Stop Toxic Masculinity Pada Anak Laki-laki Jika Ingin Si Kecil Dapat Mengendalikan Emosinya

By Debora Julianti, Selasa, 21 Desember 2021 | 10:06 WIB
ilustrasi toxic masculinity (freepik)

3. Laki-laki Harus Berkelahi

Toxic masculinity menempatkan laki-laki sebagai manusia yang harus agresif.

Bagi beberapa orang tua, hal ini merupakan hal yang biasa dilakukan oleh anak laki-laki ketika bertengkar dan biasanya hanya mengatakan “namanya juga anak laki-laki”.

Padahal cara yang baik saat anak menyelesaikan masalah adalah dengan cara diplomatis, anak juga harus diajarkan cara membela diri sendiri dengan tepat.

Bila berkelahi terus dilanggengkan, mereka akan menjadi orang yang mungkin melakukan tindak kekerasan.

4. Laki-laki Harus Bisa Olahraga

Moms hal ini merupakan yang sering terjadi pada anak di sekolah.

Setiap anak memiliki bakat dan minat masing-masing.

Memaksakan anak yang minatnya ada di bidang sains, teknologi, seni, atau bahasa untuk menyukai bidang olah raga sama saja membatasi anak untuk berkembang.

Hal ini akan membuat mereka tidak mengenal diri mereka sendiri dan tidak mampu mengoptimalkannya kemampuannya.

Moms dan Dads perlu memberi tahu anak bahwa menunjukan apa yang sedang mereka rasakan seperti marah, kecewa, bahagia bahkan menangis merupakan hal yang wajar.

Tidak suka berkelahi dan tidak suka olahraga juga merupakan hal yang wajar, karena semua orang memilki kemampuan dan batas diri yang berbeda-beda.

Baca Juga: 'Toxic Positivity' Perlu Diwaspadai! Jebakan Pikiran Positif yang Akan Berakibat Buruk bagi Mental Kita