Bahaya Penyakit Jantung Bawaan, Begini Cara Deteksi Dininya Moms

By Nia Lara Sari, Jumat, 20 April 2018 | 17:36 WIB
Sadie Rutenberg, balita yang pernah menerima katup jantung terkecil di dunia (People)

Tindakan bedah paliatif dilakukan pada pasien PJB yang belum memungkinkan dilakukan reparasi.

BACA JUGA: Data Pengguna Bocor, Segera Hapus 5 Hal Ini dari Akun Facebook

Bedah reparasi menjadi pilihan utama bila dimungkinkan.

Reparasi anatomi atau fisiologis menghasilkan pemisahan sirkulasi sistemik (jantung) dengan sirkulasi pulmoner (paru-paru).

Seiring dengan perkembangan teknologi, deteksi dini pun kian digencarkan.

Salah satu cara untuk mendeteksi dini penyakit jantung bawaan adalah dengan pencitraan kardiovaskular (gambar jantung).

Teknik pencitraan kardiovaskular yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi jantung seseorang.

Deteksi ini juga bahkan dapat dilakukan sejak janin di dalam kandungan.

Pencitraan kardiovaskular ini terdiri dari beberapa jenis, seperti CT, MRI, kateterisasi dan lain sebagainya.

Sayangnya kemajuan ilmu dan teknologi di bidang PUB ini tidak dapat dinikmati oleh semua anak Indonesia yang membutuhkan.

BACA JUGA: Inilah Cara Tepat Untuk Mengurangi Jumlah Perokok Anak di Indonesia

Intervensi bedah dan non bedah yang sudah berhasil dilakukan di seluruh Indonesia hanya berkisar 2.000 kasus pertahun.

Angka tersebut jauh di bawah kebutuhan, mengingat paling tidak terdapat 20.000 penderita PJB yang memerlukan intervensi setiap tahunnya.

Pencitraan kardiovaskular merupakan hal yang fundamental dalam diagnosis PJB.

Pencitraan kardiovaskular tidak hanya dapat menggambarkan kondisi anatomi dan fisiologi, namun juga membantu dalam mengevaluasi akibat dari intervensi yang diberikan, dan juga membantu penentuan prognosis pasien.

BACA JUGA: Anak Ayu Ting Ting Bergaya Putri Moana, Warganet Mengomentarinya Seperti Ini

"Sayangnya, tidak ada yang bisa mengobati penyakit ini, melainkan penanganan melalui pembedahan, baik paliatif maupun koreksi," tutupnya.