Stop Lakukan 5 Hal Ini Bila Tak Ingin Hubungan dengan Anak Renggang

By Amelia Puteri, Senin, 22 Januari 2018 | 21:10 WIB
Menjaga hubungan dengan anak penting bagi perkembangan karakternya (Hemera Technologies)

Nakita.id - Menjalin hubungan dengan anak sejatinya adalah hal mudah. Sebab, sedari lahir, orangtua berada di samping anak untuk menjaga, merawat, dan membesarkan anaknya.

Namun, untuk menjaga hubungan dengan anak agar tidak renggang bukan perkara mudah.

Seiring Si Kecil bertumbuh besar, tidak berarti hubungan anak dan orangtua yang telah terjalin akan selalu baik-baik saja dan tanpa masalah.

Problema hubungan orangtua dan anak adalah hal yang bisa terjadi karena beberapa faktor.

Maksud orangtua bisa saja mereka ingin membahagiakan anak, namun anak tidak berpikir demikian.

BACA JUGA Tak Terduga, 5 Makanan Enak Ini Merusak Kulit. Padahal No 3 Digemari

Begitu juga sebaliknya, anak ingin membuat orangtuanya bangga, tetapi salah diartikan oleh orangtua mereka.

Ada 5 kebiasaan yang bisa mengurangi kerekatan hubungan antara orangtua dan anak. 

Jika Moms tak ingin anak menjadi jauh dari jangkauan, segera hindari kebiasaan berikut ini.

1. Menggunakan gadget di depan anak

Moms sering membawa gadget kemana saja, hal ini guna memudahkan aktivitas seperti mengecek surel, membuka media sosial, "hanya sekitar 1-2 menit saja," ujar Moms.

Namun, 1-2 menit ini mungkin dilakukan berkali-kali.

Hal ini bisa membuat Si Kecil beranggapan bahwa waktu yang dihabiskan bersama mereka tidak lebih penting dari kegiatan Moms saat mencari lelucon di Twitter, atau melihat aktivitas teman di Instagram.

Meskipun Moms sama sekali tidak merasa seperti itu.

Rebecca Ziff, psikoterapis mengatakan, "Orangtua yang menghabiskan banyak waktunya oleh gadget bisa membentuk karakter anak jadi seorang pencari perhatian (attention seeker) karena ia membutuhkan perhatian dari orangtuanya."

Moms perlu memperhatikan batas untuk bisa sesekali bermain gadget tanpa membuat anak merasa diabaikan.

Hindari menaruh gadget di kantong celana, karena Moms tidak sadar akan mengeluarkan benda tersebut dan mulai membuka media sosial kembali.

BACA JUGA Hebat! Siswa Kelas 5 SD Bawa Adiknya ke Sekolah Agar Tak Perlu Bolos

2. Mengabaikan diri sendiri

Sangat mudah untuk mengabaikan diri sendiri.

Mungkin Moms berasumsi bahwa untuk menjadi orangtua yang baik, maka harus menempatkan posisi sebagai yang terakhir dan mengutamakan anak.

Apalagi bagi seorang stay-at-home Moms, yang perlu mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga.

Tetapi, Ziff kembali menjelaskan, "Sangat sulit untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan orang lain bila kebutuhan sendiri tidak terpenuhi."

Energi Moms berkurang, lalu mulai merasa kesal karena terlalu lelah, frustrasi atau terlalu stres untuk menikmati waktu bersama Si Kecil.

Kenali kebutuhan Moms dan cara untuk menggapai kebutuhan tersebut.

Jika terlalu rumit, hal-hal sederhana namun sangat mendesak seperti waktu tidur, membuat makanan padat nutrisi, atau saat menyendiri.

Saat Moms menyusun jadwal bagi diri sendiri, anggap sebagai sesuatu yang penting sebagai pertemuan saat bekerja.

Moms tidak mungkin membatalkan janji dengan atasan, jadi mengapa membatalkan janji dengan diri sendiri?

BACA JUGA Adik dari Aktris Drama Korea Ha Ji Won Meninggal Dunia Akibat Depresi

3. Mengganti kehadiran dengan hadiah

"Sering kali orangtua menghabiskan uang untuk membeli gadget dan hadiah, tetapi tidak dengan menghabiskan waktu bersama," kata Sean Grover, LCSW , seorang psikoterapis.

Dalam Journal of Consumer Research, diketahui bahwa anak yang dihadiahi materi dan menghukumnya dengan merenggut kembali hadiah tersebut mengakibatkan anak jadi materialistik ketika dewasa nanti.

Konsekuensinya seperti hutang kartu kredit, judi, hingga konsumtif dalam menghabiskan uang.

Ajari anak untuk saling berbagi, dan tak melulu menghadiahi barang bagi Si Kecil.

Habiskan waktu yang berkualitas bersama anak sebagai cara untuk mempererat hubungan Moms dan Si Kecil. 

BACA JUGA Gara-Gara Bulan Madu ke Amazon, Dalam Kepala Wanita Ada Binatang Ini

4. Membandingkan anak dengan zaman ketika masih muda

"Ketika orangtua membandingkan diri mereka saat masih muda dengan anak mereka, hal ini secara bertentangan merenggangkan hubungan antara orangtua dan anak," terang Laura Athey-Lloyd, Psy.D, seorang psikolog.

Sebagai contoh, bila anak diejek di sekolahnya, lalu Moms membandingkan saat masih muda dulu tidak pernah diejek oleh teman sebayanya.

Mungkin secara tidak sadar, Moms mengatakan ia terlalu sensitif dan lemah. Hal ini dapat berdampak Si Kecil merasa konyol, disalahpahami, dan menyendiri.

Bersikap empati dan pahami emosi Si Kecil, tanpa menghakimi permasalahan apa yang sedang ia lalui agar ia juga merasa dihargai.

5. Menggunakan pertanyaan tertutup

Sebagai contoh, anak bercerita dirinya berkelahi dengan teman sebangkunya.

Dibanding Moms bertanya,"Apakah kau yang memulai pertengkaran? Sudah minta maaf atau belum?" lebih baik mengatakan, "Coba ceritakan apa yang terjadi".

Pertanyaan tertutup juga menutup kesempatan Moms untuk terhubung dengan Si Kecil, mempelajari emosi dan pandangan mereka sebagai seseorang yang mengalami konflik melalui apa yang ia ceritakan lebih jelas.

Hal terpenting, peduli dan empati dengan emosi anak merupakan kunci dari menjaga hubungan yang baik antara orangtua dan dunia mereka. (*)