Alami Gangguan Haid? Ternyata Puasa Bisa Mengatasinya Agar Bisa Jadi Happy Moms Happy Ramadan

By Kirana Riyantika, Rabu, 28 April 2021 | 08:15 WIB
Ilustrasi perempuan mengalami gangguan haid (freepik/dianagrytsku)

Nakita.id - Puasa Ramadan merupakan kewajiban bagi umat muslim di seluruh dunia.

Namun, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang dilarang puasa, salah satunya adalah perempuan yang menstruasi.

Selama menstruasi, biasanya perempuan kekurangan zat besi.

Puasa bisa memperparah kondisi kekurangan zat besi yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Baca Juga: Moms, Alergi Susu Sapi Ternyata Berbeda dengan Intoleransi Laktosa

Tak banyak yang tahu, ternyata puasa bisa berdampak baik untuk perempuan yang mengalami gangguan haid.

Dikutip dari Tribunnews.com, hal ini diungkapkan oleh dr. Riyan Hari Kurniawan, Sp.OG.

Awalnya, dr. Riyan mengungkapkan mengenai gangguan haid.

Umumnya, perempuan megalami sikus haid selama tiga sampai tujuh hari dalam siklus 21 hingga 35 hari.

Normalnya, volume darah normalnya sebanyak kurang dari 80 cc.

dr. Riyan menungkapkan penyebab dari gangguan haid berupa jarang datang haid.

“Salah satu penyebab jarangnya datang haid pada perempuan antara lain sindrom ovarium polikistik,” jelasnya.

Penyebab dari sindrom ovarium polikistik adalah tidak menetasnya sel telur keluar dari indung telur akibat kegagalan pematangan sel telur.

Baca Juga: Akan Lepas Status Janda, Gracia Indri Mantap Pindah ke Belanda, Irfan Hakim Heran :'Lu Yakin Cinta Sama Dia?'

“Sindrom ovarium polikistik lebih sering terjadi pada perempuan yang mengalami kelebihan berat badan atau overweight dan obesitas atau kegemukan,” tambahnya.

Sindrom ini bisa menyebabkan gangguan kesuburan dan bisa menyebabkan gangguan psikologis.

Menurut dr. Riyan, salah satu cara mengatasi sindrom ini adalah menurunkan berat badan.

“Langkah pertama pada penderita sindrom ovarium polikistik yang kelebihan berat badan dan obesitas adalah menurunkan berat badan,” imbuh dr. Riyan.

Menurut dr. Riyan, penting untuk melakukan perubahan gaya hidup yang berfokus pada diet dan olahraga.

Penurunan berat badan yang sedikit saja bisa berdampak baik pada penyembuhan sindrom ini.

“Bahkan, turunnya berat badan 5 persen saja bisa memperbaiki kondisi, membuat haid kembali teratur, dan memperbaiki fungsi sel telur, dan meningkatkan peluang kehamilan,” jelasnya.

Kemudian, menurut dr. Riyan, momen masa puasa ini bisa dimanfaatkan oleh para penderita sindrom ovarium polikistik ini.

Baca Juga: Berhasil di Sinetron Ikatan Cinta, Arya Saloka Akhirnya Beli Rumah Baru Secara Tunai Setelah Selama Ini Tinggal di Rumah Kontrakan

“Manfaatkan momen ini untuk memperbaiki gaya hidup untuk fungsi reproduksi yang lebih baik,” tutupnya.

Dikutip dari Kompas.com, Felicia Kartawidjajaputra, Manager of Nutrifood Research Center mengungkapkan bila puasa memiliki hubungan dengan perbaikan kolesterol dalam tubuh.

"Ada satu studi membuktikan setelah puasa, sejumlah orang bisa mengurangi berat badan berlebih dan memperbaiki profil kolesterolnya," sebut Felicia Kartawidjajaputra melansir dari Kompas.com.

Penurunan berat badan bisa didapat ketika seseorang mampu menahan hasratnya untuk makan berlebih saat buka puasa.

"Ketika berbuka puasa, orang cenderung makan berlebihan atau overeating. Kurma dan roti dikonsumsi lebih banyak dari biasanya. Selama sahur dan berbuka puasa, orang makan sebanyak-banyaknya untuk mengatasi energi yang hilang saat berpuasa. Akibatnya, berat badan kita naik," tutur Felicia.