Viral! Diduga Sering Pakai Pampers, Bayi ini Terkena Infeksi Berat

By Rosiana Chozanah, Rabu, 7 Maret 2018 | 14:04 WIB
Bayi terkena infeksi akibat pemakaian pampers ()

Nakita.id - Sekarang ini, penggunaan pampers seakan sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian besar ibu yang punya anak.

Selain mudah, saat memakaikannya pada Si Kecil pun tidak memakan banyak waktu.

Tak hanya itu, jika menggunakan popok kain, ada beberapa aturan dalam pencuciannya.

BACA JUGA: Gemas, Bayi-bayi Ini Punya Ribuan Bahkan Jutaan Followers Instagram

Menimbang banyaknya hal yang harus dilakukan, sehingga kita lebih memilih untuk menggunakan pampers yang sudah terbukti efektif dan efisien.

Namun beberapa bulan lalu ada seorang ibu yang menceritakan pengalaman temannya bernama Dewi Fatik Diasari tentang dampak dari seringnya memakai pampers pada bayi.

Kisah tersebut diunggah oleh pengguna Facebook Mom's Feliexa pada Minggu (17/12/2017) lalu.

Namun sampai saat ini cerita tersebut masih banyak dibagikan oleh pengguna Facebook lainnya, terutama para Ibu.

Pada cerita Dewi, ternyata penggunaan pampers yang terlalu sering dapat berdampak buruk bagi kesehatan sang bayi.

Anak tercintanya terkena penyumbatan saluran kecing hingga membuat anaknya yang bernama Akira terkena infeksi.

Sehingga agar kejadian ini tidak terulang kembali, ia mengimbau kepada para ibu, khususnya bagi mereka yang sering memakaikan pampers kepada anaknya.

Pada unggahan itu ia menuliskan, "akhirnya saya dapat menghela napas lega. Proses dari bulan September hingga berakhir di Desember. Ya, alhamdulillah bidadari kecilku sembuh.

Dia seorang gadis kecil yang sangat kuat. Lebih kuat dari kedua orang tuanya. Mungkin cerita saya bisa menginspirasi ibu - ibu di luar sana.

Awalnya tiba - tiba dia demam tapi tidak terlalu tinggi. Makan minum dan aktivitas masih seperti biasa.

Dokter menyarankan untuk rawat jalan. Setelah 2 minggu rawat jalan, dia tidak kunjung sembuh. Bahkan setiap makanan atau minuman yang masuk pasti keluar (muntah).

Ditambah napasnya yang terlihat sangat berat. Padahal dia tidak pernah sesak napas sebelumnya. Suhu badannya pun naik 38,6 tanpa pikir panjang saya pun membawanya ke RS dan saya minta rawat inap.

Dari hasil lab dan rongsen menunjukkan positif tipoid dan bronchopneumonia. Delapan hari di RS tidak menunjukkan perubahan.

Dokter pun memanggil kami (saya dan suami). Kita dijelaskan panjang lebar mengenai terapi yang sudah diberikan.

Namun tubuhnya sama sekali tidak merespon, bahkan antibiotik dengan dosis yang paling tinggi yang sangat jarang dberikan dokter SpA pun sudah diberikan. Tapi tetap tidak ada respon.

Seketika itu rasanya halilintar menyambarku.

BACA JUGA: Kenali Bronkopneumonia, Infeksi yang Mengancam Nyawa Bayi Baru Lahir

"Lalu solusinya gimana, dok?"

Dokter pun menyarankan tes kultur darah untuk melihat ada bakteri apa dalam tubuhnya. Dia pun dirujuk ke RS yang lebih lengkap pemeriksaan labnya.

Waktu itu saya sudah minta langsung dirujuk ke Surabaya. Tapi dokter menyarankan tidak dulu. Di Jombang masih ada RS yang lebih lengkap pemeriksaannya. Kita dirujuk ke RSUD Jombang.

Di sana dia dilab ulang. Jerit tangisnya mengisi hari - hariku waktu itu. Jarum - jarum pun terus melayang bebas di tubuhnya.

Sungguh rasanya ingin sekali menggantikan posisinya. (Selama) 12 hari disana tidak menunjukkan perubahan apapun. Padahal injeksi terus dilakukan, bahkan suhunya naik dikisaran 39.

