Latih Anak Disiplin Tanpa Membentak, Gunakan Satu Metode Efektif Ini!

By Natasha Nur Ananda, Selasa, 15 Januari 2019 | 11:03 WIB
Mengajarkan anak disiplin dengan metode time out (iStock)

Nakita.id - American Academy of Pediatrics (AAP) baru-baru ini membuat larangan memukul sebagai alat pendisiplinan di Amerika Serikat.

Menurut kebijakan terbarunya, memukul tidak efektif dalam mengajarkan tanggung jawab dan pengendalian diri anak.

Selain itu, dapat menyebabkan kerusakan psikologis pada anak dengan meningkatkan agresi dan memengaruhi perkembangan otak normal.

Sebagai gantinya, AAP merekomendasikan berbagai metode disiplin seperti membangun hubungan yang jelas antara perilaku dan konsekuensi, menghargai perilaku positif, dan menggunakan teknik time-out.

Time-out adalah bentuk modifikasi perilaku yang melibatkan pemisahan sementarapada anak dari lingkungannya, ketika Si Kecil membuat perilaku yang tidak dapat diterima.

Teknik time-out berfungsi melatih anak-anak untuk belajar mengatur pikiran dan perasaan mereka, sampai mereka siap mengungkapkannya dengan baik pada orangtuanya.

Dengan demikian, anak-anak pun dapat berlatih untuk bersabar dan mengerti konsep bertanggung jawab atas perilaku mereka.

Berbagai penelitian selama bertahun-tahun telah menemukannya efektif dalam mengurangi perilaku buruk pada anak-anak usia 2 hingga 6 tahun.

Terlepas dari AAP, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit juga mendukung time-out sebagai praktik terbaik untuk mempromosikan perilaku yang baik pada anak kecil.

Tetapi teknik disiplin anak ini mungkin yang paling banyak disalahgunakan, dengan banyak pakar pengasuhan yang mempertanyakan efektivitas, kegunaannya, dan bahkan etika menggunakannya sebagai cara untuk 'memodifikasi' perilaku anak.

Ketika anak mulai berkata "tidak" dan membuat amarah, mungkin bingung apa yang harus dilakukan.

Beberapa orangtua berusaha menenangkan anak dengan mengalihkan perhatiannya, sementara yang lain mengeluarkan perintah berulang atau bahkan terpaksa mengancam.

Para ahli setuju bahwa time-out harus digunakan ketika anak-anak telah kehilangan kontrol diri dan menunjukkan tanda-tanda agresi (berteriak dan mengalami kehancuran).

Bagaimana membuat teknik time-out bekerja? Para ahli mengatakan ingat hal-hal berikut:

1. Perjelas situasi apa yang membutuhkan time-out 

Banyak orangtua menggunakan time-out berdasarkan pada seberapa frustrasi mereka dengan anak mereka daripada sebagai respons terhadap perilaku anak mereka.

Kuncinya adalah lebih spesifik: time-out adalah waktu yang pas ketika Si Kecil memukul saudara kandung.

2. Jangan menggunakan time-out ketika anak berusaha menghindari dari sesuatu

Jika seorang anak tidak ingin pergi tidur, memberinya sedikit waktu adalah hal yang baik.

Sebenarnya memberinya apa yang diinginkannya seperti penundaan sehingga ia tidak harus tidur lebih awal.

3. Tentukan tempat

Time-out karena bosan, itulah sebabnya Moms akan menemukan orangtua yang meminta mereka untuk "menghadap tembok."

Tetapi pastikan itu adalah tempat di mana Moms masih dapat mengawasi tanpa berada di ruangan yang sama.

Salah satu alasan mengapa waktu menyendiri dianggap tidak efektif adalah karena orangtua terus memperkuat perilaku negatif sementara anak-anak berada di waktu menyendiri.

"Selama time-out, orangtua harus mengabaikan anak itu sampai mereka berdua tenang," kata Lolita David, seorang guru prasekolah.

4. Putuskan berapa lama waktu yang dibutuhkan

Menurut AAP, orangtua harus mengabaikan anak-anak sepenuhnya selama satu menit untuk setiap tahun.

Sebagai contoh, seorang anak berusia 2 tahun mendapat waktu dua menit, sedangkan seorang anak berusia lima tahun mendapat waktu lima menit.

5. Pastikan dia masih melakukan tugas setelah waktunya habis

Misalnya, Moms membuat mereka melakukan time-out karena ia tidak ingin membersihkan mainannya.

Setelah time-out, biarkan dia membersihkan mainannya.

Jika dia masih tidak mau, suruh dia melakukan time-out lagi.

Oleh karena itu, betapa pentingnya untuk mengajarkan Si Kecil apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.