Hal inilah yang perlu diwaspadai, jika muncul rasa ingin tahu yang lebih, anak akan melakukan berbagai macam cara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Jangan sampai, anak memperoleh informasi seputar kanker dari sumber-sumber yang tak bisa terbukti kebenarannya.
Orang-orang di sekitar Si Kecil, baik itu keluarga, teman sebaya, atau informasi digital lainnya menjadi lingkungan yang paling memungkinkan memberikan informasi yang kurang tepat terkait kanker.
Olivia memaparkan jika besar kemungkinan anak akan menelan begitu saja informasi yang ia dapatkan tanpa dipastikan kebenarannya terlebih dahulu.
Nantinya anak akan percaya begitu saja dari informasi yang ia dapatkan, apalagi masyarakat Indonesia yang masih sering menganggap jika kanker merupakan penyakit mengerikan dan sulit untuk disembuhkan.
"Akan memunculkan rasa ingin tahu pada anak, ini akibatnya bisa fatal mereka bisa mendapatkan sumber dari informasi yang belum tentu kebenarannya, misalnya teman mereka, dari internet, atau mungkin tidak sengaja mendengar informasi antar perawat dan orangtua yang kemudian tidak dicek kebenaranya," ucap Olivia.
Moms tentu bisa membayangkan ada banyak hal yang bisa terjadi jika anak mengetahui informasi kondisi kesehatannya dari orang lain yang belum tentu dapat dibenarkan.
Olivia menyebutkan, kondisi kesehatan anak yang ditutup-tutupi hanya akan membuat perasaan Si Kecil jadi kian cemas.
Anak akan terus memikirkan kanker yang ia derita sebagai momok yang menyeramkan.
Perasaan tersebut akan terus menghantui hingga membuat mereka tak memiliki semangat untuk bisa sembuh.