Sudah Umumkan Berita Duka di Musala, Pelayat Sudah Datang, dan Liang Lahat Sudah Digali, Jenazah di Blitar ini Ternyata Masih Hidup

By Yosa Shinta Dewi, Kamis, 27 Agustus 2020 | 14:22 WIB
Warga Blitar dikabarkan meninggal tapi ternyata salah orang (Pixabay)

Nakita.id - Santer kabar kematian yang ternyata salah di Blitar, Jawa Timur.

Kabar meninggalnya Harnanik (53) sudah diumumkan di musala di Desa Bendowulung, Kecamatan Sanan Sanan Kulon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Pengumuman sudah disiarkan usai pihak keluarga mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit.

Rumah sakit keliru mengidentifikasi identitas pasien yang meninggal.

Anak Harnanik, Nanung Hermawan mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Senin (24/8/2020).

Baca Juga: Kisah Nyata, Nenek 81 Tahun Ini Hidup Lagi Padahal Sudah 7 Jam di Kamar Mayat karena Gagal Operasi Jantung dan Paru-paru

Awalnya, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mardi Waluyo Blitar memberi tahu bahwa ibunya meninggal.

Harnanik dirawat karena menderita stroke ringan sejak 10 hari lalu. Saat perawatan, Harnanik mengeluh sesak napas.

Hal itu membuat tim medis memperlakukan Harnanik sebagai pasien khusus dengan prosedur Covid-19. Ia dirawat di ruang isolasi.

"Kalau ada sesak napas katanya (rumah sakit) mengarah ke Covid-19," kata Nanung saat dihubungi, Selasa (25/8/2020).

Keluarga pun tak memiliki akses membesuk dan menjaga Harnanik yang dirawat di ruang isolasi.

Kebutuhan harian seperti pakaian Harnanik, hanya bisa dititipkan di pos jaga keamanan rumah sakit.

Pada Senin (24/8/2020) pagi, keluarga mendapat kabar kondisi kesehatan Harnanik menurun drastis.

Baca Juga: Takdir Tak Ada yang Tahu, Jenazah Gadis 12 Tahun di Probolinggo Ini Tiba-tiba Hidup Lagi dan Mengedipkan Mata Saat Sedang Dimandikan

Ilustrasi pasien

Rumah sakit lalu mengabarkan Harnanik meninggal akibat serangan jantung. "Senin sekitar jam 10 pagi," kata Nanung.

Mendapatkan kabar itu, keluarga menyiapkan keperluan pengurusan jenazah.

Lazimnya kehidupan di desa, para kerabat dan tetangga berbagi tugas. Beberapa warga mengumumkan kematian Harnanik di mushala.

Warga lain menggali liang lahad untuk peristirahatan terakhir jenazah.

"Di rumah semua sudah siap-siap," ujarnya.

Ternyata bukan jenazah Harnanik

Nanung mengatakan, bapaknya menjemput jenazah sang ibu. Seluruh dokumen pemulangan telah diteken bapaknya.

Bapaknya juga telah menggelar doa di hadapan jenazah.

"Semua (berkas rumah sakit) sudah ditandatangani, juga sudah melakukan doa-doa untuk jenazah," ujar Nanung.

Setelah membaca doa, bapaknya yang penasaran lalu membuka kain penutup jenazah.

Nanung menyebutkan, bapaknya kaget karena jenazah itu bukan ibunya, Harnanik.

Baca Juga: Ditinggal Istri Meninggal, Laki-laki Ini Tak Butuh Waktu Lama Nikahi Dua Perempuan Sekaligus, Sendirinya Heran dengan Istri-istrinya yang Ikhlas Dipoligami

"Terus lihat ke ruang isolasi, ternyata ibu saya masih ada di situ," kata Nanung.

Nanung menambahkan, ibunya masih dirawat. Namun, ibunya telah dipindahkan dari ruang isolasi karena dinyatakan negatif Covid-19.

Meski begitu, keluarga belum menerima surat keterangan negatif Covid-19 tiu. Padahal, surat keterangan itu sangat penting.

"Nanti sewaktu-waktu (ibu) saya bawa pulang, ada yang nanya bagaimana. Zaman sekarang masalah begini, kan rawan," kata Nanung.

Rumah sakit mengaku salah

RSUD Mardi Waluyo telah menginvestigasi kasus tersebut. Secara terus terang, pihak rumah sakit mengakui kesalahannya.

Wakil Direktur Pelayanan RSUD Mardi Waluyo dr Herya Putra mengatakan, evaluasi dan pembinaan internal telah dilakukan agar kejadian serupa tak terulang.

"Kepada keluarga kita sudah sampaikan permohonan maaf," ujar Herya. Herya menceritakan kronologi peristiwa itu.

Baca Juga: Penting! Lakukan Hal Ini Agar Sel Kanker Payudara Tidak 'Hidup' Lagi

Awalnya, Harnanik (H) bersama dua pasien lainnya dirawat di ruang isolasi.

Di ruangan itu, pasien H dan pasien S sama-sama berstatus suspek Covid-19 dengan kondisi kesehatan menurun.

"Swab tanggal 17 (Agustus), hasilnya belum kami terima," kata Herya.

Pada Minggu (23/8/2020), kondisi kesehatan pasien S menurun drastis.

Perawat yang bertugas menukar posisi ranjang pasien S dengan ranjang pasien H yang mempunyai sudut pandang kamera pengawas yang lebih bagus.

Penggunaan kamera pengawas dilakukan untuk membantu pemantauan perkembangan pasien.

Ini karena kondisi dan keterbatasan akses pada ruang isolasi.

"Akses ruang isolasi kan terbatas.

"Perawat juga harus pakai APD level tiga," kata dia.

Namun, pemindahan posisi ranjang itu tak dicatat dalam rekam medis pasien. Imbasnya, saat pergeseran petugas jaga, perawat tak menyadari pemindahan itu.

Pada Senin, kondisi pasien S memburuk dan meninggal. Petugas jaga yang baru mengira pasien yang meninggal itu merupakan H.

Baca Juga: Bukan HOAX! Modus Pria Ini Bikin Geleng Kepala, Sudah Dikafani dan Akan Dikebumikan Tapi Hidup Lagi

"Kesalahan kami waktu dipindahkan tempat itu tidak tercatat di rekam medisnya," jelas Herya.

Saat pasien S meninggal, gelang identitas yang biasa dipakai sudah terlepas dan tak berada di tempatnya.

Sehingga, perawat mengidentifikasi identitas pasien berdasarkan susunan ranjang. "Saat itu juga tidak sempat cek ke bed (tempat tidur) sebelahnya karena keterbatasan akses ruang isolasi," lanjut Herya.

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: Diumumkan Meninggal, Liang Lahad Sudah Digali, Harnanik Ternyata Masih Hidup