Nakita.id - Percaya atau tidak, ternyata masih banyak orangtua yang sering memaksa anaknya makan, mungkin karena anak susah makan dan pilih-pilih. Tapi tahukah, Bu, hal ini bisa membuat anak tersedak dan dalam kasus terparah, kematian.
Bila biasanya Ibu harus berlari ke sana kemari mengejar anak yang tak mau disuapi, sebaiknya jangan terlalu memaksakan anak untuk menghabiskan makanan yang ada di piring/mangkuk seluruhnya.Bila Ibu masih melakukan hal ini, hentikan segera dan rileks.
Terkadang tanpa disadari, Ibu memaksa anak-anak demi kebaikan, yang sebenarnya bisa berdampak buruk bagi mereka. Bila waktu makan tiba, Ibu mulai bingung menerapkan strategi apa lagi yang hendak diterapkan agar anak mau makan.
Nah, sebelum memaksa anak makan, penting bagi Ibu untuk tidak membuat kesalahan umum saat memberi makan si buah hati.
Baca juga : Paksa Anak Makan = Kegemukan
Kesalahan 1: Mengatakan kepada anak bahwa Ibu marah / sedih / terluka karena mereka menolak makanan atau menolak menghabiskan makanan.
Lebih baik Ibu bersikap positif dengan memberi tahu kebaikan bagi anak agar tak membuang makanan, nyatanya anak akan meminta makanan pada saat mereka merasa lapar atau tergoda untuk mencoba makanan tertentu. Jadi Ibu tak perlu khawatir!
Kesalahan 2: Hanya menyajikan makanan favorit anak-anak.
Hanya karena anak doyan makan kentang goreng, tidak berarti Ibu harus menyediakannya setiap saat. Sebagai gantinya, berikan sebagian sayuran, daging, atau nasi dan teruskan sampai anak ingin mencobanya. Ingat, seorang anak harus ditawari makanan yang sama hingga sepuluh kali agar mereka bisa belajar mengenal rasa.
Baca juga : Anak Susah Makan, Bisa Jadi Karena Gangguan Bawaan
Kesalahan 3: Bersikeras agar anak menghabiskan makanan.
Anak-anak bukan orang dewasa, dan mereka akan mengonsumsi makanan secara selektif. Jangan khawatir jika piring mereka masih tersisa makanan. Konsentrasilah pada apa yang mereka makan. Ada banyak waktu sebelum mereka menyadari bahwa tidak baik membuang-buang makanan dan akhirnya mereka akan menghabiskan makanan di tiap piring mereka. Semangat, Bu! (*)