Segera Cari Cara untuk Bikin Pikiran Rileks, Orang Hebat Ini Bongkar Dampak Buruk Stres yang Tidak Banyak Orang Sadari

By Riska Yulyana Damayanti, Kamis, 9 September 2021 | 18:40 WIB
Dampak buruk stres (Freepik.com)

Nakita.id - Waduh, stres ternyata cukup memengaruhi mental dan otak, Moms.

Ya, setiap orang pernah stres menghadapi berbagai permasalahan hidup.

Bisa jadi karena pekerjaan di kantor atau masalah di rumah membuat penat.

Namun, sebaiknya cobalah untuk mengelola stres atau bahkan menghindarinya, Moms. Pasalnya, stres bisa berdampak buruk untuk tubuh.

Baca Juga: Perlu Waspada, Ternyata Begini Ciri-ciri Hamil yang Mengalami Stres

Menurut sebuah studi, orang-orang setengah baya dengan kadar hormon stres kortisol yang tinggi memiliki volume otak dan fungsi kognitif yang lebih rendah.

Hormon kortisol sendiri terlibat dalam berbagai proses kerja tubuh, termasuk metabolisme, imunitas, dan pembentukan memori.

Namun, ekstra kortisol yang dilepaskan akibat respons terhadap stres menimbulkan beberapa perubahan, termasuk penurunan kognitif di kemudian hari.

“Perubahan tersebut dapat meningkatkan risiko demensia dan cedera otak vaskular, dua atau tiga dekade kemudian,” kata Dr. Sudha Seshadri, profesor ilmu penyakit saraf di UT Health San Antonio.

Studi ini melibatkan 2.200 orang dewasa dengan rata-rata usia 48 tahun yang berpartisipasi pada Framingham Heart Study. 

Masing-masing dari mereka harus mengikuti tes memori dan kemampuan berpikir di awal penelitian, lalu dilanjutkan kembali 8 tahun kemudian.

Mereka juga memberikan sampel darah, yang digunakan peneliti untuk mengetahui kadar kortisol, serta pindai MRI untuk mengukur volume otak.

Baca Juga: Coba-coba Bakar Daun Salam di Dalam Ruangan, Stres dan Depresi Langsung Pergi, Perasaan Jadi Lebih Tenang dan Bahagia

Setelah menganalisis hasilnnya dan mengumpulkan informasi demografi dan kesehatan, para peneliti menemukan hubungan antara peningkatan kadar kortisol dengan penyusutan volume otak, juga rendahnya skor pada tes memori dan kognisi.

Meski begitu, tidak ada partisipan dalam studi ini yang menunjukkan gejala demensia.

Penelitian ini masih memiliki keterbatasan, salah satunya, ia bersifat observasional.

Artinya, hanya melihat hubungannya saja tanpa bisa membuktikan sebab-akibat. Para peneliti juga hanya mengukur kadar kortisol selama periode studi.

Partisipannya pun kebanyakan adalah warga kulit putih dan berasal dari area yang sama sehingga tidak bisa mewakili seluruh populasi AS.

Namun, Seshadri mengatakan, dengan adanya hubungan tersebut, kita setidaknya tahu bahwa stres berpengaruh pada perubahan otak.

“Kenyataan bahwa tingkat kortisol yang tinggi berkaitan dengan perubahan fungsi otak sangat mengkhawatirkan. Namun, sekaligus menjadi kesempatan untuk mencegahnya. Kita harus mengatasi stres agar kortisol berkurang,” paparnya.

Baca Juga: Coba-coba Bakar Daun Salam di Dalam Ruangan, Stres dan Depresi Langsung Pergi, Perasaan Jadi Lebih Tenang dan Bahagia

Seshadri merekomendasikan kita untuk lebih rileks.

Misalnya, dengan melakukan aktivitas yang mengurangi stres seperti meditasi, olahraga, yoga, tidur cukup dan mempertahankan kehidupan sosial yang kuat.

Jadi, sebaiknya berusahalah untuk rileks agar terhindar dari stres karena ketika stres otak kita akan mengalami penurunan kemampuan kognitif.

(Artikel ini telah terbit di Nationalgeographic.grid.id dengan judul "Hati-hati, Terlalu Stres Dapat Membuat Volume Otak Anda Menyusut").