menjelaskan alasan mengapa ia membuat keputusan yang menguras hati dengan membiarkan kehamilannya terjadi secara penuh dan melahirkan Baby Samantha.

"Kami tidak mau  menjadi penyebab kematian putri kami. Saya senang bisa bertemu dan bercanda dengan gadis kecil saya selama dia senang bersama kami. Paling tidak saya bisa melakukannya, seperti ibunya." kata Adam (27) sang ayah kepada Mirror Online, tentang keputusannya bersama istri untuk tidak melakukan aborsi.

(Baca juga : Terungkap, 10 Langkah Menyapih Anak dengan Aman dan Nyaman)

Orangtuanya sangat gembira bisa diberi kesempatan bertemu dengan putri mereka yang "cantik", walau pada hari yang sama mereka juga diwarnai dengan kesedihan.

Sindrom Patau dapat menyebabkan cacat wajah, kelainan seperti jari tangan dan jari kaki ekstra dan dalam kasus terburuk mengakibatkan organ tubuh tumbuh di luar tubuh.

Sembilan dari 10 bayi yang lahir dengan penyakit langka, yang juga dikenal sebagai Trisomy 13 ini meninggal dalam kurun waktu 1 tahun.

Pasangan Stefanie dan Adam, dari Alberta, Kanada ini pertama kali mengetahui kondisi Samantha pada saat pemeriksaan ultrasound di usia kehamilan 20 minggu.

"Ketika kami menemukan kemungkinan adanya Trisomi 13, saya terpana. Itu lebih buruk daripada skenario terburuk untuk saya," tutur Stefanie.

Mengetahui hal ini, dokter menyarankan mereka untuk melakukan aborsi. Namun tanpa pertimbangan pasangan ini menolak, dan kemudian menamai calon bayi mereka.