Kerap Diabaikan, Ternyata Ini Gejala Penyakit Autoimun yang Renggut Nyawa Ibu Mikha Tambayong

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Senin, 4 Maret 2019 | 14:45 WIB
Ibunda Mikha Tambayong meninggal dunia, Minggu (3/3/2019) sore ini. (Instagram/miktambayong)

Nakita.id - Jarang tersorot berbagai kabar, tiba-tiba datang kabar duka dari aktris sekaligus musisi muda Mikha Tambayong.

Saat ia akan tampil dalam Java Jazz Festival 2019, sang ibu Deva Malaihollo justru dikabarkan meninggal dunia.

Deva meninggal dunia pada Minggu (3/3/2019) sekitar pukul 18.00 WIB.

Sehingga Mikha tak bisa menemani saat-saat terakhir sang ibu.

Baca Juga : Tajir Melintir dan Bergaya Hidup Mewah, Syahrini Diramalkan Makin Kaya Setelah Menikah dengan Reino Barack! Ini Alasannya

"(Devi Malaihollo) Meninggal jam 6 sore," kata seorang kerabat Mikha di rumah duka di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (4/3/2019) malam.

"Mana Mikha-nya masih mau nyanyi lagi, di Kemayoran," ucap kerabat tersebut yang tak menyebutkan namanya.

Manurut informasi, ibunda Mikha meninggal dunia karena mengidap penyakit autoimun.

Sebelumnya, Deva sempat menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Premiere Jatinegara.

Melansir Kompas.com, ibu Mikha sudah mengidap penyakit ini sejak satu tahun terakhir.

"Setahun lebihlah dia mulai kena gejala-gejalanya itu," ungkap penyanyi Harvey Malaihollo, yang juga kakak kandung Deva, di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (3/3/2019).

Sayangnya, pengobatan yang diterima Deva agak terlambat.

"Tapi sudah terlambat untuk diketahui. Pengobatannya itu agak terlambat," kata Harvey.

Melansir WebMD, gangguan sistem kekebalan tubuh menyebabkan aktivitas menjadi rendah atau aktivitas berlebihan pada sistem imun.

Dalam kasus sistem kekebalan tubuh atau sistem imun dengan aktivitas berlebih, tubuh menyerang dan merusak jaringannya sendiri (penyakit autoimun). 

Baca Juga : Tak Tersorot Media, Karena Jalani Program Hamil, Fitri Carlina Hampir Meninggal Dunia

Penyakit defisiensi imun menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan kuman atau virus menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

Pasien dengan gangguan autoimun seringkali memiliki antibodi yang tidak biasa, yang beredar di dalam darah mereka dan menargetkan jaringan tubuhnya sendiri.Tidak semua penyandang gangguan autoimun sadar mereka memiliki kondisi tersebut, sehingga memahami jenis-jenis gangguan autoimun beserta gejalanya menjadi sangat penting.

Berdasarkan laman Medlineplus.gov, setidaknya ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun, dan beberapa memiliki gejala yang sama.

Ini menyulitkan dokter untuk mendiagnosis apakah benar-benar mengidap salah satu dari penyakit ini, dan jika demikian, yang mana. 

Mendapatkan diagnosis bisa membuat frustrasi dan stres. Seringkali, gejala pertama adalah kelelahan, nyeri otot dan demam rendah. 

Tanda klasik dari penyakit autoimun adalah peradangan, yang dapat menyebabkan kemerahan, panas, nyeri, dan bengkak.Ada beberapa jenis penyakit yang termasuk dalam penyakit autoimun, yaitu:

1. Artritis reumatoid (radang sendi)

Sistem kekebalan menghasilkan antibodi yang menempel pada lapisan sendi.

Sel-sel sistem kekebalan kemudian menyerang sendi, menyebabkan peradangan, pembengkakan, dan nyeri.

Gejala lebih lanjut meliputi peradangan atau kemerahan pada kulit, demam ringan, radang selaput dada (radang paru-paru), anemia, tangan dan kaki tak bisa bergerak, mati rasa atau kesemutan, pucat, dan mata terasa panas dan gatal.

Baca Juga : Mengidap Obesitas dengan Bobot 148 Kg, Sunarti Meninggal Dunia Setelah Berhasil operasi Bariatrik

Jika tidak diobati, rheumatoid arthritis secara bertahap menyebabkan kerusakan sendi permanen.

Pengobatan untuk rheumatoid arthritis dapat mencakup berbagai lisan atau injeksi obat yang mengurangi sistem kekebalan tubuh atas aktivitas.

