Peluncuran #SayaPejalanBijak, Penanda 15 Tahun Perjalanan National Geographic Menginspirasi Indonesia

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Sabtu, 28 Maret 2020 | 11:02 WIB
Peluncuran #SayaPejalanBijak yang menandai perayaan 15 Tahun National Geographic Indonesia, 28 Maret 2020. (National Geographic Indonesia)

Kami meyakini kekuatan sains, penjelajahan, dan cara bertutur untuk mengubah dunia. Ilmu pengetahuan berperan dalam mengubah cara pandang kita tentang kehidupan. Penemuan teknologi di setiap peradaban merupakan jawaban peradaban itu dalam meretas kesulitan. Salah satu penelitian telah menunjukkan cara pandang nenek moyang kita terhadap alam, yang mungkin memberi gagasan kepada kita tentang bagaimana seharusnya hidup berbudaya bersama alam. 

“Kita punya optimisme bahwa National Geographic Indonesia harus berperan menjadi kontrol sosial bagi permasalahan Bumi, lebih khususnya di negeri kepulauan ini,” kata Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia. “Kita meyakini bahwa alam tak akan pernah ingkar terhadap perilaku manusia.”

Warga Muslim Lasem mengunjungi sebuah festival budaya di pecinan setempat. Harmoni kehidupan antaretnis di jantung Lasem, pesantren dan pecinan, merupakan warisan nonbenda yang lestari hingga saat ini. Corong Candu di Tepian Jawa, National Geographic Indonesia edisi Februari 2016.

Perjalanan adalah proses pembelajaran, proses pendewasaan diri, dan proses mencari sesuatu. Namun, pekerjaan kami dalam menjelajahi kebinekaan Nusantara ini masih jauh dari selesai. Negeri kepulauan ini adalah bentangan gagasan yang perlu disingkap demi ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Banyak Dokter Gugur Saat Tangani Pasien Virus Corona, Dokter Paru Bongkar Alasannya, Ternyata Vitamin Saja Tak Cukup

Apa makna sejati sebuah perjalanan? Hari ini kita merasakan adanya pergeseran nilai para pejalan dalam memaknai perjalanan. Kami memiliki keyakinan bahwa perjalanan bukan sekadar melihat kehidupan di lokasi baru, tetapi juga mengambil kiasan dari kisah hidup dengan mata yang baru.

Mereka yang disebut pejalan bukan hanya yang mengeksplorasi di suatu daerah dengan berjalan kaki, tetapi juga yang menjelajahi dengan ragam moda transportasi. Mereka terdiri atas beragam individu, namun bisa juga komunitas.

“Bertepatan dengan perayaan 15 tahun bingkai kuning di Indonesia,” demikian ungkap Didi, “kami meluncurkan kampanye #SayaPejalanBijak.”

#SayaPejalanBijak merupakan bagian kampanye National Geographic Indonesia yang mengajak para pejalan untuk lebih berempati pada lingkungan dan kehidupan setempat. Sebuah seruan dan ajakan untuk berkelana, mengedepankan etika selama perjalanan, dan meramu cerita untuk kebaikan sesama. Karena setiap pejalan memiliki misi, setiap pejalan pula harus berbagi cerita tentang perjalanannya—dalam berbagai platform media, baik teks maupun visual.

Mamay S. Salim meniti batang kayu lapuk saat melintasi Sungai Marak. Tak jauh dari perlintasan ini, pondok para perambah dibiarkan terbengkalai. Dari kawasan Gunung Beriun seluas 25.870 hektare, hanya 20% yang berstatus hutan lindung. Beriun nan Gamang, National Geographic Indonesia edisi Desember 2