Selama Ini Terbukti Bisa Hancur dengan Sabun, Bisakah Virus Corona Musnah karena Panas Matahari? Ini kata Ahli

By Riska Yulyana Damayanti, Kamis, 23 April 2020 | 14:30 WIB
Ilustrasi wabah virus corona. (Freepik.com)

Nakita.id - Hingga saat ini jumlah kasus Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah.

Pemerintah mengimbau warga untuk menggunakan masker saat keluar rumah dan sering mencuci tangan.

Tak hanya itu, usai bepergian, sebaiknya mandilah terlebih dahulu baru menyentuh anggota keluarga lainnya.

Disebutkan jika virus corona ini menyebar melalui droplet. Jika tak menggunakan masker, virus corona pada droplet orang yang bersin atau batuk bisa menyebar ke orang lain.

Baca Juga: Sekarang Tenar Sebagai Seleb dengan Bayaran Termahal dan Hidup Bergelimang Harta, Siapa Sangka Presenter Kondang Ini Pernah Icipi Pahitnya Hidup Jadi Badut Keliling

Lalu, apakah virus corona yang menempel di pagar atau kendaraan bisa mati karena panas matahari?

Hal tersebut dijawab oleh dokter spesialis paru, Muhammad Fachri dalam sesi tanya jawab yang diunggah ke kanal YouTube KompasTV Selasa, (21/4/2020).

Dalam tayangan tersebut, ada warganet yang bertanya, apakah virus corona yang menempel di pagar rumah atau kendaraan bisa mati dengan panas matahari?

Baca Juga: Pernah Jadi Korban Perampokan, Begini Potret Rumah Diah Permatasari 'Si Manis Jembatan Ancol', Boiyen: 'Rumahnya Lega Banget Kaya Bandara'

Dokter Fachri menjelaskan bagaimana sifat dari virus corona.

Dijelaskan jika virus tersebut bisa hidup dalam suhu 24 - 25 derajat celsius dengan kelembapan 45 persen.

Sehingga jika suhu lebih dari 25 derajat celsius, maka virus tersebut akan cepat mati.

Baca Juga: Berkaca dari Flu Spanyol, Seorang Pakar Sebut Gelombang Kedua Virus Corona Jauh Lebih Berbahaya, Tapi Bisa Dicegah dengan Cara Ini

"Sebenarnya virus ini bisa hidup dalam keadaan suhu 24 - 25 derajat celsius dengan kelembapan sekitar 45 persen dan dia bisa hidup selama lima hari di benda-benda mati," ungkapnya.

"Tapi dengan sinar dan suhu yang melebihi itu, virus akan segera mati, jadi itu bisa memudahkan proses untuk mematikan dari virus tersebut," tambahnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh dokter hewan sekaligus ahli virus, drh. Indro Cahyono.

Baca Juga: Pernah Jadi 'Lawan' di Pilpres Hingga Para Pendukungnya Saling Sindir, Kini Prabowo Jadi Saksi Hidup Perjuangan Jokowi di Tengah Pandemi, 'Beliau Terus Berjuang...'

"Iklim di Indonesia itu 26 - 30 derajat celsius, virus itu akan ada di udara selama maksimal 3 menit pada suhu 20 - 25 derajat (celsius). Sehingga di suhu kita, pas siang-siang, virus itu nggak akan bertahan lama dari 1 menit," ungkapnya dilansir dari tayangan di kanal YouTube Official iNews (29/3/2020).

Menurutnya masalah suhu ini bisa menjelaskan mengapa Italia dan New York memiliki kasus Covid-19 yang sangat banyak, karena suhu di wilayah tersebut tak seperti di Indonesia.

Baca Juga: Berita Gembira Disampaikan Langsung oleh Ganjar Pranowo, Pertama Kalinya di Jateng Lakukan Tes Corona Ini Secara 'Drive Thru' Laiknya di Restoran Cepat Saji

"Di Itali suhunya 6 derajat, sementara virus ini bisa bertahan selama 3 jam di lingkungan pada suhu 10 - 15 derajat (celsius)," tukasnya.

Selain itu, virus juga disebut akan mati dengan pelarut lemak seperti sabun dan berbagai pembersih rumah tangga.

"Kelemahannya adalah virus ini sangat mudah dihancurkan oleh berbagai pelarut lemak, termasuk sabun, semua peralatan rumah tangga bisa dipakai menghancurkan virusnya," jelas Indro.

Oleh karena itu, kita diminta untuk menjaga kebersihan, salah satunya dengan rajin mencuci tangan.