Tubuh Kerap Nyeri Saat Bangun Tidur? Bisa Jadi Ini Penyebabnya!

By Nita Febriani, Jumat, 29 Maret 2019 | 20:31 WIB
gangguan kecemasan pada anak (Pexels)

Nakita.id – Pernahkah Moms bangun tidur namun justru merasakan nyeri dan lelah?

Mungkin saja saat tidur Moms melakukan hal yang tidak diduga.

Seseorang dapat bertindak kasar dengan berteriak, mengayun-ayunkan lengan, meninju atau menendang ketika tidur dalam keadaan REM.

Bahkan sampai pada titik melukai diri mereka sendiri atau pasangan tidur.

Baca Juga : I Am an ActiFE Mom, In Control, and Protected

Selama tidur REM normal, otak mengirimkan sinyal untuk mencegah otot bergerak.

Namun, untuk orang-orang dengan kelainan perilaku tidur REM, sinyal-sinyal itu terganggu.

"Sementara banyak yang masih belum diketahui tentang gangguan perilaku tidur REM.

Baca Juga : Beredar Bukti Syahrini dan Reino Barack Liburan Bareng di Jepang, Tampak Menjaga Jarak?

itu dapat disebabkan oleh obat-obatan atau mungkin merupakan tanda awal dari kondisi neurologis lain, seperti penyakit Parkinson, demensia, atau atrofi beberapa sistem," kata penulis studi Ronald Postuma di Universitas McGill di Kanada. 

Untuk penelitian ini, peneliti mengamati 30.097 orang dengan usia rata-rata 63 tahun.

Mereka mengidentifikasi 958 orang, atau 3,2% dengan kemungkinan gangguan perilaku tidur REM setelah mengecualikan peserta dengan Parkinson, demensia, penyakit Alzheimer, atau sleep apnea

Selain itu, temuan yang diterbitkan dalam jurnal Neurology menunjukkan bahwa 13% dari mereka yang menderita gangguan mengonsumsi obat anti-depresi.

Orang dengan kelainan ini juga dua setengah kali lebih mungkin memiliki gangguan stres pasca-trauma dan dua kali lebih mungkin memiliki penyakit mental.

Temuan lain adalah bahwa laki-laki dua kali lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk memiliki gangguan perilaku tidur REM. 

Baca Juga : Paras Cantik Pengasuh Anak Anang Hermansyah Jadi Sorotan, Begini Kisahnya Ketika Minta Pekerjaan ke Ashanty

Orang-orang dengan kemungkinan gangguan perilaku tidur REM 25% lebih mungkin merupakan peminum sedang sampai berat, daripada yang tanpa gangguan.

"Harapan kami adalah bahwa temuan kami akan membantu memandu penelitian di masa depan, terutama karena gangguan perilaku tidur REM adalah pertanda kuat penyakit neuro-degeneratif di masa depan," kata Postuma.