Ini 10 Pemicu Konflik Suami Istri, Nomor 8 Sepele Tapi Fatal!

By Yoan A.D. Nayoan, Senin, 14 Mei 2018 | 16:00 WIB
10 pemicu konflik suami istri (pixabay.com)

Nakita.id - Saat pacaran, konflik mungkin bisa di atasi dengan cara putus. Namun, setelah menikah tentu konflik harus disikapi dengan lebih bijak. Ada sekitar 10 konflik yang biasa terjadi dalam rumah tangga. Coba cek di sini, moms!

BACA JUGA : Wah, Ilustrasi Keren Ini Tunjukkan Realita Kehidupan Suami Istri

1. Tidak Menghargai 

Meski pasangan punya kekurangan, jangan membeberkannya kepada keluarga besar, sahabat, atau rekan kerja.

Bagaimanapun, pasangan ingin dan harus dihargai baik keiebihan maupun kekurangan yang dimilikinya.

Hargailah pasangan seperti halnya kita ingin dihargai oleh pasangan.

2. Tidak Mendengarkan

Salah satu kebiasaan yang membuat suami istri rukun adalah jika masing-masing dapat menjadi pendengar yang baik bagi satu sama lain.

Tidak mau mendengarkan pasangan sama saja dengan tidak menghargai atau menghormatinya.

Jika suami atau istri tidak suka menatap mata pasangannya yang tengah berbicara, asyik menatap layar televisi, pergi ngeloyor, atau langsung memotong pembicaraan, tunggu saja pasti akan ada reaksi kecewa yang dapat memicu ketidakharmonisan.

Untuk menghindarinya, jadilah pendengar yang baik bagi pasangan.

BACA JUGA : Beruntungnya Moms! 8 Tanda Nyata Dads Termasuk Kriteria Suami Idaman

3. Kehidupan Seksual "Suram"

Terganggunya kehidupan intim bisa merembet menjadi munculnya konflik lain.

Cobalah bersama-sama mencari apa yang menjadi penyebabnya.

Bila perlu, minta bantuan ahli, dokter, psikolog, atau psikiater untuk membantu menemukan penyebab sekaligus solusi bagi permasalahan ini.

4. Selalu Merasa Benar 

Umumnya disebabkan pola asuh di masa lalu.

Misal, pasangan adalah anak manja dan tidak pernah dididik menyelesaikan masalahnya sendiri.

Sifat itu akan menetap hingga dia menikah.

Jika kita dihadapkan pada pasangan seperti ini, bersikap sabar memang dibutuhkan. Selanjutnya dekati dengan perlahan.

Saat berbincang atau beradu argumen dengannya, jawab dengan jawaban yang logis, simpel, disertai data dan fakta.

Jangan melebar ke masalah lain di luar masalah yang dibicarakan.

5. Janji Palsu

Ada suami/istri yang memang senang ingkar janji, tapi ada juga yang terpaksa melakukannya karena ada masalah.

Sikap senang ingkar janji tentunya harus dikoreksi karena itu perbuatan salah. Tapi kalau karena lupa atau desakan lain, pasangan harap memaklumi.

Tapi tetap, dia harus bisa menjelaskan mengapa sampai tak bisa menepati janji.

BACA JUGA: Ini Dia 7 Tanda Hubungan Rumah Tangga Sehat dan Harmonis, Bagaimana dengan Moms?

6. Tidak Peka

Jika pasangan tidak peka terhadap kebutuhan dan keinginan kita, cobalah untuk tetap sabar sambil mengajaknya bicara.

Untuk melatih kepekaan, mulailah dengan menanyakan apa yang dibutuhkan suami atau istri.

Lalu bicarakan hal-hal yang bisa membuatnya bahagia.

BACA JUGA: Kenali 3 “Penghalang” Moms Tidak Bisa Memberikan ASI Berikut Solusinya!

7. Tidak Jujur 

Ketidakjujuran bisa merusak rasa saling percaya.

Sekali berbohong, ada kemungkinan pelakunya harus terus berbohong untuk menutupi kebohongan sebelumnya.

Namun ingat, lambat laun ketidakjujuran akan terungkap juga.

Hindari kebiasaan berbohong atau menyimpan rahasia dari pasangan.

Biasakan bersikap saling terbuka.

8. Kebiasaan Buruk 

Jika ada kebiasaan pasangan yang buruk menurut kita, jangan sekali-kali membandingkannya dengan orang lain.

Cukup, katakan bahwa kita tidak menyukai kebiasaannya.

Jangan bosan mengingatkannya dengan cara yang menyenangkan untuk bisa mengurangi kebiasaan buruknya.

BACA JUGA :Ternyata, Ngopi Bareng Bisa Jadi Kunci Rumah Tangga Harmonis

9. Egois 

Jika kita ingin dihargai oleh pasangan, cobalah menghargainya juga.

Cara menghargai dapat ditunjukkan dengan memahami kebutuhan dan keinginannya.

10. Temperamental 

Ada orang yang marah sedikit langsung membanting benda, memukul apa pun, atau bicara kasar dengan nada tinggi.

Malah, pasangannya sering dibuat malu karena sikap temperamentalnya bisa muncul kapan saja di mana saja.

Ada beberapa teknik yang bisa membantu meredam emosi, antara lain menarik napas panjang ketika kemarahan mulai memuncak atau bila perlu mengikuti sesi anger management untuk mendapatkan upaya melampiaskan emosi dengan cara positif yang biasanya dipandu oleh ahli kejiwaaan atau psikolog.