Berita Kesehatan Bayi: Kisah Perjuangan Ezra, Bayi Prematur Pengidap Bronchopulmonary Dysplasia

By Nikita Yulia Ferdiaz, Senin, 7 Januari 2019 | 17:12 WIB
Ethan Ezra, bayi prematur yang lahir pada tanggal 13 November 2018 di RS Eka Hospital, BSD, Tangerang Selatan menderita bronchopulmonary dysplasia. (Koleksi pribadi)

 

Nakita.id - Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi lebih dari tiga minggu sebelum perkiraan tanggal kelahiran bayi.

Dengan kata lain, kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum awal minggu ke 37 kehamilan.

Baca Juga : Kelahiran Prematur, Perhatikan Faktor Risiko yang Terjadi pada Bayi

Bayi prematur biasanya memiliki ketahanan tubuh yang rendah sehingga rentan terkena berbagai macam penyakit.

Tidak seperti bayi normal, bayi dengan kelahiran sebelum masanya memiliki organ tubuh yang belum sempurna.

Baca Juga : Berita Kesehatan: BPJS Kesehatan Tekor, Beberapa Rumah Sakit Hentikan Kerja Sama

Salah satu penyakit yang diderita karena belum sempurnanya organ tubuh pada bayi prematur adalah Bronchopulmonary Dysplasia (BPD) 

BPD merupakan penyakit atau kelainan paru-paru yang dapat diderita oleh bayi yang lahir prematur.

Gangguan pernapasan ini dikarenakan paru-paru tidak dapat mengembang dan berkontraksi secara normal karena sistem pernapasan yang belum matang.

Baca Juga : Yuk Simpan 4 Tanaman Ini di Ruangan Bayi Agar Pernapasannya Sehat

Terdapat bintik-bintik putih pada paru-paru dan lendir kental yang membuat paru-paru bayi tidak berkembang secara optimal.

Bayi dengan kondisi tersebut biasanya membutuhkan alat bantu pernapasan (ventilator) sebagai sarana agar tetap bernapas.

Orangtua Ezra, Melissa Santiago dan Anton Izecson.

Penyakit ini juga diderita oleh Ethan Ezra, bayi yang lahir pada tanggal 13 November 2018 di RS Eka Hospital, BSD, Tangerang Selatan.

Ezra, sapaan hangat dari orang tuanya, Melissa Santiago dan Anton Izecson ini sebenarnya memiliki kembaran yang bernama Ethan Eve.

Baca Juga : Tajir Melintir! Laudya Bella Traktir Raffi Ahmad di Restoran Paling Mahal Se Jepang, Total Bill-nya Bikin Merinding

Sayangnya Eve hanya dapat bertahan hidup selama 31 jam. Ezra lahir dengan berat badan 700 gram, sedangkan Eve lahir dengan berat badan 720 gram.

Saat wawancara dengan Nakita.id, Senin (7/1), Melissa menyebutkan bahwa Ezra bukanlah anak pertama, melainkan anak dari kehamilannya yang ke tiga.

“Sebenarnya ini bukan kehamilan yang pertama. Di kehamilan pertama tahun 2015, anak aku lahir pada usia 22 minggu dengan berat 490 gram, tapi itu juga bertahan hidup selama 10 jam saja.

Sekitar tahun 2017, saya hamil lagi tapi hanya sampai 5 minggu karena janin tidak berkembang. Nah yang ketiga, lahirlan Eve dan Ezra ini, lahir diusia kandungan 22 minggu,”, ujarnya.

Baca Juga : Supaya Si Kecil Mau Makan Sayur Berikan 4 Motivasi Menyenangkan Ini

Menurut penuturan wanita 30 tahun ini, kondisi rahimnya berbentuk hati sehingga membuat janin di dalam perutnya tidak dapat bertahan lama.

Dalam masa kehamilan terakhirnya, Melissa sempat dilarikan 3 kali ke rumah sakit karena mengalami flek dan di usia kehamilan 22 minggu ia sudah kontaksi.

Dokter menyarankan untuk melakukan operasi ikat mulut rahim karena kondisi mulut rahim sudah lunak. Operasi ini bertujuan agar menghambat bayi lahir.

Baca Juga : Caca Tengker Curhat Rasakan Sesak Saat Hamil, Waspadai Hal Ini

Namun pada kenyataannya, dua hari kemudian Melissa merasakan kontraksi lagi sehingga bayi harus dikeluarkan saat itu juga.

 

Setelah 2 bulan di rawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU),Ezra tetap bertahan dan berat badannya naik menjadi 2,2 kg.

Reaksi jantung Ezra sudah semakin membaik, dan sudah dapat merespons ASI dengan baik.

“Sayangnya paru-paru Ezra belum berkembang normal. Fungsi pertukaran oksigen dan karbondioksida pada tubuh Ezra belum maksimal, jadi masih butuh bantuan ventilator. Jadi paru-paru Ezra ini seperti kemasukan air, jadi ada bintik putihnya di paru-paru,”, tambah Melissa.

Baca Juga : Nyeri Saat Batuk Jadi Tanda Radang Selaput Paru-paru, Waspada Tanda Lainnya

Selama ini Ezra mendapatkan perawatan intensif untuk menghilangkan bakeri pada paru-parunya, dan akan medapatkan perawatan lanjutan agar paru-parunya berkembang normal.

Walaupun Ezra dibantu dengan alat bantu pernapasan, selama ini ia tetap mendapatkan ASI dari sang ibu.

“Ezra tetap minum ASI, kira-kira 1 cc dari oral (menyusu langsung), sisanya dari selang yang terpasang,” tutur Melissa.

Baca Juga : Berita Kesehatan: Manfaaat Lain Jahe, Tak Cuma Buat Detoksifikasi

Semoga Ezra cepat sembuh dan tumbuh sehat. Ibunya berharap Ezra bisa menjadi penolong bagi sesamanya sesuai arti namanya. (*)

 

note: Sourcenya wawancara by phone