5000 Bayi di Indonesia Risiko Tuli Kongenital, Yuk Deteksi Secara Dini

By Cecilia Ardisty, Kamis, 28 Februari 2019 | 10:50 WIB
5000 Bayi di Indonesia Risiko Tuli Kongenital, Yuk Deteksi Secara Dini ()

Dr. Hably menambahkan, penggunaan obat-obat toksis pada ibu hamil, biasa dipakai oleh pasien TBC dan malaria, serta penyakit lainnya.

"Jadi TBC itu ada obat yang disuntik, obat malaria juga ada yang disuntik sehingga saraf pendengarannya menurun," kata dr. Hably.

Selanjutnya riwayat kelahiran seperti prematur, berat badan lahir rendah, terdapat kuning pada kadar 25 lebih dari 25, dan pada waktu kelahiran mengalami sesak napas atau tidak menangis.

"Ketika lahir anaknya diam, tidak langsung nangis, itu terjadi kadar oksigennya berkurang di tubuh dia,"

Baca Juga : Selvi Kitty Melahirkan Saat Ulang Tahun Pernikahan, Ini Nama Anak Pertamanya yang Tampan

Faktor lainnya adalah kelainan anatomi telinga dapat disertai kelainan kraniofasial, hiperbilirubinemia, meningitis bakteria, apgar score, bayi di NICU, dan sindrom yang berhubungan dengan tuli sensorineural atau konduktif.

Terdapat cara sederhana deteksi kemungkinan tuli kongenital pada bayi usia 0 sampai 1 bulan yaitu refleks moro, mengejapkan mata, mengerutkan wajah, berhenti menyusu atau mengisap lebih cepat, bernapas lebih cepat, dan ritme jantung bertambah cepat.

"Jadi saat mendengar suara kencang, pintu tertutup, atau tepuk tangan dari belakang Si Kecil harusnya ada refleks kagetnya," kata dr. Hably.