Simak Beberapa Masalah di Vagina Karena Menopause, Bisa Sebabkan Bau

By Puput, Selasa, 10 September 2019 | 17:55 WIB
Hot flashes atau perasaan kepanasan dapat terjadi bukan karena menopause (iStock / Highwaystarz-Photography)

Bakteri berkembang biak di kandung kemih dan menyebabkan daerah tersebut mengalami peradangan dan teriritasi.

Infeksi menyebabkan ketidaknyamanan, nyeri panggul, nyeri dengan buang air kecil, darah dalam urin dan meningkatnya keinginan untuk buang air kecil.

Baca Juga: Wajahnya Tersambar Api, Begini Cara Kelvin Anak Kandung Aulia Kesuma Bakar Mayat Ayah dan Adik Tirinya Berbekal 8 Botol Bensin

Jika infeksi mencapai ginjal, dapat menyebabkan mual, sakit, muntah, dan demam.

Kandidiasis vagina

Kandidiasis vagina, juga dikenal sebagai kandidiasis vulvovaginal, didefinisikan sebagai infeksi yang disebabkan karena pertumbuhan berlebih Candida albicans.

Gejalanya meliputi rasa sakit, gatal dan tidak nyaman.

Ini sangat tidak menyenangkan dan tidak nyaman dan menyebabkan keputihan yang lebih banyak dari biasanya dan tidak berbau.

Peningkatan kerentanan terhadap infeksi adalah kemungkinan lain dengan vagina kering setelah menopause.

Ketika keasaman vagina menurun, vagina kehilangan potensinya untuk melawan infeksi vagina seperti Candida Albicans dan mikroba lainnya.

Kulit tipis

Kadar estrogen yang lebih rendah membuat Moms rentan terhadap penipisan kulit, kendur, dan kerutan.

Baca Juga: 2 Kali Jalani Bayi Tabung, Medina Zein Akhirnya Lahirkan Anak Pertamanya dengan Lukman Azhari, Langsung Didoakan Istri Ridwan Kamil

Berkurangnya kadar estrogen menyebabkan menurunnya produksi dan perbaikan elastin dan kolagen di dermis kulit.

Kekeringan vagina

Ada penurunan tajam dalam estrogen selama menopause yang menyebabkan kekeringan.

Ini adalah tanda khas dari GSM (sindrom menopause genitourinari), yang juga dikenal sebagai vaginitis atrofi atau atrofi vagina.