Mitos vs Fakta Kehamilan, Benarkah Hamil Menular pada Perempuan di Circle-nya?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Kamis, 12 Agustus 2021 | 12:07 WIB
Mitos vs fakta kehamilan, benarkah hamil itu menular? (pixabay)

Nakita.id - Mitos vs fakta kehamilan hingga kini semakin sulit dibedakan.

Banyak yang menganggap berbagai mitos tersebut adalah fakta karena sudah dipercaya banyak orang.

Salah satunya mitos tentang perempuan hamil akan menular pada teman perempuan di circle yang sama.

Bisa jadi, mereka hamil bersamaan atau setidaknya jarak usia kehamilannya tidak jauh berbeda.

Entah mitos hamil atau tidak, tapi ada kesimpulan yang cukup unik: hamil itu menular!

Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan: Benarkah Ibu Hamil Dilarang Minum Teh?

Ternyata keheranan ini bukan hanya terlintas di benak segelintir orang saja, karena para peneliti dari American Sociological Review mengulasnya dalam jurnal “Does Fertility Behavior Spread among Friends?” pada tahun 2014 lalu.

Konteksnya sama, yaitu membahas tentang perilaku sosial perempuan dewasa yang melahirkan anak pertama di usia 25 tahun.

Dari investigasi yang dilakukan, terbukti bahwa kehamilan menular bukan sekadar mitos hamil, tapi benar-benar bisa terjadi.

Memang ada banyak sekali mitos hamil yang berkembang dan setiap orang bisa jadi punya persepsi yang berbeda antara satu dan lain.

Ketika urusannya adalah tentang hamil itu menular, tentu tidak terbukti jika dikaitkan dengan aspek medisnya.

Namun demikian, akan berbeda kondisinya apabila berbicara tentang aspek psikologis.

Siapa bilang pertemanan tidak bisa memengaruhi keputusan seseorang untuk ikut hamil dan siap menjadi orangtua? Tentu bisa.

Analoginya seperti ini.

Mungkin saja di sebuah lingkaran pertemanan yang sama-sama sudah menikah, konsep hamil atau memiliki anak belum terlintas karena banyak pertimbangan lain.

Namun ketika ada satu atau lebih di antara mereka yang hamil, melahirkan, hingga akhirnya menjadi seorang ibu, hal itu bisa memengaruhi keputusan mereka yang belum.

Baca Juga: Semua Ibu Hamil Harus Waspada! Ternyata Begini Ciri-ciri Hamil Muda Tapi Keguguran Tanpa Pendarahan

Mereka yang tadinya tidak yakin, menjadi yakin. Mereka yang tadinya ragu, menjadi semakin mantap.

Terlebih, kehamilan pertama juga memberikan beragam dampak. Pertama, jelas urusan finansial.

Pengeluaran akan jauh lebih banyak dibandingkan dengan saat belum hamil.

Kedua dan yang paling penting dalam kaitannya dengan “hamil menular” adalah dampak sosial.

Gaya hidup, pertemanan, hingga karier seseorang tak akan lagi sama seperti sebelumnya.

Ibaratnya ketika menjadi orangtua, mereka tak bisa lagi leluasa menonton konser hingga larut malam.

Karier pun kadang menjadi prioritas kesekian ketika ada urusan yang lebih penting terkait anak.

Pertemanan? Kadang waktu untuk sekadar berkumpul saja menjadi langka.

Jelas, ada banyak dampak atau cost sosial yang harus dikorbankan.

Nah, ketika seseorang menghadapinya bersama-sama, akan muncul rasa “senasib dan sepenanggungan”.

Hal yang semula menjadi beban bisa saja mereka tertawakan bersama atau terasa lebih ringan karena ada tempat berbagi.

Artinya, norma sosial adalah bagian dari dinamika pengaruh sosial.

Lingkaran pertemanan dan pengaruhnya

Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan: Benarkan Ibu Hamil dengan Mata Minus Tidak Bisa Melahirkan Secara Normal? Ketahui Kondisi yang Boleh dan Tidak Boleh

Berbeda dengan kedekatan seseorang dengan saudara kandung atau sepupu yang sudah tergaris sejak lahir, kedekatan antara seorang perempuan dengan sahabat atau kelompok terdekatnya adalah hal yang sukarela. Ada kesadaran penuh di situ.

Artinya, ketika seorang wanita dekat dengan teman sesama jenis, itu karena ada kecocokan sifat dan perilaku.

Dari sinilah konsensus sosial bisa terbentuk dengan mudah.

Menariknya, hal ini juga berlaku untuk urusan kehamilan. Ketika seorang perempuan hamil, melahirkan, hingga menyusui untuk pertama kalinya, ada banyak hal yang akan dibagikan dengan teman-temannya.

Tak melulu soal informasi seputar bagaimana proses hamil atau melahirkan, tapi juga emosi dan apa yang mereka rasakan.

Pada tahap ini, ada mekanisme yang membuat seorang sahabat bisa merasa ingin melakukan hal yang sama.

Ada 3 mekanisme ‘penularan’ perilaku ini, yaitu:

Social influence

Konsensus dalam satu lingkaran pertemanan dapat berpengaruh terhadap perilaku mereka yang termasuk di dalamnya.

Seorang perempuan tak ingin merasa “tertinggal” ketika teman-teman lainnya telah mengemban peran baru sebagai seorang ibu.

Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan, Benarkah KB Alami Tidak Ampuh Mencegah Kehamilan?

Social learning

Ketika seseorang belajar dari temannya, termasuk dalam urusan transisi menjalani peran baru sebagai ibu atau orangtua.

Cost-sharing

Ada keuntungan finansial ketika bisa berbagi atau berkoordinasi dalam urusan mengurus anak atau aktivitas-aktivitas seputar hal tersebut. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mitos Hamil Menular, Benarkah Demikian?"