Kandungan Vaksin Sempat Bikin Khawatir, Ini Kata Dokter Spesialis Anak

By Fadhila Auliya Widiaputri, Senin, 12 Februari 2018 | 13:48 WIB
Vaksin tidak mengandung bahan yang berbahaya ()

Nakita.id – Tak dapat dipungkiri masih banyak orangtua yang meragukan kualitas dan keamanan dari kandungan vaksin.

Sebab menurut informasi yang banyak beredar, vaksin disebut-sebut mengandung sejumlah bahan yang berbahaya seperti aluminium, merkuri, gelatin, hingga formalin.

Hal tersebut lantas membuat kekhawatiran di benak para orangtua. Pasalnya, bahan-bahan tersebut dianggap ‘tak lazim’ masuk ke dalam tubuh sang anak.

Untuk itu, Arifianto, dokter spesialis anak sekaligus penulis buku ‘Pro Kontra Imunisasi’ mencoba menjelaskan hal ini.

BACA JUGA: Setelah Diet Keto, Kini Hadir Flu Keto. Yuk Kenali Gejalanya

Vaksin pada dasarnya mengandung dua hal kandungan bahan yang aktif dan kandungan bahan tambahan.

Kandungan bahan aktif tersebut berisi virus atau bakteri yang spesifik pada penyakit tertentu.

“Virus atau bakteri itulah yang kita tujukan untuk melindungi anak atau pun orang dewasa dari penyakit tersebut. Misalnya penyakit campak atau rubella maka dia (vaksin) mengandung virus campak dan virus rubella,” jelas Arifianto.

Selain kandungan bahan aktif, ada pula kandungan bahan tambahan lainnya. Kandungan bahan tambahan inilah yang kemudian kerap menjadi kekhawatiran para orangtua.

Sebab di kandungan bahan tambahan inilah aluminium, merkuri, gelatin, hingga formalin digunakan dalam proses pembuatan vaksin.

“Bahan-bahan ini memang digunakan dan dibutuhkan dalam proses pembuatan vaksin. Namun tentu dalam jumlah takaran yang sedikit, sehingga dapat dipastikan aman untuk masuk ke tubuh manusia,” ujarnya.

Arifianto pun menjelaskan secara detail manfaat dari 4 kandungan berbahaya ini dalam proses pembuatan vaksin.

BACA JUGA: Buka 24 Jam, KIinik Dokter Hana Berikan Pengobatan Gratis Pada Pasien

Aluminium

Aluminium memang kerap kali digunakan sebagai bahan dasar perabotan rumah tangga, seperti ganggang pintu, bahan cat, bingkai jendela, dan bahkan peralatan rumah tangga.

Namun Arifianto menjelaskan aluminium bermanfaat sebagai ajuvan dalam proses pembuatan vaksin.

“Ajuvan digunakan untuk meningkatkan respon imun orang yang mendapatkan vaksin tersebut,” ujarnya.

Ia pun menekankan kadar aluminium dalam vaksin pun sangat sedikit yakni sekitar 4 mg.

Hal ini jauh lebih sedikit kadar aluminium dalam Air Susu Ibu (ASI) yang mencapai 10 mg dan susu formula yang mencapai 40 mg.

“Aluminium dapat kita temukan dan kita rasakan sehari-hari. Sebab makanan yang kita konsumsi, air yang kita minum, dan bahkan udara yang kita hirup mengandung aluminium,” tambahnya.

Mekuri

Merkuri atau yang kerap pula disebut air raksa merupakan zat logam berbentuk cair berwarna keperakan yang lekat digunakan dalam industri dan pertambangan.

Namun sayangnya zat ini kerap disalah gunakan untu bahan pembuatan krim pemutih wajah yang berbahaya.

Meski berbahaya untuk wajah, tetapi merkuri bermanfaat untuk bahan pembuatan vaksin yang kemudian akan dimaksukan ke dalam tubuh.

“Beberapa vaksin membutuhkan merkuri sebagai bahan pengawet, sehingga mencegah vaksin terkontaminasi bakteri dan dapat digunakan secara berkali-kali. Biasanya penggunaan merkuri ini dibutuhkan pada vaksin multi-dose,” jelas Arifianto.

Penggunaan merkuri dalam vaksin pun sudah disertai dengan antibiotik.

Dengan begitu, dapat dipastikan penggunaan merkuri dalam vaksin aman untuk tubuh.

Selain itu, Arifianto juga menjelaskan kandungan merkuri dalam vaksin bahkan tak sebanyak kandungan merkuri dalam ASI.

“Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menelan merkuri lebih dari dua kali lipat yang terkandung dalam vaksin,” ujarnya.

BACA JUGA: Diet Sering Gagal? Moms, Pasti Sering Lakukan Hal Sepele ini

Gelatin

Penggunaan gelatin dalam vaksin memang kerap menjadi pro dan kontra di dalam masyarakat Indonesia.

Sebab gelatin terbuat dari kulit atau kuku binatang babi yang dianggap tidak suci dan haram.

Namun Arifianto menjelaskan bahwa penggunaan gelatin dalam proses pembuatan vaksin bermanfaat sebagai stabilizer untuk melindungi bahan aktif dari kerusakan selama proses pembuatan, penyaluran, dan penyimpanan vaksin.

“Kandungan gelatin pada vaksin itu tidak semua dan hanya ada beberapa vaksin. Itu pun pada vaksin impor. Vaksin di Indonesia atau produk dari Bio Farma itu tidak menggunakan bahan tadi (gelatin),” ujar Arifianto.

Formalin

Formalin memang dikenal sebagai bahan pengawet mayat atau jenazah.

Meski begitu, Arifianto menjelaskan bahwa formalin memiliki manfaat dalam proses pembuatan vaksin.

Dimana formalin bermanfaat untuk mematikan virus atau toksin bakteri yang digunakan dalam sebuah vaksin.

“Misalnya mematikan virus  pada vaksin polio dan hepatitis A atau toksin pada difteri dan tetanus,” jelas Arifianto.

Ia juga menjelaskan formalin merupakan produk sampingan sintesis DNA dan protein yang dapat ditemukan di dalam darah yang jumlahnya 10 kali lebih banyak daripada kandungan pada vaksin.

“Kita tenang saja, formalin juga ada di buah-buahan seperti pir,” tambahnya.

BACA JUGA: Mau Menabung dari Uang Belanja Bulanan? Cukup Lakukan Ini Saat Belanja

Oleh karena itu, Arifianto menghimbau pada masyarakat khususnya para orangtua agar tak perlu khawatir lagi dengan kandugan di dalam vaksin.

Sebab semua kandungan dalam proses pembuatan vaksin sudah diperhitungkan secara matang dan melalui sejumlah pengontrolan yang bertingkat.

“Untuk penelitian dan pembuatan satu vaksin itu membutuhkan waktu yang lama. Bisa mencapai 10 hingga 15 tahun. Penelitiannya pun selalu berkembang setiap saat. Jadi sudah seharusnya vaksin itu aman.

Dan ingat, tidak semua vaksin memiliki kandungan yang sama. Hanya beberapa vaksin saja yang mengandung bahan-bahan tersebut,” pungkasnya.

BACA JUGA: Ini Suhu Kamar Terbaik Untuk Tidur, Bisa Bikin Awet Muda Lo, Moms!