Kanker Payudara Bisa Diobati Tanpa Kemo, Obat Ini Buatan Indonesia

By Nia Lara Sari,Fadhila Auliya Widiaputri, Senin, 5 Maret 2018 | 20:21 WIB
Biosimiliars trastuzumab dalam membunuh sel kanker ()

Nakita.id – Masyarakat Indonesia patut berbangga. Kenapa? Karena Indonesia tak kalah lagi dengan negara-negara lain dalam hal penemuan dan ilmu medis terbarukan.

PT Bio Farma, sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang bioteknologi tengah bersiap meluncurkan obat kanker payudara terbarukan tak berapa lama lagi.

BACA JUGA: Kit Diagnostic, Cepat dan Tepat Deteksi Penyakit Berat dan Turunan

Hal ini disampaikan oleh Bambang Heriyanto, Corporate Secretary PT Bio Farma, saat ditemui dalam acara Media Workshop bertema ‘Towards a Leading Lifescience Company’ di Cirebon, Rabu (7/1).

“Seperti yang kita ketahui kanker payudara adalah penyakit degerenatif yang cukup banyak penderitanya di Indonesia. Semoga 2 atau 3 tahun lagi, kami bisa me-launching produk (obat kanker payudara) tersebut, sehingga pengabdian kami terhadap masyarakat Indonesia dapat terwujud,” kata Bambang.

Setelah dikenal sebagai produsen vaksin dan antisera selama 127 tahun, kini bio farma  tengah bergerak mengembangkan produk life science berkualitas global.

Contohnya yaitu produk biosimilars, alias produk obat yang dibuat dengan meniru obat paten atau originator yang telah memasuki tahap berakhir hak patennya.

Berbeda dengan obat patennya yang terbuat dari bahan kimia, obat biosimilars dibuat dari makhluk hidup, yang memiliki kandungan serupa dengan bahan kimia.

“Sejak 2016, bio farma telah mengembangkan produk biosimilars. Salah satunya yaitu  trastuzumab atau produk monoklonal antibodi, yang digunakan untuk pengobatan kanker payudara. Sebab di Eropa, hak paten obat kanker payudara atau trastuzumab ini akan berakhir di 2019,” jelas Bambang.

BACA JUGA: Stem Cell Tali Pusat Bayi Untuk Kesehatan dan Kecantikan, Benarkah?

Bambang juga menekankan, pengobatan kanker payudara dengan trastuzumab atau produk monoklonal antibodi ini akan berbeda dengan pengobatan kemoterapi.

“Pengunaan trastuzumab akan jauh lebih presisi dan lebih selektif dibandingkan pengobatan kemoterapi,” ujarnya.