Kaki Bengkak Saat Hamil Tidak Wajar. Ini Faktanya Juga Solusinya

By Gazali Solahuddin, Rabu, 14 Februari 2018 | 21:28 WIB
Mengatasi kaki bengkak saat hamil (iStock) ()

Nakita.id- Kaki bengkak saat hamil disebut edema. Ini adalah pembengkakan yang disebabkan oleh kelebihan cairan yang terperangkap dijaringan tubuh, khususnya di tangan, lengan, kaki, pergelangan kaki dan kaki.

Ciri-cirinya; ditemukan pembengkakan di bawah kulit, kulit yang bengkak membentang atau mengkilap, kulit yang bengkak tetap cekung setelah ditekan selama beberapa detik, dan meningkatnya ukuran perut.

BACA JUGA: Heboh Pernikahan Mewah 10 Hari 10 Malam, Ini Fakta Dibalik Penyelenggaraannya yang Menghabiskan Uang Lebih dari 1,7 Miliar

Jika saat hamil menemukan ada pembengkakan seperti disebut di atas, jangan abaikan, perhatikan, amati, dan segera periksakan diri ke dokter.

Sebab Edema bisa disebabkan oleh kondisi serius, yaitu:

Gagal jantung kongestif. Ketika salah satu atau kedua ruang bawah jantung kehilangan kemampuan untuk memompa darah secara efektif, seperti yang terjadi pada kasus gagal jantung kongestif, maka darah dapat kembali ke kaki, pergelangan kaki, dan terjadilah edema.

Gagal jantung juga bisa menyebabkan pembengkakan di perut. Malah bisa juga menyebabkan cairan menumpuk di paru-paru (edema paru), yang bisa menyebabkan sesak napas.

Sirosis. Seiring dengan semakin beratnya sirosis (penyakit hati), maka tubuh akan mengirimkan suatu impuls listrik kepada ginjal untuk menahan garam dan air di dalam tubuh.

Jumlah air dan garam yang berlebihan di dalam tubuh ini pertama-tama akan berakumulasi di dalam jaringan di bawah kulit, pergelangan kaki dan kaki, karena adanya efek gravitasi saat duduk atau berdiri.

Akumulasi cairan ini disebut dengan edema atau pitting edema.

BACA JUGA: Hilangkan Pipi Chubby dengan Tanam Benang. Eits Ini Risikonya!

Pitting edema merupakan suatu keadaan di mana saat kulit yang membengkak ditekan, maka akan terbentuk suatu cekungan pada permukaan kulit tepat di kulit yang ditekan.

Pembengkakan ini seringkali akan memburuk pada malam hari setelah berdiri atau duduk lama dan akan berkurang saat tidur, karena efek gravitasi yang lebih rendah kala berbaring.

Saat sirosis hati semakin memburuk dan lebih banyak garam serta air yang tertahan di dalam tubuh, maka cairan akan terakumulasi di dalam rongga perut, yaitu di antara dinding perut dan organ perut. .

Akumulasi cairan ini disebut dengan asites, yang menyebabkan pembengkakan pada daerah perut, rasa tidak nyaman di perut, dan peningkatan berat badan.

Penyakit ginjal. BilaAnda memiliki penyakit ginjal, cairan ekstra dan sodium dalam sirkulasi dapat menyebabkan edema.

Edema yang terkait dengan penyakit ginjal biasanya terjadi pada kaki dan di sekitar mata.

Kerusakan pada pembuluh darah penyaringan kecil di ginjal bisa menyebabkan sindrom nefrotik (kelainan ginjal ketika ginjal mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urin yang keluar dari dalam tubuh).

Pada sindrom nefrotik, penurunan kadar protein (albumin) dalam darah dapat menyebabkan akumulasi cairan dan edema.

Kelemahan atau kerusakan pembuluh darah di kaki. Insufisiensi vena kronis di mana katup satu arah di pembuluh darah kaki melemah atau rusak, memungkinkan darah menempel di pembuluh darah kaki dan menyebabkan pembengkakan.

Kondisi ini biasanya tiba-tiba timbulnya. Tahu-tahu sudah ada pembengkakan pada satu kaki disertai rasa sakit di betis.

Sistem limfatik yang tidak adekuat. Sistem limfatik (Suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh) membantu membersihkan kelebihan cairan dari jaringan.

Jika sistem ini rusak, maka kelenjar getah bening dan pembuluh getah bening yang mengeringkan suatu daerah mungkin tidak bekerja dengan baik dan menghasilkan edema.

Apa yang harus dilakukan jika mengalami edema?

BACA JUGA: Penanganan Bayi Baru Lahir, Ini Tip Yang Bisa Diikuti Moms Baru

Jika mengalami edema, alias pembengkakan pada tubuh, kaki, atau lengan, segera memeriksakan diri ke dokter.

Hal ini dilakukan supaya dokter bisa memastikan apa penyebab edema yang dialami ibu.

Selain itu ibu harus memerhatikan sikap atau posisi saat beraktivitas maupun saat beristirahat, supaya tidak terjadi edema atau memperkecil peluang terjadinya edema.

Karenanya hindari duduk dan berdiri atau menumpu badan dalam satu posisi tertentu terlalu lama, posisi tidur jangan sampai salah, miring ke kanan dan kiri kan lebih baik. Saat istirahat atau tidur usahakan sering-sering mengangkat kaki.

Tak kalah pentingnya hindari asupan garam berlebih, yang bisa menyebabkan retensi cairan.

Jangan lupa minum banyak air untuk membantu mengurangi jumlah air yang menyebabkan edema.

Perhatikan juga apakah ibu pernah atau sedang mengonsumsi obat-obatan berikut; obat tekanan darah tinggi, obat antiinflamasi nonsteroid, obat-obatan steroid, estrogen, atau obat diabetes tertentu disebut thiazolidinediones.

Sebab obat-obatan tersebut bisa membuat ibu mengalami edema. Jika ya hentikan dan periksakan diri ke dokter.

BACA JUGA: Menerawang Watak Moms dan Dads Dari Tebal dan Tipisnya Bibir

Kapan harus ke dokter? Segera setelah ibu hamil mendeteksi adanya tanda-tanda edema. Jangan tunggu hingga menjadi berat, seperti; munculnya keluhan sesak napas, sulit bernapas, dan atau sakit dada.

Andaikan hasil pemeriksaan bukan karena lima faktor di atas, dokter biasanya akan memberikan penanganan obat untuk menghilangkan kelebihan cairan, dan dokter akan meminta ibu untuk mengurangi jumlah garam dalam makanan.

Selain itu, perhatikan aktivitas harian ibu. Ingat ya, jangan banyak berdiri, banyak duduk, atau menumpu disatu titik tertentu.

Istirahatlah dengan mengangkat kaki, sebelum merasakan lelah, capek, pegal. Jika ada tanda-tanda edema, disarankan segera periksakan diri ke dokter kandungan.