Yuk Dicoba, Cara Mengajarkan Duduk Pada Bayi

By Saeful Imam, Rabu, 28 Agustus 2019 | 09:36 WIB
Mpasi untuk Bayi 12 Bulan: Steak tempe (freepik.com)

Nakita.id - Setelah berguling dan tengkurap, lanjut dengan onggong onggong bayi pun belajar duduk sendiri. 

Sebagian bayi, bisa duduk dengan sendirinya.

Tapi tidak ada salahnya bila Moms mengajarkan duduk pada bayi.

Hal penting yang perlu dicatat, bayi baru bisa duduk sempurna ketika otot-otot kepalanya sudah sedemikian kuat.

Baca Juga: Cara Mudah Mengajari Bayi Makan Sendiri

Untuk sampai pada kemampuan ini, ada beberapa tahapan yang mesti dilaluinya.

Awalnya, dari posisi telentang dia akan mecoba belajar memiringkan badannya ke kiri dan ke kanan sebelum akhirnya bisa berguling, membalikkan tubuhnya ke posisi semula, kemudian tengkurap, bertumpu di atas lengannya, mengangkat dadanya dari permukaan alas tidur seperti gerakan mini push up, dan seterusnya.

Berikut cara mengajarkannya:

* Walaupun bisa diposisikan "duduk" sejak lahir, sebaiknya jangan memaksakan diri kalau usianya masih terlalu dini. Ikuti step by step semua tahap perkembangannya. Karena bila ada yang terlewat berarti ada sesuatu yang hilang di otaknya dan memunculkan ketidakseimbangan yang akan mengganggu tumbuh kembangnya kelak.

* Patokan kapan bayi siap untuk dilatih duduk, bukan hanya berdasarkan usia, melainkan juga kekuatan otot-otot lehernya. Jika mulai bisa menegakkan kepalanya, berarti si kecil sudah punya keinginan untuk belajar duduk. Saat inilah orangtua bisa melatihnya duduk secara perlahan. Yang penting, sesuaikan selalu dengan kondisi anak.

Baca Juga: Kumpulan Video Anak Kembar Lucu, Gemes Banget, Moms!

* Sediakan mainan yang memungkinkannya melihat/menoleh ke kiri ke kanan guna melatih kekuatan otot-otot lehernya yang merupakan modal awal dari kemampuan duduk.

* Semasa bayi sebaiknya jangan gunakan bantal bayi berukuran mungil. Sebagai gantinya, pilihlah bantal besar yang empuk dan lentur sehingga bayi bisa menyesuaikan tubuhnya. Bantal ini seyogianya menyangga dengan benar seluruh punggung dan leher bayi, bukan hanya kepalanya.

* Saat menggunakan stroller, jangan hanya mengedepankan segi kepraktisan. Kereta dorong yang bisa dilipat dan tak memiliki sandaran empuk sebaiknya tidak digunakan untuk bayi-bayi kecil usia di bawah 6 bulan.

* Perkembangan setiap anak bersifat individual alias tidak bisa dipukul rata. Akan tetapi orangtua tetap harus aware mencermati perkembangan anaknya berdasarkan perkembangan normal. Jangan sampai semua keterlambatan ditoleransi menunggu anak berusia 2 tahun. Jangan terbiasa pula untuk selalu mengiyakan "penghiburan" yang salah kaprah. Contoh, "Nggak apa-apa deh, bapaknya dulu juga belum bisa duduk, kok." Sikap kritis ini dimaksudkan agar keterlambatan apa pun bisa segera mendapat penanganan secepatnya dan semestinya hingga tidak merembet menjadi gangguan fisik, gangguan otak, sekaligus gangguan psikologis yang penanganannya pasti jauh lebih mahal dan makan waktu lama. Pasalnya, kemampuan duduk ternyata berhubungan dengan otak kecil yang mengatur persarafan di leher dan bukan hanya masalah motorik atau fisik saja. Kalau gangguan/keterlambatan semacam ini terdeteksi lebih dini, efeknya juga tidak akan fatal.

Baca Juga: Sering Pusing di Awal Kehamilan Bisa Jadi Karena Terlalu Banyak MSG, Ini Penjelasannya

* Bayi gemuk umumnya lebih lambat duduk karena mereka cenderung malas bergerak sehingga perkembangan motoriknya tak terasah. Kemungkinan lain, lemak berlebih dari susu formula memengaruhi kerja otaknya dan menutup otot-otot tubuh yang berperan penting dalam kemampuan duduk tadi. Sementara bayi yang montoknya karena ASI umumnya tetap lincah bergerak.