Penyakit ini dapat muncul pada usia berapa pun, meski penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terhadap RA dibandingkan laki-laki.

Faktor-faktor seperti infeksi, gen, dan hormon dapat meningkatkan risiko RA. Perokok memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit ini.

2. Lupus

Orang dengan lupus mengembangkan antibodi autoimun yang dapat menempel pada jaringan di seluruh tubuh.

Sendi, paru-paru, sel darah, saraf, dan ginjal umumnya terkena lupus.

Perawatan seringkali membutuhkan prednison oral harian, steroid yang mengurangi fungsi sistem kekebalan tubuh.

3. Penyakit radang usus

Sistem kekebalan menyerang lapisan usus, menyebabkan diare, pendarahan dubur, buang air besar yang mendesak, sakit perut, demam, dan penurunan berat badan.

Kolitis ulserativa dan penyakit Crohn adalah dua bentuk utama IBD. Obat penekan kekebalan oral dan injeksi dapat mengobati IBD.

Baca Juga : Sebelum Ditinggal Nikah, Ternyata Luna Maya Memang Berencana Umrah Tepat di Hari Pernikahan Reino Barack

4. Multiple sclerosis (MS)

Sistem kekebalan menyerang sel-sel saraf, menyebabkan gejala yang dapat mencakup rasa sakit, kebutaan, kelemahan, koordinasi yang buruk, dan kejang otot.

Gejala umumnya antara lain adalah kelelahan, pusing, mati rasa atau lemah di satu sisi tubuh, neuritis optik (kehilangan penglihatan), penglihatan ganda atau kabur, keseimbangan goyah atau kurangnya koordinasi, tremor, kesemutan atau nyeri di bagian tubuh tertentu, dan usus atau kandung kemih masalah.

Penyakit ini lebih umum di kalangan mereka yang berumur 20- 40 tahun, meski dapat juga terjadi pada semua usia. Perempuan berisiko MS dibandingkan laki-laki.

Berbagai obat yang menekan sistem kekebalan tubuh dapat digunakan untuk mengobati multiple sclerosis.

5. Diabetes mellitus tipe 1 

Antibodi sistem kekebalan menyerang dan menghancurkan sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas.

Pada usia dewasa muda, penderita diabetes tipe 1 memerlukan suntikan insulin untuk bertahan hidup.

6. Penyakit Celiac

Penyakit celiac adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak bisa menoleransi konsumsu gluten.

Gluten adalah sejenis protein yang ditemukan dalam semua bentuk gandum dan biji-bijianserupa seperti rye, barley, dan triticale. Penyakit ini dapat terjadi pada semua usia.

Di antara orang dewasa, kondisi ini kadang-kadang terwujud setelah operasi, infeksi virus, stres emosional yang berat, kehamilan, atau melahirkan.

Baca Juga : 3 Makanan Terbaik Pencegah Kanker, Konsumsi dari Sekarang Moms!

Sedangkan, anak-anak dengan kondisi ini, sering mengalami gangguan pertumbuhan, muntah, perut kembung, dan perubahan perilaku.

Gejala Celiac bervariasi pada setiap orang, di antaranya adalah sakit perut, sembelit atau diare, penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, anemia, nyeri tulang dan sendi, kelelahan, lemah atau kekurangan energi.

Gangguan ini paling umum terjadi di Kaukasia di antara orang-orang keturunan Eropa. Wanita lebih sering terkena penyakit Celiac dibandingkan laki-laki.

Dari beberapa penyakit autoimun di atas yang paling dikenal adalah lupus, artritis reumatoid, dan penyakit celiac.

Bukan hanya penyakitnya yang sulit diobati, tapi juga karena penyakit tersebut sering menimbulkan komplikasi penyakit lain.

"Wajar jika pasien khawatir dengan penyakit autoimun dan juga bingung dengan penyakit ini," kata David T.Rubin, anggota American College of Gastroenterology.

Meski demikian, penyakit autoimun sebenarnya cukup jarang. Penyakit ini diderita hanya 0,5 sampai satu persen dari populasi.

Walau perempuan beresiko dua kali lipat dibandingkan pria untuk mengalami penyakit ini, tapi statistik menunjukkan penyakit ini diderita kurang dari 0,12 persen wanita. (*)

(Artikel ini pernah tayang di GridHealth dengan judul Ibu Mikha Tambayong Meninggal Dunia Karena Penyakit Autoimun, Kenali Gejalanya Mulai dari Sekarang!)