Nakita.id – Sudah dua bulan lebih Indonesia dilanda wabah virus corona.
Meski korban masih terus berjatuhan, wacana kembali dibukanya ruang-ruang publik, seperti mal, pasar, dan perkantoran pun mulai terdengar.
Tak hanya itu, beberapa tempat wisata di Indonesia juga dikabarkan akan kembali dibuka di masa pandemi ini.
Mengutip dari Antara via Kompas.com, Senin (18/5/2020), pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero) mengatakan akan membuka kembali operasional taman wisata candi beserta fasilitasnya.
Pembukaan tersebut rencananya akan dilakukan pada 8 Juni 2020, setelah ditutup selama kurang lebih 3 bulan.
Direktur Utama PT TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (Persero) Edy Setijono, pun mengklaim bahwa pihaknya tengah bersiap menuju the new normal pariwisata.
“Dengan telah diterapkannya the new normal pariwisata, diharapkan dapat membangun kepercayaan wisatawan, sehingga dunia pariwisata dan perekonomian di kawasan ini dapat bangkit kembali," ujar Edy Setijono.
Melihat hal tersebut, Epidemiolog Indonesia kandidat doktor pandemi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyatakan, pembukaan lokasi wisata di masa pandemi bukanlah sesuatu yang prioritas.
Tak hanya itu, Dicky bahkan menyebut pembukaan tersebut justru cenderung berbahaya lantaran dapat menimbulkan kluster baru.
"Saya melihat belum tepat untuk situasi saat ini. Berbahaya, karena berpotensi terjadinya penularan dan timbul kluster baru," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (20/5/2020).
Kalaupun sudah bisa dibuka, hal pertama yang bisa dibuka setelah memasuki masa new normal adalah kantor, bukan tempat wisata.
Meski alasannya untuk membuka kembali perekonomian, menurutnya keputusan tersebut tidaklah tepat.
Sebab, pengendalian pandemi harus diutamakan daripada lainnya.
"Ini (membuka kembali perekonomian) yang salah kaprah. Prinsipnya lebih baik bersakit-sakit dulu, bersenang-senang kemudian. Mencegah lebih baik dari mengobati," sambungnya.
Menanggulangi pandemi itu adalah untuk memprioritaskan kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, sebelum memutuskan pembukaan suatu tempat wisata, mal atau tempat lain yang akan memungkinkan banyak orang datang, maka harus dilakukan penilaian risiko atau kajian risiko.
Dicky mengatakan salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi atau status pandemi Covid-19 di wilayah tersebut, apakah masuk zona berbahaya atau tidak.
Selain itu, dilihat juga bagaimana kondisi penularan tingkat komunitasnya, kasus baru harian, dan sebagainya.
Perlu dilihat juga apakah pengelola sudah memiliki serangkaian mekanisme baru yang menjamin terjaganya kepatuhan terhadap jaga jarak, personal hygiene, dan lain-lain.
Terlebih lagi, daktor risiko datangnya orang dari luar daerah akan berpotensi membawa atau terpapar virus.
Dicky pun melihat Indonesia masih belum ke arah sana dalam waktu dekat.
"Intinya banyak hal yang harus disiapkan dan dipastikan sudah terkendali," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tempat Wisata Dibuka Juni, Ahli Epidemiolog: Bisa Muncul Klaster Baru!".