Ditolak 3 Rumah Sakit Gara-gara Tak Mampu Bayar Swab Test, Ibu Hamil Asal Makassar Harus Kehilangan Calon Bayinya Sebelum Ditangani, Begini Kisahnya

By Gabriela Stefani, Rabu, 17 Juni 2020 | 15:00 WIB
Calon bayi dari ibu asal Makassar meninggal dunia (Freepik)

Nakita.id – Ketika hamil di tengah pandemi akan menjadi semakin mengkhawatirkan.

Pasalnya diperlukan menjaga kesehatan Moms dan calon bayi yang masih di dalam kandungan.

Baca Juga: Tips Penting dari Pakar Soal Apa yang Harus Moms Persiapkan untuk Melahirkan Aman di Tengah Pandemi Covid-19, Apa Saja?

Di tambah ketika persalinan umumnya dilakukan di rumah sakit.

Sementara rumah sakit menjadi tempat yang paling riskan terjadinya penyebaran virus corona.

Rupanya beberapa rumah sakit memiliki prosedur bagi Moms yang hendak melakukan persalinan.

Baca Juga: Mendadak Ruang Bersalin Gaduh Saat Bayi Kembar Lahir dalam Kondisi Ini, Ayah Sang Bayi Langsung Menangis Sesenggukan

Seperti yang terjadi dengan seorang ibu hamil asal Makassa, Ervina Yana yang harus melakukan rapid test dan swab sebelum melahirkan.

Namun menyedihkannya belum sempat dilahirkan, Ervina harus kehilangan calon bayinya yang masih di dalam kandungan.

Awalnya Ervina hanyalah ingin memeriksa kandungannya di puskesmas setempat.

Baca Juga: Belum Siapkan Nama Jelang Persalinan, Ini Daftar Nama Anak Perempuan yang Lahir di Bulan Ramadan

Namun, Ervina diminta lakukan rapid test akibat adanya riwayat penyakit dan kehamilannya yang tidak dikontrol. 

Ervina Yana

Baca Juga: Selain 10 Tahapan Pembukaan Persalinan, Ini yang Perlu Moms Ketahui Soal Proses Melahirkan

“Karena Vina punya riwayat penyakit diabetes dan tidak kontrol kehamilan di Rumah Sakit Sentosa disarankan untuk rapid test," ujar aktivis perempuan Makassar yang mendampingi Ervina, Alita yang dikutip dari kompas.com.

Namun, Ervina ditolak rumah sakit karena seorang peserta BPJS Kesehatan.

"Ibu Ervina ini peserta BPJS Kesehatan, tapi ditolak tiga rumah sakit karena tidak ditanggung biaya rapid test dan swab," lanjut Alita.

Rupanya setelah dari RS Sentosa, Ervina berkali-kali dirujuk ke rumah sakit lain karena tidak tersedianya alat rapid test.

Baca Juga: Hamil di Tengah Pandemi COVID-19, Mona Ratuliu Ungkap Kekhawatirannya Persiapkan Persalinan Tanpa Didampingi Suami

"RS Sentosa merujuknya ke RS Siti Hadihjah. Pihak RS Siti Hadihjah beralasan tak mempunyai alat rapid test, swab, dan operasi, kemudian kembali merujuk ke RS Stella Maris,” jelas Alita.

 

Lagi-lagi dengan alasan rapid test dan swab tidak ditanggung, akhirnya Vina diharuskan membayar rapid test.

Vina pun akhirnya membayar rapid test di RS Stellamaris sebesar Rp600.000.

Baca Juga: Di Tengah Wabah Virus Corona, Seorang Polwan Jadi Bidan Dadakan karena Lihat Ibu Hamil Hampir Melahirkan di Pinggir Jalan

Namun, hasil rapid test Vina dinyatakan reaktif sehingga harus melakukan pemeriksaan swab.

Untuk menjalani pemeriksaan swab, Vina harus merogoh kocek sebesar Rp2,4 juta.

Alita pun menyatakan bahwa Vina tidak sanggup membayar pemeriksaan swab sehingga harus kembali pindah rumah sakit.

“Pasien tidak sanggup bayar tes swab seharga Rp 2,4 juta. Kemudian keluarga membawanya ke RSIA Ananda,” ujar Alita.

Baca Juga: Ketahui Perkembangan Kemampuan Janin Usia 9 Bulan Agar Moms Tenang Sebelum Melahirkan

Sayangnya belum juga berhasil diperiksa kondisi kehamilannya, bayi di kandungan Ervina sudah tidak lagi bernyawa.

Pasalnya pemeriksaan kondisi kehamilan bisa dilakukan setelah hasil swab keluar.

“Keterangan dokter Ervina besok pagi akan operasi jika hasil swab sudah keluar,” ujar Alita.

Baca Juga: Ternyata Rutin Minum Air Putih Bisa Mencegah Agar Luka Jahit Setelah Melahirkan Tak Infeksi, Ini Penjelasannya Moms!

Padahal saat pemeriksaan di RS Sentosa, Vina mengaku bahwa bayinya masih bergerak.

Tetapi ketika diperiksa kembali di RSIA Ananda, calon bayinya dinyatakan meninggal dunia.