Anak Fobia Makanan? Jangan Khawatir, Atasi dengan Cara Ini

By Poetri Hanzani, Senin, 11 November 2019 | 15:00 WIB
Ilustrasi anak fobia makanan (Freepik.com)

Sejak 2013, SED secara resmi ditambahkan ke dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 dan mendapat sebutan lain: Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID).

Penambahan ini berarti SED digolongkan sebagai salah satu jenis gangguan makan selektif seperti anoreksia dan bulimia.

Buku mengenai klasifikasi standar gangguan mental itu diterbitkan oleh American Psychiatric Association dan menjadi panduan umum bagi banyak praktisi kesehatan mental di seluruh dunia.  

Dilansir Nakita.id, menurut dr. Rika Oktarina Rony, SpA, MARS dari Bethsaida Hospital, Gading Serpong, Tangerang Selatan, penyebab SED biasanya bersifat organik, seperti: adanya gangguan menelan, gangguan makan, alergi terhadap makanan tertentu, masalah di usus atau pencernaan, rahang kecil, jumlah gigi sedikit sehingga sulit menelan, atau ada penyakit bawaan lain.

Baca Juga: 10 Cara Ini Bisa Bujuk Anak yang Susah Makan, Tanpa Marah dan Teriak

Faktor psikologis, seperti: kondisi keluarga yang kurang harmonis, pengasuh yang emosional atau tidak sabar dalam menyuapi, dipaksa harus menghabiskan makanan yang disajikan, juga bisa memicu timbulnya SED.

Anak menjadi takut atau menganggap makan sebagai aktivitas yang mencemaskan.

Kekhawatiran terbesar pada anak SED adalah ia akan kekurangan satu atau lebih zat gizi tertentu.

Bagi anak yang menolak makan sayur, misalnya, bisa jadi ia akan kekurangan serat.

Jika anak hanya mau makan makanan bergula, ia berisiko terhadap obesitas dan timbul masalah pada gigi.

Sementara anak yang tidak mau makan daging-dagingan, berisiko kekurangan asam amino esensial yang hanya terdapat pada protein hewani.

Padahal, kandungan ini penting bagi pertumbuhan sel-sel tubuh.