Luna Maya Tenangkan Diri Usai Mantan Pacar Nikahi Temannya, Peneliti: Patah Hati Bisa Sebabkan Kematian

By Kirana Riyantika, Kamis, 28 Februari 2019 | 10:20 WIB
Luna Maya tenangkan hati usai Reino Barack nikahi Syahrini, Peneliti: patah hati bisa sebabkan kematian (instagram@lunamaya)

Nakita.id - Nama Luna Maya selalu dikait-kaitkan dengan pernikahan Syahrini dan Reino Barack.

Sebab, sebelum memutuskan menikahi Syarhini, Reino Barack terlebih dahulu menjalin hubungan dengan Luna Maya selama 5 tahun.

Banyak yang merasa simpati kepada Luna karena harus merasakan patah hati setelah 5 tahun menjalin kasih.

Baca Juga : Syahrini Nikah, Ini Siasat Dapatkan Suami Kaya Raya dan Tampan Seperti Reino Barack! Patut Dicoba

Terlebih Syahrini bukan orang asing bagi Luna, ia adalah rekan sesama artis dimana mereka kerap menghabiskan waktu bersama.

Namun, apa mau dikata ternyata jodoh Luna Maya bukanlah Reino Barack, sang pengusaha sukses yang telah dipacarinya bertahun-tahun.

Tak dapat dipungkiri, Luna kini tengah merasakan pahitnya patah hati.

Melalui unggahan instagram story-nya beberapa waktu lalu, Luna mengungkapkan kesedihan ketika mencintai seseorang yang ternyata bertepuk sebelah tangan.

"Don't love too depply until you're sure that the other person loves you with the same depth. (Jangan mencintai terlalu dalam sampai kamu yakin kalau pihak satunya juga punya perasaan cinta sebesar dirimu," bunyi unggahan Luna.

Baca Juga : Begini Potret Cantik Ibu Mertua Syahrini yang Jarang Tersorot, Memukau dan Awet Muda!

"Because the depth of your love today is the depth of your wound tomorrow. (Karena semakin dalam cintamu hari ini, akan semakin besar pula luka hatimu esok)."

Meski demikian, Luna tampaknya langsung menghapus unggahan Instagram Story tersebut sesaat setelah diunggah.

Luna Maya juga dikabarkan sedang pergi ke luar negeri untuk menenangkan diri di hari pernikahan sang mantan pacar.

Moms, ternyata patah hati tak hanya mengobrak-abrik perasaan, namun juga bisa memengaruhi kondisi kesehatan seseorang.

Beberapa peneliti menegaskan untuk tidak meremehkan patah hati.

Meskipun seringkali istilah patah hati hanya menjadi kiasan atau lelucon belaka, tetapi siapa sangka bila faktanya istilah ini bisa menimbulkan komplikasi yang mematikan.

Sindrom patah hati atau dalam ilmiahnya sindrom takotsubo adalah kondisi di mana ventrikel jantung kiri membesar dan melemah sehingga jantung tidak dapat memompa darah dengan normal.

Baca Juga : Momo Geisha Melahirkan Bayi yang Sangat Cantik, Begini Paras Pewaris Pertama Perusahaan Furniture

Kondisi ini sering dipicu oleh tekanan emosional, misalnya seperti perpisahan dengan pasangan atau kematian seseorang yang dicintai.

Meski begitu, ada pula yang dipicu oleh kondisi fisik, misalnya serangan asma.

Pada umumnya patah hati dapat pulih dengan sendirinya, tetapi pada beberapa orang lainnya hal ini membutuhkan perhatian medis secepat mungkin.

Baca Juga : Asam Urat Tidak Segera Diobati, Bisa Berisiko Komplikasi Penyakit Ini

Terlebih lagi, sebuah studi yang dilakukan Rumah Sakit Universitas Zurich di Swiss menyatakan, bahwa angka risiko kematian bagi pasien sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik terhitung tinggi meski setelah bertahun-tahun dinyatakan sembuh.

Hampir 24 persen pasien di rumah sakit dengan komplikasi syok kardiogenik meninggal dunia, dibandingkan dengan hanya 2 persen pasien sindrom patah hati tanpa syok kardiogenik.

Bahkan, lima tahun pasca dinyatakan sembuh, tingkat kematian pasien dengan sindrom patah hati dengan syok kardiogenetik sekitar 40 persen, dibandingkan dengan 10 persen untuk pasien yang tidak mengalami syok kardiogenik.

"Di luar tingginya kematian jangka pendek akibat sindrom ini, untuk pertama kalinya analisis ini menemukan orang-orang yang mengalami sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik berisiko tinggi untuk meninggal beberapa tahun kemudian," ujar Christian Templin yang temuannya akan diterbitkan dalam jurnal Circulation.

"Ini menunjukkan pentingnya pantauan jangka panjang terutama pada pasien sindrom ini," tambahnya.

Baca Juga : Denny Darko Sebut Luna Maya Tak Balikan dengan Ariel, Ia Bongkar Sosok Pria yang Akan Jadi Kekasih Baru Luna

Pada dasarnya, gejala sindrom patah hati menyerupai dengan serangan jantung, seperti nyeri dada dan sesak napas.

Namun bedanya, pada sindrom patah hati tidak ada penyumbatan pembuluh darah jantung dan biasanya pasien dinyatakan sembuh total dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah perawatan.

Sayangnya menurut penelitian terbaru, sekitar 1 dari 10 pasien dengan sindrom patah hati mengalami komplikasi syok kardiogenik.

Komplikasi ini mengancam nyawa pasiennya karena jantung mereka secara tiba-tiba tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Pasien dengan syok kardiogenik juga cenderung memiliki tipe detak jantung tidak teratur yang disebut fibrilasi atrial, memiliki tingkat kemungkinan diabetes yang lebih tinggi, dan menderita faktor risiko lain untuk penyakit jantung.

"Untuk itu, pemantauan ketat bisa mengungkapkan tanda-tanda awal syok kardiogenik dan memungkinkan penanganan yang cepat," kata Templin seperti yang diberitakan Live Science pada Senin (05/11).

Penemuan ini juga menemukan bahwa pasien dengan syok kardiogenik memiliki harapan hidup yang lebih tinggi jika dirawat dengan perangkat yang memberikan dukungan mekanis ke jantung, seperti alat yang membantu meningkatkan dorongan pada aliran darah.

Baca Juga : Apakah Anak Suka Mengeluh Pusing? Mungkin Ini Penyebabnya, Moms!

"Meskipun perangkat ini harus digunakan dengan hati-hati, itu bisa dianggap sebagai jembatan untuk pemulihan pada pasien tanpa kontraindikasi," ujar Templin.

Templin dan tim penelitinya kedepanya akan melakukan studi masa depan untuk menemukan perawatan terbaik untuk pasien sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik, baik dalam jangka pendek mau pun panjang.