#LovingNotLabelling: Cara Tepat Memuji Si Kecil Tanpa Memberi Label

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Kamis, 21 Maret 2019 | 09:04 WIB
#LovingNotLabelling dalam memuji anak (CreativaImages)

"Tetapi saya selalu ingin mengatakan, 'Ya, anak-anak saya pandai dalam hal itu, tetapi tidak hanya itu yang mereka lakukan'," tegasnya.

Senada dengan Holly, seorang blogger yang merupakan ibu rumah tangga, Michelle Horton juga merasa tak nyaman bila anaknya dipuji.

Banyak orang asing yang ramah dan melabel putranya yang berusia 5 tahun dengan label verbal, "Kamu sangat cerdas! Kamu luar biasa!".

Ia khawatir putranya menganggap label ini merupakan bukti keseriusan orang lain dalam memujinya.

"Saya tidak ingin dia merasakan tekanan untuk selalu harus bertindak pintar, atau merasa terlalu kecewa ketika dia gagal dalam sesuatu," jelas Michelle.

Begitu pula dengan, "Anakmu jago sains." "Dia sangat cerdas bermain musik." "Ia atlet idaman!".

Apakah hal tersebut akan menimbulkan kerugian? Atau justru membantu anak-anak dalam tumbuh kembangnya?

Baca Juga : #LovingNotLabelling: Berbagai Bahaya Melabel Anak, Salah Satunya Membuat Anak Tak Memiliki Bakat

Melansir dalam rujukan yang sama, Working Mother, sebagian besar orang dewasa memberi pujian terhadap anak-anak ketika mereka merasa anak tersebut mampu diandalkan atau menunjukkan bakat hebatnya.

Pujian tersebut memang merupakan sifat alamiah seorang manusia dengan membandingkan kemudian memerhatian apa yang membuat anak tersebut menonjol.

Menurut Eileen Kennedy-Moore,PhD, seorang psikolog berbasis di Princeton, NJ, dan penulis Smart Parenting for Smart Kids, "Namun hal yang sulit adalah kata-kata orang dewasa — terutama orangtuanya sendiri — memiliki bobot lebih besar pengaruhnya.