Kisah Pilu Anak Kartini, Usia Baru 4 Hari Ibunya Meninggal Dunia

By Kunthi Kristyani, Sabtu, 21 April 2018 | 14:50 WIB
Kartini dan anaknya, Soesalit Djojoadhiningrat (Tribun Jabar)

Nakita.id - Setiap tanggal 21 April kita memperingati Hari Kartini. Tokoh emansipasi ini membuka jalan bagi para perempuan untuk tidak lagi mendapat diskriminasi karena gender.

Namun, meski sosok Kartini sangat terkenal, namun tidak dengan keturunannya.

BACA JUGA: Dulu, RA Kartini Meninggal karena Alami Keracunan Kehamilan, Yuk Kenali Gangguan yang Banyak Dialami Ibu Hamil ini!

Kartini menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Bukan sebagai istri pertama, Kartini merupakan istri ke-4 dari pria ini.

Dari pernikahan ini, Kartini mendapatkan anak semata wayangnya yang berjenis kelamin laki-laki.

Anak yang lahir pada 13 September 1904 ini bernama Soesalit Djojoadhiningrat.

Sayangnya, pertemuan mereka tak berlangsung lama. Hanya berselang 4 hari setelah melahirkan, Kartini meninggal dunia.

Kartini mengalami komplikasi saat melahirkan putra pertamanya diakibatkan sebuah penyakit bernama keracunan kehamilan atau preeklamsia.

Penyakit ini menjadi momok kedua paling menakutkan bagi ibu yang akan melahirkan.

Saat meninggal, suami Kartini menjabat sebagai Bupati Rembang. Delapan tahun kemudian, sang bupati menyusul Kartini  menghadap Sang Kalik.

Betapa pilu nasih bocah laki-laki ini, masih kecil sudah yatim piatu.

BACA JUGA: Ternyata Begini Penampilan Via Vallen dan Nella Kharisma Tanpa Make Up

Hidupnya diurus oleh kakak tiri tertua bernama Abdulkarnen Djojoadiningrat. Soesalit bersekolah di Europe Lager School(ELS), tempat ibunya bersekolah dulu.

Sekolah ini hanya diperuntukkan untuk anak Eropa dan anak pembesar pribumi.

Lulus dari ELS, Soesalit melanjutkan pendidikannya di Hogare Burger School (HBS) Semarang dan berlanjut ke Recht Hoge School (RHS) Jakarta.

Dari sekolah hingga pekerjaan, semuanya diatur oleh sang kakak.

Dia dimasukkan ke Politieke Inlichtingen Dienst (PID), merupakan polisi rahasia Hindia Belanda yang memata-matai pribumi.

Tentu ini bertentangan dengan batinnya yang ingin berjuang dengan pribumi.

Pada zaman Jepang, Soesalit bergabung dengan Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA).

Saat restrukturisasi dan rasionalisasi, Soesalit mengalami hal yang kurang menguntungkan.

Pangkatnya diturunkan dari Mayor Jenderal menjadi Kolonel. Tahun 1948 nasibnya semakin memburuk, dia menjadi tahanan rumah dan pangkatnya diturunkan lagi.

BACA JUGA: Hadiri Pernikahan Syahnaz, Raffi Ahmad dan Billy Syahputra Naik Jet Pribadi!

Ia akhirnya menjadi pejabat di Kementerian Perhubungan dengan pangkat militer tak berbintang.

Soesalit wafat pada 17 Maret 1962. Semasa hidupnya, dia dikenal sederhana dan tak pernah menyombongkan nama besar ibunya. (*)