Joko Widodo Minta Masyarakat Berdamai dengan Situasi 'New Normal', Seperti Apa Pola Hidup Baru di Tengah Pandemi Corona Itu?

By Ine Yulita Sari, Rabu, 20 Mei 2020 | 14:01 WIB
Ilustrasi bekerja di tengah pandemi corona (freepik)

Nakita.id - Pandemi Covid-19 telah merubah seluruh tatanan kehidpuan masyarakat di dunia.

Untuk mencegah wabah tersebut semakin meluas, masyarakat diimbau untuk menaati aturan tinggal di rumah saja.

Berbagai kegiatan seperti bekerja, sekolah bahkan beribadah pun dianjurkan untuk dilaksanakan dari rumah saja.

Baca Juga: Pejabat Tinggi Sudah Antusias Bahas 'New Normal', Data Lonjakan Kasus Corona di DKI Jakarta Pukul Telak Wacana Pelonggaran PSBB, 'Mau Ada Bencana yang Lebih Hebat?'

Hal ini terjadi di hampir seluruh bagian dunia, yang mengharuskan para warganya untuk tetap berada di rumah saja guna memutuskan rantai penyebaran virus.

Hampir semua negara mengimbau warganya untuk tidak beraktivitas di luar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak.

Baca Juga: Rencana Sekolah Dibuka Kembali Juli Tetap Dijalankan, Berikut Cara Terapkan New Normal untuk Bantu Cegah Corona

Terkecuali, memang bagi mereka yang harus keluar dan kegiatannya tidak bisa dilakukan dari rumah. Perubahan tersebut tentu juga berdampak luas di banyak sektor.

Pasalnya berubahnya aktivitas masyarakat tersebut membuat dunia usaha sepi, seperti bidang pariwisata, transportasi online, penjuaan retail dan masih banyak lagi.

Berjalannya waktu, tinggal di rumah dinilai tidak bisa selamanya diterapkan untuk menjaga keseimbangan perekonomian.

Sejumlah negara pun mulai melonggarakan kebijakan terkait mobilitas warganya.

Di sisi lain, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masih terus mengancam.

Korban jiwa akibat virus corona pun terus bertambah. Di sinilah, pola hidup baru atau new normal akan diimplementasikan.

Lantas, apa dan seperti apa new normal tersebut?

Baca Juga: Sepercik Harapan Mulai Bemunculan, Kini Ahli Bongkar Waktu Kapan Indonesia Akan Memasuki Kondisi Normal Usai Pandemi Corona

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita mengatakan, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Menurut Wiku, prinsip utama dari new normal itu sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup.

"Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah," kata Wiku kepada Kompas.com, baru-baru ini.

Wiku menerangkan, secara sosial disadari bahwa hal ini akan berpengaruh.

Pasalnya, ada aturan yang disebutkan dalam protokol kesehatan untuk menjaga jarak sosial dengan mengurangi kontak fisik dengan orang lain.

Masyarakat, kata Wiku, akan menjalani kehidupan secara new normal hingga ditemukannya vaksin dan dapat digunakan sebagai penangkal virus corona.

Baca Juga: #FamilyQuality: Tak Hanya Melepas Stres Selama Pandemi Corona, Membuat Kue Bersama Si Kecil juga Ampuh Ajarkan Kesabaran dan Ketelitian

"Transformasi ini adalah untuk menata kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke depannya sampai tertemukannya vaksin untuk Covid-19," katanya lagi.

Beberapa ahli dan pakar kesehatan dunia telah memastikan bahwa kemungkinan paling cepat dapat ditemukannya vaksin adalah pada 2021.

Artinya, masyarakat harus menjalani kehidupan secara new normal hingga tahun depan, bahkan lebih.

Oleh karenanya, perubahan perilaku akan menjadi kunci optimisme dalam menghadapi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah atau yang dikenal sebagai new normal.

"Tapi kita harus berpikiran positif, karena Indonesia punya kapasitas yang besar dan gotong royong, marilah kita gotong royong agar terbebas dari Covid-19," imbuhnya.

Baca Juga: Disentil Sang Mantan, Jusuf Kalla Komentari Pernyataan Presiden Joko Widodo Soal Berdamai dengan Covid-19: 'Risikonya Mati'

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Selasa (19/5/2020), konsep pola hidup normal baru ini merupakan salah satu yang ditekankan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan sejumlah hal yang harus diperhatikan pemerintah suatu wilayah atau negara untuk melonggarkan pembatasan terkait pandemi Covid-19.

Hal itu diunggahnya melalui Twitter-nya baru-baru ini. Salah satu yang diungkapkan oleh Tedros yakni mendidik, melibatkan dan memberdayakan masyarakatnya untuk hidup di bawah new normal.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Apa Itu New Normal di Tengah Pandemi Corona..."