Jadi Olahraga Penyumbang Medali Terbanyak, Ini yang Harus Disiapkan Orangtua Jika Si Kecil Ingin Jadi Atlet Bulu Tangkis

By Nita Febriani, Senin, 18 Oktober 2021 | 10:00 WIB
Yang Harus Disiapkan Orangtua Jika Si Kecil Ingin Jadi Atlet Bulu Tangkis (freepik)

Nakita.id - Cabang olahraga bulu tangkis merupakan salah satu yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.

Selain itu, olahraga ini juga menjadi penyumbang medali terbanyak dan mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.

Terbaru, Indonesia juara piala Thomas 2020 dan kembali membuat bangga setelah 19 tahun lamanya selalu menelan pil pahit kekalahan.

Baca Juga: Bendera Merah Putih Tak Berkibar Saat Indonesia Juara Piala Thomas 2020, Ternyata Ini Alasannya

Sebelumnya sudah banyak ajang olimpiade yang dimenangkan. Para atlet pun selalu banjir dukungan tiap kali berjuang di lapangan.

Sebut saja Taufik Hidayat, Susi Susanti, Kevin Sanjaya, Greysia Polii, dan masih banyak lagi.

Tak heran jika hal ini begitu menginspirasi sehingga ada banyak anak-anak tertarik ingin menjadi atlet yang hebat seperti mereka.

Jika Si Kecil juga termasuk anak yang bercita-cita menjadi pebulu tangkis profesional, tak ada salahnya bagi Moms memberikan dukungan dan persiapan sedini mungkin.

Menjadi atlet bulu tangkis bisa dilakukan dengan bergabung di club bulu tangkis maupun rajin berlatih secara mandiri.

Apapun itu, yang tak kalah penting untuk mendukung mental atlet Si Kecil adalah sikap Moms dan Dads.

Lebih Banyak Bermain, Lebih Sedikit Tekanan

Banyak orangtua berpikir menjadi atlet adalah tentang terus menerus latihan serius.

Padahal di usia anak-anak yang terpenting adalah menemukan olahraga yang dia sukai dan mahir melakukannya.

Biarkan anak-anak bereksperimen saat latihan agar kecintaannya pada olahraga tumbuh dari dalam hati mereka.

Baca Juga: Kini Jadi Juara Olimpiade Tokyo 2020, Greysia Polii Ternyata Bersahabat dengan Penyanyi Internasional Ini Hingga Sebut Sang Atlet Legenda Badminton

David Epstein, penulis The Sports Gene menyarankan metode pengembangan olahraga "belajar seperti bayi".

Seorang bayi belajar keterampilan dengan bermain tanpa takut gagal. Setelah keterampilan awal dipelajari secara implisit, saat itulah orangtua dapat mulai mengajarkan keterampilan atletik dasar.

Tepuk Tangan, Jangan Koreksi

Epstein menyebutkan bahwa umpan balik positif terkait dengan kemampuan atletik anak akan lebih membangun semangat profesional dibandingkan kritik berlebih.

Mungkin Si Kecil tak melakukan tekniknya dengan baik atau kalah dalam pertandingan, kritik akan membantu untuk memperbaiki permainannya kemudian tetapi tak ada salahnya untuk tetap bertepuk tangan dan mengapresiasi usahanya.

Dukung untuk Mainkan dahulu, Lalu Pikirkan

Salah satu sifat yang tampaknya menjadi ciri khas untuk pemain tingkat tinggi: refleksi.

Para atlet yang merefleksikan kinerja mereka mampu mengevaluasi diri sendiri apa yang bisa mereka lakukan dengan lebih baik.

Baca Juga: Tangan Dingin Pelatih Bulu Tangkis Asal Solo Ini Buat Kevin Cordon Sampai Semifinal Olimpiade Tokyo 2020, Yuk Cari Tahu Profilnya!

Ini sebagian besar didasarkan pada karya Marije Elferink-Gemser dari Belanda, yang percaya bahwa refleksi dapat diajarkan.

Salah satu cara yang bisa dilakukan orangtua: mendorong anak-anak untuk bertanya pada diri sendiri pertanyaan yang akan memfasilitasi pemikiran itu.

Peran terpenting orangtua adalah memfasilitasi peran, memeriksa kelemahan dan melihat lalu memperbaikinya, ketika anak adalah pengatur perkembangan mereka sendiri.

Itu dia Moms 3 tips yang bisa diterapkan untuk mendukung Si Kecil yang berkeinginan menjadi atlet bulu tangkis profesional di masa depan.