Sederet Nilai-nilai Situs Bersejarah Batu Berak yang Menjadi Materi Belajar dari Rumah Lewat TVRI Jumat 24 April 2020

By Rachel Anastasia Agustina, Jumat, 24 April 2020 | 10:05 WIB
Nilai-nilai Situs Bersejarah Batu Berak. (referensi.data.kemdikbud.go.id)

Nakita.id - Ternyata ada nilai-nilai situs bersejarah Batu Berak yang ditayangkan TVRI Jumat (24/4/2020) pukul 09.30-10.00 tadi.

Seperti diketahui program situs sejarah Batu Berak ini ditayangkan untuk Siswa Menengah Pertama (SMP) untuk belajar dari rumah.

Situs Megalitik Batu Berak merupakan situs megalitik yang mengandung tinggalan arkeologis berupa manik-manik, fragmen tembikar, fragmen keramik asing, batu datar, dolmen (batu datar berkaki), menhir (batu tegak), dan batu umpak.

Baca Juga: Sambut Akhir Tahun, Pemprov DKI Jakarta 'Hidupkan' Sejarah Jakarta Lewat Pertunjukan Video Mapping di Monas Sampai Malam Tahun Baru

Salah satu hal yang menarik dari situs ini adalah posisi penempatan dolmen, menhir dan batuan lainnya membentuk garis lurus dari utara ke selatan.

Situs Batu Berak rupanya menyimpan nilai-nilai kebudayaan dan juga nilai agama/religi.

Hal ini sempat dibahas dalam tulisan ilmiah Abid Lailata Naharo, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dibahas dalam Seminar Nasional Teknologi Pendidikan tahun 2017.

Dalam tulisannya, Abid menjabarkan beberapa nilai-nilai penting warisan budaya Batu Berak, di antaranya nilai ilmu pengetahuan, nilai sejarah, nilai pendidikan, nilai agama dan nilai kebudayaan dari situs Batu Berak.

Baca Juga: Sejarah Kisah Cinta Soekarno, Terungkap Kisah Rumah Tangganya dengan Fatmawati hingga Sang Istri Enggan Temani di Akhir Hayat

Nilai Kebudayaan Batu Berak

Dikutip dari publikasi tulisan Abid, nilai-nilai kebudayaan yang nampak apa situs Batu Berak tersebut dapat dilihat dari peninggalan manik-manik.

Menurut keterangan dari Dinas Pendidikan Subdin Kebudayaan Provinsi Lampung dan observasi di situs Batu Berak diketahui bahwa manik-manik yang diketemukan terbuat dari bahan kaca dan batu karnelin, yang beraneka warna, sperti: merah, hijau, biru, kuning, dll yang digunakan untuk perhiasan, bekal kubur, dan ditabur pada waktu ada upacara.

Selain dari wujud benda secara umum bangunan megalit didirikan dalam konteks pesta jasa (feast of merit).

Baca Juga: Pertama Kalinya dalam Sejarah, Avengers: End Game Tak Miliki Scene After Credit?

Pesta ini diselenggarakan oleh pemimpin komunitas sebagai bukti bahwa mereka dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Tradisi ini juga mengandung ajaran dan praksis kepemimpinan dalam kehidupan masyarakat di kepulauan Indonesia.

Pada situs Batu Berak tidak nampak adanya peninggalan-peninggalan ukiran-ukiran maupun relief.

Bentuk peninggalan budaya megalitik yang besar dan bervariasi serta jumlah yang banyak, menunjukkan suatu corak masyarakat yang sudah teratur dengan sifat gotong royong yang tinggi.

Hal demikian terlihat dari bentuk-bentuk megalitik yang didirikan, mempunyai ukuran besar yang tidak mungkin dilakukan oleh satu orang.

Pelaksanaannya membutuhkan keterlibatan orang dalam jumlah yang banyak hingga ratusan orang.

Berdasarkan uraian dari niai-nilai yang terkadung dalam situs Batu Berak, dari hasil penelitian Badan Arkeologi Nasional (BALAR) Bandung, maka nilai-nilai tersebut dapat diinterpretasikan dalam wujud peninggalan-peninggalan pada situs tersebut.

Baca Juga: 2 Langkah Mudah Mengerjakan Hitungan Beserta Jawaban Soal Matematika: Perbandingan dan Skala, Catat!

Peninggalan-peninggalan pada situs tersebut tentunya hadir dengan tujuan, manfaat dan pesan-pesan baik di dalamnya.

Dalam masyarakat yang kompleks, simbol kelas-kelas sosial menjadi hal yang sangat penting dalam kebudayaan mereka seperti monumen-monumen megalitik.

Penduduk tersebut membentuk suatu komunitas adat dan mendirikan kampung-kampung yang dipimpin oleh para ketua adat.

Kumpulan-kumpulan adat tersebut semakin lama semakin berkembang ke arah yang lebih kompleks dari segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Nilai Agama/Religi

Peradaban megalitikum tidak lepas dari munculnya sistem kepercayaan/religi.

Hal tersebut mereka wujudkan dalam bentuk bangunan menhir dan dolmen dalam situs Batu Berak.

Sistem kepercayaan pada masa itu adalah animisme, dinamisme, dan toteisme.

Secara umum kebudayaan megalitik di Asia Tenggara menunjukkan bahwa kawasan ini mempunyai berbagai bentuk dan jenis yang digunakan untuk pemujaan, lambang kekuasaan, dan pertanian yang berkembang.

Baca Juga: Sejarah Pahit Orang Jawa di Suriname, Dianggap Bodoh dan Mudah Ditipu

Di Asia Tenggara, situs-situs megalitik berfungsi sebagai simbol kekuasaan, simbol para pemimpin, serta untuk penguburan.

Pada masa perkembangan megalit di Asia Tenggara, praktek ritual masih dilakukan dan juga berkaitan dengan aktivitas pertanian seperti di Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina.

Loof mengatakan bahwa konsepsi pendirian megalit tampaknya lebih banyak berkaitan dengan aktivitas pemujaan dan penguburan.

Menurut Tanudirjo, salah satu konsep religi masa prasejarah yang hingga sekarang masih berlanjut dan bahkan melekat dan mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat adalah konsepsi tentang penghormatan terhadap arwah leluhur.

Menurut Soejono , kepercayaan kepada pengaruh arwah nenek moyang terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya harus selalu diperhatikan dan dipuaskan melalui upacara-upacara.

Sementara Heekeren menjabarkan tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati.

Baca Juga: Harusnya Vietnam, Indonesia Ciptakan Sejarah Jadi Tuan Rumah Asian Games 2018

Bangunan-bangunan besar yang kemudian menjadi medium penghormatan, tahta kedatangan sekaligus menjadi lambang si mati.

Kepercayaan religi yang kuat pada masa itu dapat dipetik pesan moralnya bahwa setiap manusia harus dengan bersambung menjalankan kewajibannya atas kepercayaan yang dipercayainya dan selalu saling menghormati terhadap segala upaya orang lain.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews Wiki dengan judul Ini Nilai Kebudayaan dan Nilai Religi Situs Batu Berak, Materi Belajar dari Rumah TVRI 24 April 2020