Kenali Oftalmopati Graves, Kasus Terbesar dalam Kajian Kesehatan Gangguan Fungsi Tiroid

By Rachel Anastasia Agustina, Senin, 14 Oktober 2019 | 18:15 WIB
llustrasi gangguan tiroid yang akan berdampak pada mata. (Freepik/javi_indy)

Nakita.id - Penyakit tiroid merpakan salah satu dari dua masalah besat di bidang endokrinologi.

Dari keseluruhan penyakit yang ada di ruang lingkup tiroid, Graves ada diposisi yang paling penting.

Melalui data yang dipaparkan oleh Prof. Dr. dr. Imam Subekti, SpPD-KEMD, jumlah Graves mencapai seperempat dari keseluruhan kasus tiroid.

Baca Juga: Minum Jus Bok Choy Sehat, Tapi Jangan Terlalu Sering Karena Picu Kanker Tiroid

Prof. Imam menyatakan bahwa hormon tiroid memiliki banyak peran penting dalam proses metabolisme.

Sehingga gangguan fungsi tiroid baik kekurangan hormon tiroid (hipotiroidisme) atau kelebihan (hipertiroidisme) akan menghambat seluruh perkembangan jaringan, termasuk sistem saraf otak.

Penyakit yang timbul dari hipertiroidisme dab dapat menyebabkan gangguan pada kekebalan tubuh disebut dengan penyakit Graves.

Baca Juga: Sering Dianggap Biasa, Ini Gejala Penyakit Tiroid Pada Perempuan

Apabila penyakit Graves disertai tanda dan gejala mata atau disebut Oftalmopati Graves (OG), itu akan berdampak buruk karena memengaruhi penglihatan.

"Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan kelenjar tiroid yang aktif dan memproduksi hormon tiroid secara berlebihan," ujar Prof. Imam saat ditemui Nakita.id di acara Konferensi Pers Kolaborasi dua Guru Besar mengabdi Negeri.

OG sendiri salah satu bentuk dari penyakit Graves di mana mata bisa lebih menonjol, terasa kering, tertekan atau sakit, pembengkakan kelopak, penglihatan ganda hingga merah karena radang.

"Bila menggunakan pencitraan MRI atau CT Scan orbita, OG dapat dideteksi pada hampir 90% pasien Graves. OG sendiri sering ditemukan di 2 kelompok usia yaitu 40-44 tahun dan 60-64 tahun untuk wanita dan 65-69 tahun untuk pria," ujar Prof. Imam.

Baca Juga: #LovingNotLabelling: Hindari Menyebut Si Kecil 'Pembohong', Begini Cara Melatih Kejujuran pada Mereka

Pada kesempatan kali ini Prof. Imam juga menjelaskan adanya dua kelompok OG yaitu kelompok yang bisa dimodifikasi dan tidak bisa dimodifikasi.

Kelompok yang bisa dimodifikasi itu biasanya pemicu OG-nya adalah lingkungan seperti merokok.

"Pasien yang sakit Graves lalu merokok itu 64% kena oftalmopati," ujar Prof. Imam.

Baca Juga: Kenali Lebih Dalam Ciri-Ciri Ini, Kalau Moms Ingin Punya Anak Lagi

Sedang kelompok yang tidak bisa dimodifikasi itu seperti usia, jenis kelamin, hingga genetik termasuk RAS.

OG ternyata juga memiliki dampak negatif jangka panjang seperti kehilangan pekerjaan, sampai psikososial pasiennya.

Sayangnya, OG merupakan salah satu penyakit tiroid dengan terapi yang relatif terbatas dan hasil pengobatan yang masih belum memuaskan.

Oleh karena itu, mengetahui faktor risiko dan mencegahnya sejak dini sangat penting untuk menjaga kualitas hidup penderita Graves.

Baca Juga: Sering Menggunakan Pakaian Ketat Saat Hamil? Ini Loh Moms Dampak Negatifnya

Terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai faktor risiko timbulnya oftalmopati pada penyakit Graves.

Prof. Dr. dr. Imam Subekti, SpPD-KEMD (kiri) dan Prof. Dr. Dra. Valina Singka Subekti, M.Si (kanan).

Salah satunya yang paling penting adalah kebiasaan merokok.

Prof. Imam mengatakan kalau kebiasaan merokok merupakan faktor besar timbulnya OG.

Bukti kuat menunjukkan bahwa berhenti merokok adalah intervensi yang fundamental dalam mencegah penyakit primer, sekunder, dan tersier.

Baca Juga: Usus Halus Wiranto Dipotong 40 Sentimeter karena Insiden Penusukan, Apa Benar Usus Halus Bisa Dipotong Sepanjang Itu?

Sehingga salah satu cara terbaik untuk mencegahnya adalah berhenti merokok dan mempertahankan kadar hormon tiroid dalam batas normal.

Mempertahankan hormon tiroid bisa dilakukan dengan pemberian selenium.

Selain itu pencegahan juga memerlukan pendekatan holistik seperti fisik, psikologis, sosial, hingga spiritual.

"Dan juga tentunya selain pendekatan holistik, pendekatan tim terhadap pasien juga sangat penting," tutur Prof. Imam.

Baca Juga: Dengar Kabar Mulan Jameela Jadi Anggota DPR karena Rebut Kursi Orang, Ahmad Dhani Pertanyakan Ini dari Penjara

Dalam pendekatan tim, pasien merupakan fokus utama dan dengan demikian menjadi tanggung jawab setiap anggota tim berdasar pada pemahaman di atas.

Semua itu dilakukan agar pasien dengan gangguan fungsi tiroid bisa memiliki kualitas hidup yang baik.

Pada acara hari ini juga diketahui bahwa Prof. Imam dan juga sang istri Prof. Dr. Dra. Valina Singka Subekti, M.Si baru saja dikukuhkan menjadi guru besar di Universitas Indonesia Sabtu (12/10/2019) kemarin.

Baca Juga: Kalahkan Honor Manggung Via Vallen, Rosa Meldianti Ungkap Tarif Sekali Tampil Capai Ratusan Juta, 'Bisa Dibilang 3 Digit Lah'

Prof. Imam dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Prof. Valina dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Selamat atas pengukuhan sebagai Guru Besar tetap Prof. Imam dan Prof. Valina, semoga ilmu yang dimiliki bisa menjadi bekal selama mengabdi di dunia pendidikan.