Viral Video Anak SD Didorong Keluar dari Mobil dan Disiksa Ibunya, Ini Bahaya Memberikan Hukuman Fisik pada Si Kecil

By Anisa Annan, Jumat, 29 Maret 2019 | 19:02 WIB
Viral anak SD didorong keluar dari mobil oleh ibunya sendiri, ini beri hukuman fisik pada anak (peoplecreations)

Nakita.id - Baru-baru ini tengah ramai khalayak membahas sebuah video viral yang memperlihatkan seorang anak SD didorong dari mobil.

Seperti yang dilansir dari Nakita.id, tampak dalam rekaman tersebut bocah SD didorong dari mobil berwarna putih oleh seorang wanita di dalam mobil yang sama.

Sementara bocah SD tersebut berusaha kembali masuk ke mobil, tetapi wanita yang mendorongnya melakukan beberapa hal tak menyenangkan sambil menghalanginya.

Baca Juga : I Am an ActiFE Mom, In Control, and Protected

Berkali-kali anak perempuan tersebut gagal, bahkan wanita yang diduga adalah ibu dari anak SD itu memaksa menutup mobil dan berusaha meninggalkannya.

Warganet ramai mengomentari tindakan kejam wanita tersebut pada gadis cilik malang itu.

Akhirnya ibu dari anak itu memberikan klarifikasi, jika tindakannya didorong rasa emosi karena anaknya ingin mengganti hijab dulu sebelum berangkat les.

Sementara ibunya memiliki keperluan lain yang perlu segera dilakukan.

Ibu itu pun meminta maaf karena telah memperlakukan putrinya dengan kurang pantas ketika ia dikuasai emosi.

Baca Juga : Tak Diketahui Publik, Gaya Anak Elly Sugigi Ternyata Cantik dan Modis Bak Model

Laman Livestrong memuat jika hukuman fisik memang masih banyak dilakukan.

Hukuman fisik pada Si Kecil bisa berdampak jangka panjang, Moms.

Maka berhati-hatilah ketika Moms emosi menghadapi Si Kecil, sebisa mungkin tahan diri untuk tak memberikan hukuman fisik.

Baca Juga : Bak Hotel Bintang Lima, Intip Mewahnya Rumah Keluarga Liliana Tanoesoedibjo

Simak 4 dampak negatif hukuman fisik pada anak, yang bertahan hingga waktu lama.

1. Menurunkan IQ anak

Hukuman fisik ternyata dapat memengaruhi kecerdasan anak.

Sebuah penelitian menemukan jika anak yang menerima hukuman fisik lebih sulit mengikuti perkembangan kognitif sesuai usianya.

Bahkan hukuman fisik dapat menurunkan IQ Si Kecil.

Sebab memukul atau memberikan hukuman fisik lainnya pada anak dapat menurunkan kepadatan bagian abu-abu dari otak.

Bagian ini sangat krusial untuk memengaruhi kemampuan belajar anak.

2. Meningkatkan risiko gangguan mental

Anak yang kerap mendapatkan hukuman fisik akan terganggu perkembangan emosionalnya pula.

Bahkan tak hanya hukuman fisik, menghukum secara verbal seperti membentak juga dapat menimbulkan gangguan psikologis pada anak.

Baca Juga : Bayi 5 Bulan Dikubur Hidup-hidup oleh Ibunya yang Diduga Alami Depresi, Bisa Jadi Ini Pemicunya

Hukuman fisik yang terlalu keras dapat menurunkan kepercayaan diri anak, merusak perkembangan otak, bahkan memicu kelainan fokus hingga risiko penggunaan obat terlarang.

Mendapatkan hukuman fisik bisa memicu Si Kecil memiliki kemampuan sosialisasi yang kurang baik, mudah gugup, hingga meningkatkan risiko depresi saat ia tumbuh dewasa.

3. Membuat anak lebih agresif

Ketika anak menerima hukuman fisik, ia akan mengingatnya dan menjadikannya contoh.

Psikolog dan pakar pendidikan asal Amerika Serikat, Lynne Namka, menjelaskan jika hukuman fisik memicu anak menjadi lebih agresif.

Bahkan walau hukuman tersebut dilakukan untuk menghentikan perilaku tertentu, dampaknya akan bertolak belakang.

Anak tak selalu dapat memahami perbedaan antara tindakan agresif yang membuat mereka dihukum dengan hukuman fisik sebagai cara mendisiplinkan.

Mereka tak bisa membedakan antara memukul teman dengan mendapat pukulan sebagai hukuman.

Oleh karena itu memberikan hukuman fisik, menurut Akademi Dokter Anak Amerika Serikat, dapat memicu meningkatnya tindak agresif anak.

Baca Juga : Terkuak, Ternyata Kisah Asmara Elly Sugigi dan Irfan Sbaztian Memang Hanya Sebatas Settingan

4. Meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga

Penelitian menemukan jika remaja yang menerima hukuman fisik memiliki risiko tiga kali lebih besar nantinya akan menganiaya anaknya sendiri.

Memberikan hukuman fisik mengajarkan anak jika menyakiti orang lain diperbolehkan.

Akibatnya Si Kecil akan menerjemahkan tindakan fisik merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah, misalnya dengan memukul.

Pemikiran ini dapat bertahan pada anak, bahkan ketika ia tumbuh besar dan telah menjadi orang tua.

Ini dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga, karena ia telah menanamkan pikiran memukul orang lain boleh dilakukan sebagai penyelesaian.