Titi Wati Obesitas 350 Kg, Ternyata Perilaku Hormon Bisa Memicunya

By Anisa Annan, Jumat, 11 Januari 2019 | 21:32 WIB
Titi Wati, perempuan dengan berat badan 350 kg (Tribun Medan TV)

Nakita.id - Wanita asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, tengah menjadi sorotan media.

Titi Wati, namanya belakangan ini ramai diperbincangkan dan muncul di berbagai platform media.

Pasalnya Titi alami obesitas hingga berat badannya mencapai angka 350 kilogram.

Baca Juga : Belajar Kasus Obesitas Titi Wati, Ini 5 Tanda Tubuh Mulai Kegemukan

Dilansir dari Tribun News, Titi telah mengalami obesitas selama 6 tahun terakhir.

Berdiri pun sulit dilakukannya.

Dokter yang memeriksa Titi memberikan penjelasan padanya, Titi alami kelebihan hormon sehingga berat badannya naik tanpa terkendali.

Melansir Betterhealth, para penderita obesitas memang memiliki jumlah hormon tertentu yang tidak wajar.

Tidak seimbangnya hormon-hormon itu kemudian memicu metabolisme tubuh yang abnormal dan meningkatkan akumulasi lemak dalam tubuh.

Sistem kelenjar yang dikenal sebagai sistem endokrin melepaskan hormon ke aliran darah kita.

Sistem endokrin bekerja sama dengan sistem syaraf dan kekebalan tubuh untuk membantu badan melawan berbagai kondisi dan stres.

Kelebihan atau kekurangan hormon dapat memicu obesitas, kemudian obesitas pun menjadi penyebab perubahan perilaku hormon dalam tubuh.

Perilaku hormon dapat picu obesitas

Ketika tubuh mulai alami kenaikan berat badan, hormon-hormon pun bekerja dengan berbeda.

Leptin, hormon yang memiliki tugas untuk mengurangi nafsu makan tidak direspon dengan semestinya jika tubuh semakin banyak menumpuk lemak.

Alih-alih berhenti makan, orang yang obesitas tidak akan merasa kenyang setelah makan.

Baca Juga : Doorprize Berlian Hingga Gelang Emas di Megahnya Ulang Tahun Agatha Chelsea, Finalis Idola Cilik

Hal ini memicu hilangnya kontrol saat makan, dan terus menambah kalori pada tubuh karena tak kunjung kenyang.

Selain leptin, insulin pun tak bekerja dengan baik jika tubuh melewati bobot ideal.

Insulin menstimulasi glukosa diserap oleh otot, hati, dan lemak untuk kemudian diproses menjadi energi.

Namun pada orang yang alami obesitas, sinyal insulin kadang hilang dan organ-organ tubuh tidak mampu mengontrol level glukosa.

Pada wanita, hormon seksual seperti oestrogen yang mengontrol siklus ovulasi dan menstruasi pun berubah perilakunya saat tubuh memiliki bobot berlebih.

Semakin berat badan kita, produksi oestrogen akan semakin berkurang.

Ternyata berkurangnya oestrogen pun memiliki kaitan dengan obesitas.

Penelitian membuktikan jika kurangnya oestrogen pada tubuh memicu kenaikan berat badan secara drastis.

Kebiasaan buruk makan berlebihan dan jarang berolahraga juga memengaruhi kinerja hormon-hormon itu.

Semakin lama kebiasaan itu dipertahankan, tubuh akan mengalami pemrograman ulang yang mengatur nafsu makan dan distribusi lemak.

Baca Juga : Beredar Foto Saat Remaja 5 Penyanyi Papan Atas Ini, Mana yang Tetap Awet Muda Hingga Sekarang?

Akibatnya, secara fisiologis orang yang kelebihan berat badan karena kebiasaan tersebut semakin besar pula kemungkinannya untuk terus menambah berat badan hingga mengalami obesitas.

Tak mudah mengembalikan metabolisme tubuh dan hormon untuk bekerja seperti sedia kala jika badan telah alami obesitas.

Tubuh akan menolak gangguan seperti diet instan, karena telah membaca kondisi abnormal bobot berlebih sebagai sesuatu yang normal.

Maka cara terbaik untuk menyembuhkan obesitas adalah mengubah kebiasaan dalam jangka panjang.