Sekolah Saat Pandemi, Begini Respons dari Seorang Guru hingga Mengaku Rindu Suasana Kelas, 'Sangat Bahagia'

By Shinta Dwi Ayu, Jumat, 19 Juni 2020 | 18:15 WIB
Respons guru terkait sekolah saat pandemi (Freepik)

Sekolah Saat Pandemi, Begini Respons dari Seorang Guru hingga Mengaku Rindu Suasana Kelas, 'Sangat Bahagia'

Nakita.id - Tahun ajaran baru 2020/2021 di tengah wabah virus corona akan segera dimulai.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan tahun ajaran baru 2020/2021 tetap dimulai pada bulan Juli 2020.  

Hal itu Ia sampaikan dalam pengumuman Panduan Penyelenggaraan Belajar Mengajar di Masa Pandemi melalui video telekonferensi, Senin (15/6/2020).

Namun sekolah yang diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka, hanyalah khusus daerah zona hijau.

Baca Juga: 94% Siswa Masih Harus Belajar Online di Tahun Ajaran Baru, Tangan Kanan Nadiem Makarim Beri Solusi Bagi yang Tak Memiliki Akses Internet untuk Sekolah Saat Pandemi

Untuk daerah yang berada di zona kuning, oranye, dan merah, dilarang melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan.

Satuan pendidikan pada zona-zona tersebut tetap melanjutkan Belajar dari Rumah (BDR).

Sebelumnya, wacana sekolah saat pandemi telah menjadi perbincangan publik.

Bahkan banyak pula siswa yang sudah mulai mempertanyakan kapan sekolah akan dibuka kembali.

Tentu ada plus minus sekolah saat pandemi menjelang era new normal akhir-akhir ini.

Terutama bagi guru yang juga ikut merespons hal tersebut.

Salah seorang guru dari sekolah swasta di bilangan Jakarta Selatan ungkap perasaannya terkait sekolah dibuka kembali saat pandemi.

Menurut guru tersebut, selama masa pandemi banyak materi yang tidak dicapai dengan baik oleh siswa.

"Terkait sekolah yang mau dibuka lagi kita sebagai guru sangat bahagia sih. Karena sudah terlalu lama kita ngajar enggak sesuai dengan pencapaian materi yang seharusnya didapat sama para siswa, dan kita rindu suasana kelas yang ramai juga keceriaan yang biasa kita lihat setiap harinya," ungkap Ika Damayanti S.Pd, seorang guru dari sekolah Perguruan Rakyat 2, Jakarta Selatan.

Baca Juga: Wajib Tahu Plus Minus Sekolah Saat Pandemi, Psikolog Anak Sebut Hal Ini Akan Efektif Asal Didukung Pihak Sekolah

Tak hanya itu, Ika Damayanti juga menyoroti kabar yang beredar tentang sistem belajar shifting atau mengurangi setengah jumlah siswa saat melakukan proses pembelajaran nanti di sekolah.

Menurut Ika, sistem itu akan menjadi kurang efektif di sekolahnya pasalnya kelas di tempatnya mengajar begitu terbatas.

"kalau memang era new normal diberlakukan dengan kebijakan seperti mengurangkan setengah kelas untuk sekolah kita sih pasti kurang efektif ya, karena ya itu masalahnya yang kita punya kelasnya hanya satu rombel hanya kelas 1 sampai kelas 6 dan di siang hari dipakai SMP. jadi untuk sepertinya untuk kegiatan belajar mengajar pasti kurang efektif," jelas Ika Damayanti S.Pd.

Sementara itu, terkait pembelajaran menjelang tahun ajaran baru di tengah pandemi, Nadiem Makarim menyatakan keselamatan dan kesehatan siswa diutamakan dalam menyelenggarakan kegiatan sekolah saat pandemi.

Untuk itu, terdapat 6 kriteria yang perlu dipenuhi oleh pihak sekolah yang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kanwil atau Kantor Kemenag.

Pertama, sekolah harus memiliki ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan pembersih tangan (hand sanitizer) dan disinfektan.

Kedua, akses sekolah dengan fasilitas layanan kesehatan (puskesmas, klinik, rumah sakit, dan lainnya).

Baca Juga: Pergi ke Sekolah saat Pandemi Amankah? Ahli Bongkar Habis Plus Minusnya: 'Pikirkan Baik-baik'

Ketiga, sekolah harus menerapkan area wajib masker kain atau masker tembus pandang bagi yang memiliki peserta didik disabilitas rungu.

Keempat, sekolah wajib memiliki thermogun (pengukur suhu tubuh tembak).

Kelima, sekolah memetakan peserta didik yang tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan belajar mengajar secara tatap muka seperti memiliki kondisi penyerta yang tidak terkontrol, akses transportasi tidak memadai, dan memiliki riwayat perjalanan ke 3 zona rawan dalam 14 hari terakhir.

Keenam, sekolah perlu membuat kesepakatan bersama komite sekolah yang dijalankan dengan mematuhi protokol kesehatan.