Penderita Penyakit Autoimun Harus Lebih Berhati-hati Sebelum Melakukan Vaksinasi Covid-19

By Debora Julianti, Selasa, 14 Desember 2021 | 18:00 WIB
Ilustrasi autoimun (freepik)

Nakita.id – Moms penyakit autoimun merupakan dimana kekebalan pada tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh kita.

Penyakit autoimun ditandai dengan peradangan sistemik, di mana sistem kekebalan yang tidak teratur menyebabkan kerusakan atau disfungsi organ target.

Penyakit autoimun reumatik termasuk kondisi seperti lupus eritematosus sistemik (LES), rheumatoid arthritis (RA) dan sklerosis sistemik (scleroderma), di mana jaringan ikat (tulang rawan, sinovium sendi, kulit) paling sering menjadi sasaran.

Lupus Eritematosus Sistemik (LES) sendiri merupakan salah satu kondisi gangguan autoimun kompleks yang menyerang berbagai sistem tubuh.

Faktor yang berperan dalam patogenesis penyakit ini diketahui seperti gen dan lingkungan.

Manifestasi klinis dari penyakit ini sangat beragam seperti pada kulit, sendi, ginjal dan sistem organ lainnya yang tidak selalu muncul bersamaan.

Setiap pasien LES memiliki gejala yang berbeda-beda.

Baca Juga: Tidak Meratanya Pengadaan Obat-obatan Untuk Pasien Lupus di Daerah Jadi Sorotan, Begini Jawaban dari BPJS Kesehatan

Media Briefing

LES memiliki manifestasi klinis seperti kelainan imunologi, perjalanan penyakit, serta akibat penyakit yang beragam.

Manifestasi klinis pada kulit, ginjal,dan sistem organ lainnya tidak selalu muncul bersamaan, melainkan dapat berkembang seiring dengan perjalanan penyakit.

Menurut Dr. dr. Cesarius Singgih Wahono, SpPD-KR, Spesialis Penyakit Dalam  selaku Konsultan Reumatologi pada webinar yang diadakan Selasa (14/12/2021) mengatakan jika penyakit autoimun ini sangat mengganggu penderitanya dalam kehidupan sehari-hari.

“LES memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup pasien. Dibandingkan dengan populasi sehat, penyakit ini menjadi sebuah penghalang dalam menjalani kehidupan sehari-hari karena gejalanya yang muncul secara signifikan atau kambuh secara tiba-tiba dengan didominasi gejala seperti kelelahan, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik, dan rasa nyeri. Tidak hanya itu, LES juga memiliki dampak negatif pada karier pasien, bahkan hingga 39 persen pasien LES melaporkan bahwa mereka harus berganti pekerjaan karena penyakit tersebut.” Ujar Dr. Singgih.

Perawatan penyakit lupus yang bersifat jangka panjang, bertujuan untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, menginduksi remisi dan mencegah kerusakan organ permanen.

Pengobatan standar dari perawatan lupus adalah menggunakan nonfarmakologi (edukasi, menghindari panas matahari, manajemen stress) dan pengobatan (antimalaria, steroid,  dan imunosupresan/penekan sistem imun). Pada pasien lupus sedang hingga berat yang sudah melibatkan organ lain seperti ginjal, penggunaan imunosupresan digunakan bersamaan dengan obat steroid, untuk meminimalisir efek samping jangka panjang steroid yang mungkin ditimbulkan, seperti penumpukan lemak di pipi (moon face), aterosklerosis, dan lain sebagainya. Dukungan keluarga, sahabat, dan komunitas juga memegang peranan penting,” tambah dr. Singgih.

Dan disaat pandemi seperti saat ini, para penderita LES harus lebih ekstra menjaga kondisi tubuh mereka.

Baca Juga: Jangan Anggap Sepele! Bintik Merah di Wajah Ternyata Bisa Menjadi Tanda Penyakit Mematikan Ini

Dr. Singgih juga mengatakan jika penderita yang terkena Covid-19 tidak boleh asal dalam mengonsumsi obat, karena jika terjadi kesalahan itu akan berpengaruh terhadap penyakit autoimun yang semakin memburuk.

Pasien LES yang dirawat di rumah sakit karena sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) disebabkan oleh Covid-19 memiliki risiko mortalitas lebih tinggi dan kondisi yang buruk secara signifikan.

Selain membutuhkan pengobatan yang lebih ekstra, penderita penyakit LES juga membutuhkan biaya lebih jika sudah terkena Covid-19, karena penderita membutuhkan penanganan ekstra dari spesialis.

Seiring dengan dampak global dari pandemi COVID-19 yang masih terus berlanjut, Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA), berkomitmen dalam membantu pasien lupus dengan memberikan informasi terkini tentang perkembangan baru virus COVID-19 dan dampaknya bagi komunitas lupus.

IRA juga memberikan pedoman apabila seseorang mengalami gejala lupus, serta edukasi tentang penanganan untuk mencegah kondisi akut (flare) dan mengatasi gejala yang muncul.

Selain itu Novartis Indonesia sebagai mitra dalam upaya peningkatan kesadaran terhadap penyakit lupus ini,menegaskan komitmennya dalam turut meningkatkan kualitas hidup pasien LES atau autoimun di Indonesia.

“Sejalan dengan tujuan kami reimagine medicine, Novartis secara berkelanjutan bermitra dengan IRA mengadakan program-program edukasi, baik kepada pasien, awam, maupun tenaga kesehatan – berupa seminar, webinar atau pembuatan materi edukasi; selain terus membuka akses yang lebih lebih luas bagi lebih banyak pasien untuk mendapatkan pengobatan inovatif melalui program JKN,” jelas Hanum Yahya sebagai Country Head of Public Affairs, Communications & Patient Engagement PT Novartis Indonesia.

Maka dari itu Moms pengidap penyakit LES harus disiplin terhadap pengobatan yang sedang dijalani, agar penyakit tersebut tidak bertambah parah.

Baca Juga: Tidak Boleh Dianggap Sepele, Kenali Gejala Autoimun Bisa Menyebabkan Penyakit Serius