Mitos vs Fakta Vaksin Covid-19 yang Banyak Dipercaya Masyarakat, Benar Bisa 'Mengcovidkan' dan Mengubah DNA Seseorang?

By Nita Febriani, Senin, 5 Juli 2021 | 18:45 WIB
Mitos VS Fakta vaksin Covid-19 yang banyak dipercaya orang (freepik)

Nakita.id - Saat ini gerakan untuk vaksinasi Covid-19 masih terus berlangsung.

Pemerintah menargetkan setidaknya 1 juta dosis vaksin setiap hari untuk menghindari lonjakan kasus positif Covid-19 yang semakin parah.

Namun sayangnya masih banyak orang yang memilih untuk tidak divaksin karena berbagai alasan.

Selain itu banyak pula informasi yang beredar di masyarakat mengenai vaksin yang salah alias hoax.

Baca Juga: Pantas Semua Orang Diimbau untuk Vaksinasi Covid-19, Ahli Beberkan Fakta Tidak Terduga Soal Vaksin Covid-19 yang Seperti Ini

Agar tak salah kaprah, mari kupas tuntas mitos vs fakta vaksin Covid-19 berikut ini.

1. Vaksin Covid-19 membuat orang jadi positif Covid-19

Tak sedikit orang percaya bahwa pemberian vaksin hanya akan 'mengcovidkan' orang yang mulanya sehat.

Alasannya, karena vaksin Covid-19 mengandung virus yang justru disuntikkan ke dalam tubuh.

Nyatanya, pernyataan ini salah kaprah alias hanya mitos belaka, Moms.

Pasalnya vaksin mRNA Covid-19 tidak mengandung virus hidup dan tidak berisiko membuat orang menjadi positif Covid-19.

Hayley Gans, MD, dokter penyakit menular pediatrik asal Standford menjelaskan, "cara kerja vaksin adalah dengan memaparkan tubuh pada protein yang ada di permukaan virus, tetapi virus lainnya tidak hadir. Oleh sebab itu Anda tidak terinfeksi virus atau berubah menjadi positif setelah mendapatkan vaksin."

Baca Juga: Segera Dapatkan Vaksin Covid-19! Ahli Sebut Manfaatnya Bukan Cuma Mengurangi Gejala Berat pada Diri Sendiri Tapi Juga Melindungi Generasi Selanjutnya

2. Vaksin Covid-19 mengubah DNA manusia

Faktanya, vaksin mRNA memang dibuat menggunakan teknologi genetik, namun bukan berarti ini akan mempengaruhi atau mengubah DNA seseorang.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menjelaskan, mRNA dalam vaksin mengajarkan sel kita cara membuat protein yang memicu respons imun.

Adapun mRNA dari vaksin Covid-19sendiri tidak pernah memasuki inti sel dimana DNA kita disimpan.

Oleh karena itu mRNA tidak dapat memengaruhi atau berinteraksi dengan DNA kita dengan cara apa pun.

3. Penyintas Covid-19 tidak perlu mendapatkan vaksin

Orang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan sembuh memang antibodi dalam tubuhnya sudah mengenali virus ini.

Namun bukan berarti ia menjadi kebal dan tak lagi memerlukan vaksinasi Covid-19.

Dikutip dari CDC, antibodi yang terbentuk akibat terinfeksi Covid-19 hanya bertahan selama 3-4 bulan saja.

Sementara antibodi yang dibentuk hasil dari vaksinasi Covid-19 bisa bertahan lebih kuat sampai 1 tahun untuk menghadapi beberapa varian virus sekaligus.

Sehingga terbukti jelas bahwa penyintas Covid-19 pun tetap perlu mendapatkan vaksin Covid-19.

Hanya saja, para penyintas Covid-19 perlu menunggu setidaknya 90 hari sebelum mendapatkan vaksin Covid-19.

Selain itu, konsultasikan juga dengan dokter di fasilitas kesehatan untuk pertanyaan lebih lanjut mengenai kelayakan mendapatkan vaksin Covid-19 untuk para penyintas Covid-19.

Baca Juga: Berapa Lama Vaksin Covid-19 Melindungi Tubuh pada Anak Usia 12-17 Tahun? Berikut Penjelasan dari Dokter Anak