Pantang Menyerah, Perempuan Ini Melawan Kanker Sampai Empat Kali

By Cecilia Ardisty, Sabtu, 12 Januari 2019 | 14:37 WIB
Laura Marler bertahan meski kena 4 kanker ()

Nakita.id - Lauren Marler mendapati gejala-gejala aneh pada usia 15 tahun dan ia memiliki firasat bahwa ia mengidap kanker

Untuk membuktikan firasatnya ia melakukan pemeriksaan, dan dokter menyatakan firasatnya benar.

Pada 2005, Marler mendapati bahwa ada darah di kursinya.

Selama dua tahun Marler tetap diam sampai gejalanya memburuk. "Aku mencari tau gejala yang aku alami dan semua tanda-tanda itu menunjukkan penyakit kanker usus besar," katanya

"Aku ketakutan tetapi masih tidak sanggup memberi tahu ibu secara langsung, jadi aku menulis surat kepadanya, mengatakan bahwa aku mengidap kanker.

Ibuku menganggap aku berlebihan, bahkan mengatakan bahwa aku hanya mengalami sembelit."

Gejala yang dialami Marler tetap sama meskipun melakukan diet tinggi serat.

Lalu dokter melakukan endoskopi dan kolonoskopi dan mengkonfirmasi apa yang diketahui Marler pada usia 17 tahun dan benar bahwa ia menderita kanker usus besar.

Baca Juga : Ayah Hrithik Roshan Berjuang Lawan Kanker, Sussanne Khan Beri Dukungan dengan Katakan Ini

"Ketika aku bangun dari tidur, ibuku melihat ku seperti melihat hantu.

Dokter yang menangani aku juga menangis.

Katanya ia tidak pernah menangani penyakit yang separah ini, dan mengatakan aku perlu dipindah ke Pusat Kanker MD Anderson University of Texas," ungkap Marler. 

Di sana Marler bertemu dengan Miguel Rodriguez-Bigas, MD, FACS, FASCRS, yang menyembuhkan kanker usus besar dan hampir semua rektumnya serta menyisakan satu rektum untuk mempertahankan fungsi pencernaan dan untuk menghindari memiliki kantong ileostomi seumur hidup.

Namun hanya sembilan bulan kemudian, kankernya kembali.

Setelah melakukan operasi, tiga bulan kemoterapi dan radiasi, Marler percaya bahwa kankernya sudah sembuh.

Marler masih melakukan pemeriksaan secara rutin, sampai pada usia 23 tahun ia mendapat panggilan dari rumah sakit bahwa ia terkena kanker lagi.

Baca Juga : Jarang Disadari, 11 Makanan yang Kerap Dikonsumsi Ini Bisa Memicu Kanker

"Aku sedang bekerja dan dokter menelepon untuk memberi tahu bahwa scan menunjukkan ada sesuatu di rahim.

Dokter mengungkapkan ada kanker endometrium yang agresif.

Kami kembali ke MD Anderson untuk bertemu dengan TT Ramirez, MD, yang merekomendasikan histerektomi penuh.

"Untungnya, waktu itu, kankernya terkandung pada polip, jadi saya tidak perlu kemoterapi," jelasnya.

 

Bingung dengan kasus penyakit Marler, Dr. Rodriguez-Bigas merekomendasikan agar dia mendapatkan tes genetik.

Tes mengungkapkan bahwa Marler memiliki kelainan yang sangat langka yang disebut CMMRD.

Dr. Rodriguez-Bigas menjelaskan bahwa kelainan tersebut terjadi pada orang yang memiliki kanker yang berbeda-beda, sehingga membuat sel tubuhnya tidak bisa memperbaiki diri.

Orang tua Marler memiliki riwayat lynch syndrome, mutasi pada gen yang disebut PMS2 yang membuat mereka sangat rentan terhadap kanker usus besar, endometrium, dan jenis kanker lainnya.

Ketika Marler mewarisi dua salinan gen yang buruk, itu berarti dia sangat rentan terhadap berbagai jenis kanker.

Baca Juga : Ngeri Banget! Ikan Asin Ternyata Jadi Penyebab Kanker Nasofaring Seperti yang Diidap Ustad Arifin Ilham

Tidak ada pengobatan untuk kelainan ini, yang bisa dilakukan adalah pemindaian rutin untuk menangkap kanker yang berkembang lebih awal.

Tiga tahun kemudian, Marler mengalami batuk, muntah, dan demam tinggi.

Dokter menemukan ada yang mencurigakan pada kelenjar getah bening dan Marler kembali ke dokter yang serupa.

"Aku tidak percaya itu terjadi lagi.

Biopsi menunjukkan bahwa itu adalah limfoma, salah satu jenis yang paling sulit diobati.

Para dokter memberi tahu aku bahwa perawatan akan sangat melelahkan." 

Baca Juga : Buntut Maulia Lestari dan Fatya Ginanjarsari Tersandung Prostitusi Online, YPI Minta Finalis Puteri Indonesia untuk Jaga Nama Baik

Marler melakukan enam jenis kemoterapi, salah satunya dikirim melalui sumsum tulang belakangnya. 

Hari ini, pada usia 28, Marler bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup.

Keluarga Maler memujinya akrena kemampuannya untuk menahan rasa sakit dengan senyuman.