Pertama Digelar, Konferensi Internasional Mengenai Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia Dibuka di Yogyakarta

By Maharani Kusuma Daruwati, Senin, 30 September 2019 | 21:39 WIB
Pembukaan ICIFPRH di Yogyakarta, Senin (30/9/2019) (Nakita.id/Maharani Kusuma Daruwati)

Jumlah pengguna kontrasepsi (CPR) yang telah mencapai 60 persen dan angka kelahiran total (TFR) yang telah berkurang hingga setengahnya, dari 5,2 menjadi 2,6 per wanita menjadi stagnan dan tidak menunjukkan perubahan lebih lanjut hingga hampir dua dekade.

“Hingga tahun 2018/2019 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tetap tinggi di 305 per 1000 kelahiran hidup”, demikian penjelasan Prof. Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ketua dari Komite Ilmiah ICIFPRH.

Untuk mencoba mengatasi kondisi yang memprihatinkan ini, Konsorsium “Juara Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia” yang terdiri dari sejumlah lembaga non-pemerintah, universitas dan kelompok masyarakat sipil memprakarsai konferensi pertama tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di Indonesia.

Acara ini diikuti oleh para anggota konsorsium yang terdiri dari UNFPA, Rutgers Indonesia, Johns Hopkins Center for Communication Program (JHCCP), Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada, ThinkWell, Yayasan Cipta, Yayasan Kesehatan Perempuan, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia.

Konferensi ini diselenggarakan sebagai satu kemitraan antara Kementerian Kesehatan Indonesia bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Konferensi ini diselenggarakan dengan tujuan menjadi wadah diskusi tingkat nasional maupun internasional mengenai bagaimana program Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi dapat berperan menurunkan angka kematian ibu dan anak di Indonesia.

Salah satu isu terpenting yang akan dibahas secara mendalam dalam konferensi ini adalah pernikahan anak, kehamilan yang tidak direncanakan dan persalinan di usia remaja (15-19 tahun).

Baca Juga: Bergaya Bak Noni Belanda, Penampilan Mayangsari Curi Perhatian hingga Banjir Pujian Para Seleb

“Kami bersemangat untuk membicarakan berbagai gagasan, pemikiran, praktik lapangan, dan kebijakan yang akan dikemukakan oleh para akademisi, peneliti, petugas lapangan, LSM dan pengambil kebijakan di tingkat nasional maupun internasional”, kata Amala Rahmah, Kepala Perwakilan Rutgers WPF Indonesia, dan sekaligus Direktur Eksekutif Konferensi.