Dia pun tampak sangat pucat, hingga hasil kultur darah pun keluar. Ternyata ada bakteri dalam tubuhnya yang hanya bisa dilawan dengan antibiotik tertentu.

Dokter menyarankan agar dia dirawat oleh Prof. Ismu di Surabaya. Ketika saya tanya berapa biaya yang harus saya siapkan,dokter pun bilang sekitar 4 jt per hari. Itu pun belum pemeriksaan yang lain. Dan lama perawatan tergantung sakit yang diderita pasien.

Sungguh ketika itu kami tidak tau harus berbuat apa. Dari mana uang sebanyak itu??

Maka kami pun memutuskan untuk dirujuk saja ke RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

Disana dia ditangani oleh beberapa dokter spesialis. Tubuhnya mulai merespon, demamnya turun. Tujuh hari disana dengan tiga hari bebas demam dia dibolehkan pulang.

Saya kira ketika itu perjuangan kami selesai. Tapi nyatanya tidak.

Jam satu siang sampai rumah, malam harinya dia demam tinggi lagi. Keesokan harinya saya bawa ke Surabaya lagi. Dokter menyatakan tidak perlu rawat inap lagi.

Sesampainya di rumah demamnya tidak juga turun. Kita pun membawanya lagi ke Surabaya dan betapa kagetnya ketika diagnosa dokter berubah dari yang sebelumnya.

"Leukositnya masih tinggi. Biasanya ini menunjukkan infeksi. Tapi ketika kita cari sumber infeksinya, kita tidak menemukan apa - apa buk. Biasanya kasus kayak gini mengarah ke leukimia atau lupus."

Duniaku serasa hancur ketika itu. Bagimana bisa. Dari segi kebersihan dan makanan selalu tak jaga. Rasanya ini gak adil. Kurang puas dengan diagnosa dokter akhirnya saya kepikiran mencari Prof. Ismu yang dokter sarankan sebelumnya.

Menurut berbagai info orangnya sangat sulit ditemui. Sedangkan suhu badan Akira waktu itu dikisaran 40. Saya pun pasrah, jika memang jalan Akira untuk sembuh pasti dimudahkan. Namun jika tidak saya pasrah, ikhlas, anak hanya titipan dari yang Maha Kuasa.

Alhamdulillah Allah memudahkan saya. Hanya dengan waktu satu hari saya bisa menemui Prof. Ismu.

Kesan pertama ketemu orangnya, beliau sangat santai menghadapi kepanikan saya dan suami. Sebelum beliau menjawab semua pertanyaan kami beliau mencari data riwayat pengobatan dari Jombang sampai Surabaya.

Kemudian beliau mendiagnosa ada masalah di ginjalnya Akira.

"Ini jelas infeksi buk. Kita buktikan dengan USG abdomen," kemudian beliau menuliskan resep.

Ketika saya tanya apa perlu rawat inap lagi, beliau menjawab tidak perlu, asal makan dan minumnya dijaga.

Dan benar saja hasil USG abdomen menunjukkan kalo ada penyumbatan di saluran kencing sebelah kiri, untungnya ginjalnya masih baik - baik saja.

Sedikit ada titik terang rasanya ketika saya tanya faktor penyebabnya apa, beliau menjawab dari penggunaan pampers yang terlalu sering.

Kalo Akira bukan sering lagi, tapi sudah jadi kebutuhan dari dia bayi. Dan sekarang alhamdulillah dia sembuh.

Dengan menu makanan yang diatur, dengan pemberian susu yang diatur dan benar - benar lepas dari yang namanya pampers.

Dan yang paling utama dari Allah yang masih memberiku kesempatan untuk merawatnya.Terima ksh y Allah.. Terima kasih support dari orang - orang terdekat.. Terima kasih juga profesor... Semoga profesor selalu diberi kesehatan."

Membaca kisah ini tentunya membuat lebih kita memerhatikan lagi ya Moms penggunaan pampers pada si kecil.

BACA JUGA: Bingung Tentukan Kelamin Bayi Baru Lahir? Mungkin Ia Idap Gangguan ini